Eksistensi Unsur Pewayangan Dalam Perkembangan Wayang di Indonesia

Mikorizki Saputra
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
15 Desember 2022 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mikorizki Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pict by pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pict by pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada era sekarang pemahaman tentang wayang juga perlu dikaji melalui budaya bahwa, orang yang dapat memahami wayang ialah orang yang mampu berbahasa Jawa dengan baik, bukan hanya yang mampu berbahasa Jawa tetapi juga dalam bahasa Sunda, karena setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam pewayangan.
ADVERTISEMENT
Tujuan dan signifikansi wayang telah berubah secara signifikan dari konteks sejarahnya sejak mereka digunakan sebagai hiburan yang menarik di televisi dan di media lain, seperti radio, yang juga menyiarkan cerita wayang.
Bukan hanya di radio, tetapi pada zaman sekarang banyak pertunjukan wayang yang disiarkan secara langsung melalui media youtube. Bahkan jumlah penonton pertunjukan wayang kulit secara langsung lebih sedikit pada beberapa tahun terakhir, namun ketika pertunjukan wayang kulit diunggah ke kanal youtube, jumlah penonton yang antusias menonton relatif besar (Gono & Rakhmad, 2021:108)
Hal ini menunjukan adanya perkembangan positif dari sebuah pertunjukan wayang dengan adanya platfrom youtube tersebut masyarakat dapat mengakses video pertunjukan wayang dengan mudah dan bisa ditonton secara berulang. Kemajuan teknologi yang ada turut meramaikan euforia masyarakat termasuk terhadap pewayangan.
ADVERTISEMENT
Wayang kini menjadi sugesti pertunjukan seni hiburan yang akan dinikmati masyarakat umum, baik untuk menghormati festival maupun untuk menyelenggarakan perayaan seperti pernikahan, pesta ulang tahun, dan perayaan tolak bala. Hal ini bukan tanpa alasan, karena setiap lakon wayang mengandung pelajaran hikmah serta representasi doa dan harapan.
Selain itu, wayang saat ini menjadi ikon budaya peninggalan leluhur masyakarat Indonesia terutama di pulau Jawa, wayang juga sudah menjadi ikon negara Indonesia karena merupakan salah satu peninggalan leluhur yang bahkan sudah diakui UNESCO.
Cerita wayang merupakan salah satu jenis sastra tradisional yang masih dikenal memasyarakat hingga kini. Cerita wayang disebut sebagai sastra atau cerita tradisional karena telah amat lama menjadi milik bangsa dan diwariskan secara turun-temurun kepada tiap generasi, terutama secara lisan khususnya pada masyarakat Jawa. (Nurgiyantoro, 2011).
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menunjukkan fakta bahwa wayang telah mengalami peristiwa sejarah yang berbeda dari generasi ke generasi. Wayang menjadi salah satu bentuk bukti nyata mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga wayang mempunyai peran yang cukup baik dalam kehidupan masyarakat.
Dalam perwayangan tidak terlepas dari unsur-unsur di dalamnya. Unsur perwayangan dibagi menjadi dua kelompok, yakni unsur benda dan unsur manusia. Unsur benda dalam pewayangan terdiri dari wayang itu sendiri, gamelan, kelir, gebog, blencong, cempala, keprak, kotak wayang, dan kayon. Sedangkan, unsur manusia terdiri dari Dalang, Waranangga, Niyaga dan Penyimping. Namun dalam tulisan ini, penulis hanya akan mengulas bagaimana eksistensi unsur benda pada zaman sekarang.
Seiring perkembangan zaman, blencong saat ini sudah jarang digunakan karena dianggap tidak praktis dan cahayanya kurang terang. Lampu petromaks hadir sebagai pengganti dalam perkembangannya, belum lagi di zaman yang serba listrik ini, blencong diganti dengan lampu pijar.
