Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cerita Perjalanan di Awal Tahun
20 Februari 2023 14:40 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Milka Deen Puaasang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah dua minggu lebih di kampung halaman, menghabiskan tahun 2022 yang setiap hari kerjanya hanya rebahan, akhirnya saya kembali ke kota Makassar. Jika beberapa orang akan berlama – lama untuk tinggal di kampung halaman menunggu hingga mendekati minggu awal perkuliahan, maka saya memilih kembali lebih awal. Saya kembali ke Makassar sebulan sebelum perkulihan di mulai. Tujuannnya apa? Hmm ada deh. Satu dua teman yang tinggal di Makassar heran melihat saya tiba – tiba sudah ada saja Makassar.
ADVERTISEMENT
Empat hari setelah kedatangan, saya ikut kegiatan tahunan organisasi di salah satu Kabupaten, yaitu Kabupaten Takalar, tidak begitu jauh dari kota Makassar. Waktu tempuh untuk menuju Kabupaten Takalar normalnya satu setengah jam. Namun dikarenakan motor yang digunakan tidak mendukung, maka perjalanan menghabiskan waktu hingga dua setengah jam, kalau saya tidak salah ingat. Setibanya di tempat kegiatan kami langsung mengadakan rapat sesuai dengan agenda dari kegiatan itu sendiri. Dikarenakan agendanya adalah rapat maka selama empat hari keseluruhan aktifitas dilaksanakan di dalam ruangan saja. Biasanya disiang hari saat istirahat, kami mengerubungi tukang bakso yang datang di sekitar area lokasi kegiatan kami. Bakso disini khas, berbeda dengan yang di Makassar, ada bihun gorengnya. Harga Rp. 10.000 dengan isi yang lumayan banyak, lebih banyak dibandingkan dengan yang saya beli di Makassar.
ADVERTISEMENT
Setelah agenda tahunan yang di adakan organisasi yang saya ikuti itu, berselang beberapa hari saya diajak salah satu teman ke kampung neneknya yang ada di Kabupaten Jeneponto. Katanya sudah lama ia tidak kesana dan lagi karena libur semester juga masih sangat lama jadi dia ajak saya ke Jeneponto. Karena saya tim gas – gas, maka saya tidak akan melewatkan tawaran itu. Lagian saya juga belum pernah ke Jeneponto, saya hanya pernah melewati kabupaten itu pada pertengahan tahun lalu saat saya hedak kesalah satu kabupaten lainnya. Di Jeneponto ini terkenal dengan coto kudanya, mungkin saya bisa mencicipinya jika ke Jeneponto. Selain itu mungkin kincir angin besar yang ada di Jeneponto bisa kami jumpai saat tiba disana.
ADVERTISEMENT
Setelah ajakan ke Jeneponto itu, akhirnya tanggal 26 januari 2023 kami berangkat. Rencananya kami berangkat pukul 06.00 Wita agar tidak kebakar panasnya matahari di Takalar. Tapi yang namanya rencana hanyalah rencana, pada akhirnya kami berangkat pukul 07.25 Wita, saya ingin tau waktu yang kami tempuh dari Makassar ke Jeneponto maka dari itu saya catat waktunya. Normalnya perjalanan dari kota Makassar ke Jeneponto sekitar dua setengah jam, namun karena kami kena macet di Kabupaten Gowa, pada akhirnya kami tiba di Jeneponto pukul 11.02 Wita waktu tempuhnya sekitar tiga setengah jam.
Setibanya di Jeneponto, kami kunjungi nenek temanku terlebih dahulu kemudian pergi ke rumah kakaknya. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di rumah kakak teman ku ini. Hamparan perkebunan tebu dan persawahan terlihat jelas ketika menuju kerumah kakak dari temanku ini, nampak jauh di ujung hamparan perkebunan tebu itu perbukitan yang ditanami jagung. Kebetulan bulan lalu sewaktu saya datang ke Jeneponto padi dan tebu masih dalam masa pertumbuhan, sedangkan jagung beberapa sudah dalam tahap panen atau segera akan di panen. Kalau asri ada takarannya, maka pemandangan di Jenepoto tempo hari adalah pemandangan asri menurut takaran saya.
Kami habiskan waktu dengan beristirahat saja di rumah kakak temanku. Keesokan harinya kami dibuatkan bubur Manado. Enak sekali, saya bahkan lupa kapan terakhir kali makan bubur Manado ini. Beruntunglah saya datang kesini, makan bubur Manado sembari melihat pemandangan Jeneponto, wah komplit sekali. Silahkan kalian rasakan sendiri. Sore harinya kami makan Songkolo bersama dengan ikan teri, rasanya, silahkan kalian coba sendiri. Setelah puas makan kami kembali ke rumah nenek teman ku ini, membawa Songkolo. Mungkin ada yang sudah pernah mencobanya atau ada pula yang asing dengan makanan yang satu ini. Songkolo adalah beras ketan yang di masak bersama santan, dimakan begitu saja atau disandingkan dengan kelapa parut yang disangrai atau seperti kami ini yang makan dengan ikan teri. Makanan seperti ini biasanya disajikan untuk acara adat, jadi jika ada yang membuat diluar dari acara adat maka beruntunglah anda dapat mencicipinya.
