Hidup dalam Lingkaran Filter Bubble

Milania Rachmadani
Mahasiswi aktif Ilmu Komunikasi Fakultas fisip Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. #kitauntag #untagsby
Konten dari Pengguna
15 Januari 2021 7:03 WIB
comment
60
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Milania Rachmadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pinterest
ADVERTISEMENT
Bagi seseorang yang sering bermain media sosial, pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa explore Instagram isinya terus berupa konten video tiktok atau Twitter yang sering kali merekomendasikan berita tentang hal serupa secara berulang-ulang? Nah, semua hal tersebut dikenal dengan Filter Bubble.
ADVERTISEMENT
Filter Bubble merupakan algoritma pada media sosial. Ia menampilkan informasi yang hanya diminati oleh pengguna. Dalam artian, informasi yang sering muncul di timeline Twitter atau explore Instagram tersebut berasal dari apa yang seseorang sukai dan nikmati. Maka dari itu, sistem algoritma pada aplikasi telah mengelompokkan apa saja konten atau informasi yang diminati penggunanya. Banyak pula yang berpendapat bahwa sistem algoritma ini memudahkan para pengguna untuk mengetahui suatu informasi terkini tanpa perlu mencarinya terlebih dahulu.
Faktanya, Filter Bubble ini membuat para pengguna hanya berfokus pada satu sudut pandang berita yang mereka sukai dan mengabaikan informasi yang berlawanan. Apalagi di masa pandemi ini, banyak media yang dengan gencarnya memberitakan tentang update terkini kasus covid-19. Tidak hanya melalui berita di televisi, namun juga melalui media sosial banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk memberikan informasi seputar covid-19. Sayangnya, dari beberapa informasi tersebut tidak sedikit pula yang kebenarannya tidak valid atau hoax.
ADVERTISEMENT
Biasanya, informasi hoax ini tersebar cepat melalui grup Whatsapp keluarga, bapak-bapak atau ibu-ibu yang notabenenya cepat sekali percaya tanpa melakukan crosscheck terlebih dahulu. Pada akhirnya, berita tersebut masuk ke dalam gelembung informasi di media sosial kita. Tidak sedikit pula yang mempercayainya sehingga para media harus merilis artikel bahwa informasi tersebut hoax. Inilah yang merupakan salah satu dampak negatif dari Filter Bubble. Artikel-artikel tersebut muncul berdasarkan followers kita, riwayat pencarian, maupun riwayat konten yang kita sukai di media sosial lainnya. Selain itu pula, Filter Bubble dapat muncul berdasarkan riwayat dari beberapa waktu.
Dampak negatif dari Filter Bubble tidak hanya ini saja. Seseorang yang telah terbiasa terkurung di dalam gelembung informasi yang minim mampu membuat pola pikirnya menjadi sempit dan pendek. Sehingga, kondisi semacam ini dapat mengakibatkan munculnya efek echo chamber kepada seseorang di mana seolah-olah ia merasa telah mengetahui semua hal yang sedang diberitakan, padahal sebenarnya tidak.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi ini, masyarakat dianjurkan untuk bekerja di rumah dan melakukan pembelajaran jarak jauh. Tentu saja, cara mereka untuk memperoleh berbagai informasi secara umumnya dilakukan melalui pencarian pada media sosial. Bayangkan, jika media sosial ini hanya menampilkan berita yang seseorang minati padahal masih ada banyak berita berita yang perlu kita ketahui? Tentu ada dampak negatif maupun positifnya tersendiri. Begitulah cara kerja Filter Bubble pada media sosial yang sering kita gunakan.