ADVERTISEMENT
Hal itu disiasati dengan menyesuaikan perkembangan zaman dan kebutuhan saat ini, ketika pagelaran wayang diselenggarakan di lapangan luas dan akbar, blencong digantikan dengan lampu halogen 1000 watt. Akan tetapi, blencong geni terkadang digunakan untuk pagelaran yang bersifat ritual, semisal Upacara Ruwatan di lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis berpendapat bahwa digantikannya peran blencong dengan lampu petromaks sampai lampu pijar bukanlah hal yang buruk mengingat hal ini bertujuan untuk menampilkan kualitas pagelaran yang lebih baik. Lagipula penggunaan blencong tidak sepenuhnya punah, buktinya dalam pagelaran yang sifatnya ritualitas blencong tetap dipergunakan sebagaimana mestinya.
Selain itu, pertunjukkan wayang mengalami perubahan yang mendasar, yaitu munculnya garapan wayang yang disajikan oleh dua sampai tiga dalang atau wayang layar panjang yang menyajikan satu lakon tetapi dilakukan oleh tiga orang dalang. Posisi para Swarawati atau Pesinden duduk di tengah-tengah selanya layar atau kelir, dan instrumen gamelan untuk mengiringi tidak hanya gamelan slendro dan pelog, tetapi ditambah instrumen non gamelan seperti drum, keyboard, dan lain sebagainya. Demikian pula ditambah penyanyi dan pelawak yang ikut dalam pertunjukan wayang bahkan para penari.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya seperangkat alat musik tambahan yang sifatnya lebih modern, nyatanya tidak menggeser peran dari gamelan dan alat musik tradisional lainnya yang lebih dulu menjadi bagian dalam pagelaran wayang. Hal ini menjadi bukti bahwa, dunia pewayangan kita masih terus menjaga apa yang menjadi bagian dan ciri khas dari pewayangan itu sendiri.
Sebelumnya juga telah disinggung soal kelir, unsur yang satu ini merupakan kain putih yang dibentangkan dalam gawangan. Fungsinya adalah untuk menangkap bayang-bayang wayang yang dimainkan, selain itu, kelir juga digunakan sebagai pengaman dari wayang yang sedang dimainkan oleh Dalang. Lebar kelir lebih dari satu meter, panjang menyesuaikan panjang gawangan. Dipilih kain yang lembut tetapi kuat, karena dalam pemasangannya harus dipasang dengan kencang.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangannya saat ini, kelir mengalami sedikit modifikasi, jika pada zaman dahulu kelir ditampilkan dengan cara dicopot pasang secara manual, tetapi di masa kini, kelir dimodifikasi dengan adanya kerangka yang dihubungkan kepada kelir itu sendiri, sehingga memudahkan untuk pementasan, agar tidak perlu lepas pasang secara manual, cukup dipindahkan ketika tidak terpakai.
Hal ini tentunya memudahkan dalam hal penyiapan dan perapihan dalam sebuah pentas wayang. Lagipula di zaman sekarang, segala sesuatu dibuat sepraktis mungkin, sehingga hal inilah yang memotivasi adanya modifikasi dari kelir itu sendiri, tanpa mengubah satu apapun dari kegunaannya.
Selain unsur-unsur yang sudah dibahas, terdapat pula unsur-unsur lain, seperti: gebog, cempala, keprak, kotak wayang, dan kayon. Unsur-unsur ini tidak mengalami perubahan baik dari segi bentuk maupun penggantian bendanya.
ADVERTISEMENT
Dari adanya eksistensi unsur wayang yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman menunjukan bahwa unsur-unsur tersebut mampu bertahan dan mampu mengikuti perkembangan zaman untuk upaya pelestarian wayang. Karena sampai saat ini pun, sebenarnya belum ada benda lain yang sekiranya mampu untuk menggantikan unsur-unsur benda tersebut.
Selain itu, bagaimanapun juga kekhasan dan apa yang telah lama menjadi bagian dari pewayangan itu sendiri harus terus dilestarikan keasliannya, sehingga generasi penerus bisa mengenal seperti apa wayang yang juga dikenal leluhurnya.