Realita Absurditas Naskah Drama Petang di Taman

Mikorizki Saputra
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2022 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mikorizki Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pict by pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Pict by pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerita drama dewasa ini sangatlah beragam. Mulai dari isi, jenis, hingga alur yang disajikan. sebagaimana kita ketahui bersama, hingga saat ini genre cerita tentang kehidupan percintaan sangat mudah sekali kita temukan. Misalnya tentang first love, perselingkuhan, hingga patah hati tak berkesudahan. Hal ini yang membuat perkembangan cerita era modern ini menjadi monoton, atau hanya disitu-situ saja.
ADVERTISEMENT
Para penulis cerita bukan hanya terbatas pada gambaran kehidupan secara nyata. Tetapi juga dapat dikembangkan berdasarkan imajinasi yang tiada batas--hingga terlampau absurd.
Keabsurdan isi cerita bukan sekadar isi cerita yang sulit dipahami, jauh dari itu membuat para pembaca mau tidak mau harus membaca berulang kali untuk dapat memahami maksud yang coba disampaikan penulis.
Seperti halnya pada naskah drama “Petang di Taman” karya Iwan Simatupang. Bagi para pembaca yang masih asing dengan nama Iwan Simatupang, sudah barang tentu akan mengalami kesulitan untuk memahami isi cerita yang coba disajikan dalam karya-karyanya, tak terkecuali “Petang di Taman”.
Menggambarkan pertemuan seorang lelaki dengan seorang paruh baya yang berselisih terkait cuaca ketika mereka berada di Taman saat sore hari. Ditambah dengan kedatangan penjual balon yang mengalami nasib naas ketika semua balon yang ada ditangannya ludes terbang ke udara.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita datang seorang perempuan yang curiga terhadap penjual balon yang memiliki wajah mirip “lelaki” yang telah merugikannya. Sehingga membuat perselisihan semakin rumit dan tak terhindarkan.
Pertemuan para orang asing di atas menggambarkan realita kehidupan masyarakat modern saat ini. Di tengah majunya teknologi serta kemudahan yang ada, tidak membuat manusia lepas dari perasaan sepi yang kian hari semakin membelenggunya. Hal tersebut coba digambarkan oleh Iwan Simatupang lewat pertemuan mereka di taman, yang notabene merupakan tempat umum yang bertujuan agar orang-orang dapat melepaskan perasaan penat, jenuh, serta letih mereka dengan mendatangi tempat yang asri.
Nilai kehidupan dari cerita “Petang di Taman” karya Iwan Simatupang di atas yaitu satu-satunya cara melawan permasalahan dalam diri manusia yaitu dengan melewatinya. Baik dengan menghadapi, atau bahkan sesederhana menikmati segala permasalahan yang ada.
ADVERTISEMENT