Bersama dengan kakak temanku dan anaknya, kami pergi membawa Songkolo itu. Seperti biasa ketika datang ke rumah keluarga pasti akan ada percakapan – percakapan ringan. Begitu juga yang terjadi kemarin, tapi saya tidak mengerti satu kata pun yang dibicarakan temanku dengan satu keluarganya ketika berada di rumah neneknya tempo hari, itu dikarenakan mereka berbicara dalam bahasa Makassar. selesai berkunjung yang tidak begitu lama kami menuju ke rumah sepupu dari temanku. Tidak jauh hanya melewati sedikit belokan untuk sampai ke rumah yang kami tuju. Percakapan cukup lama, sembari menuggu hujan redah. Percakapan berakhir dengan kami akan pergi ke kompleks makam raja – raja. Pas sekali, apalah gunanya kami datang kesini jika tidak datang ke Kompleks Makam Raja – Raja Binamu.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya bersama dengan sepupu dari temanku, kami pergi ke Kompleks Makam Raja – Raja Binamu. Kami melalui persawah, perbukitan yang penuh dengan jagung yang tengah di panen dan pohon buah ta’ (pohon lontar) di sela – selanya. Ini poin penting dari perjalanan ini, mendatangi Kompleks Makam Raja – Raja Binamu, awalnya kami agak khawatir tidak diizinkan masuk, namun untungnya kami diperbolehkan juga. Dari dua tahun sebelumnya saya sudah bertanya – tanya kapan bisa mendatangi kompleks makam yang unik ini. Akhirnya tersampaikan juga, lewat perjalanan kali ini.
Saat kami memasuki kompleks makam itu, kami berkeliling sembari melihat – lihat ragam hias pada makam. Benar kata orang - orang di beberapa makan ada inskripsi kuno, bukan tulisan arab saja tetapi juga terdapat aksara kuno asli dari Sulawesi yaitu tulisan Lontara. Saya baru mengunjungi beberapa kompleks makam kuno dan yang satu ini punya keunikannya sendiri. Di beberapa makam tidak hanya ada motif ragam hias flora namun terdapat pula ukiran gambar hewan hingga manusia yang memegang badik yang nampak pada sisi – sisi jirat. Salah satu makam yang paling unik dalam kompleks makam ini bukan hanya memiliki ukiran di setiap sisi makam atau di setiap sisi jirat makam, namun juga terdapat nisan yang menyerupai manusia.
Dari yang saya ketahui ciri makam kuno yang dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dapat dilihat dari orientasi makamnya, yaitu Utara Selatan. Selain itu, juga kerap ditemui penggunaan motif ragam hias tumbuhan atau flora disekitar sisi makam atau di jirat makam. Namun yang kami dapati di kompleks makam ini berbeda, sehingga kemungkinan percampuran kebudayaan pada masalalu sangat kuat dilihat dari adanya motif ragam hingga adanya ukiran – ukiran manusia dan nisan yang terbuat dari patung. Silahkan kalian datang sendiri, lihat sendiri pasti akan banyak muncul pertanyaan di benak kalian. Sama seperti saya saat mengunjungi kompleks makam tersebut.
Sembari berkeliling melihat makam – makam tersebut kami juga mengambil beberapa foto. Setelah puas melihat – lihat, kami kembali ke rumah sepupu dari temanku. Diperjalanan pulang tiba – tiba saja motor yang kami kendarai mogok, hampir setengah jam kami coba nyalakan motor itu, untungnya motor kembali bisa dinyalakan dan kami percepat saja perjalanan pulang. Kami makam bakso setelah tiba, entah kenapa setiap datang kesatu daerah pasti selalu berujung makan bakso. Bakso yang ini beda lagi, berbeda dari yang ada di Makassar juga di Takalar. Bakso di Jeneponto adalah paling banyak jumlahnya sejauh ini, kalau di Takala saya anggap baksonya sudah banyak, tapi di Jeneponto baksonya lebih banyak lagi. Silahkan datang dan coba. Selepas kunjungan ke Kompleks Makam Raja – Raja Binamu, keesokan harinya kami kembali ke Makassar. Agan saya mengenai makan coto kuda dan mendatangi kincir angin besar yang ada di Jeneponto, sepertinya belum dapat terealisasikan saat itu, nampaknya harus menunggu diantrian kunjungan berikutnya ke Jeneponto.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan kembali ke Makassar sepertiya tidak semulus yang kami bayangkan. Ditengah perjalanan ban motor yang kami gunakan mengalami kebocoran, untung saja ada tambal ban yang dekat dengan kami saat itu. sehingga kami perlu menunggu setengah jam, sambil memakan buah rambutan yang saya beli di pinggir jalan. Setelahnya kami lanjutkan perjalanan hingga tiba di Makassar.
Setiap perjalanan selalu punya kisahnya sendiri, tentu halnya dengan perjalanan ke beberapa tempat di awal tahun ini. Jika menilik ke belakang beberapa tahun terakhir saya sering mendatangi beberapa tempat baru, tempat – tempat baru yang saya kunjungi terjadi secara tiba – tiba maupun terencana sebelumnya. Mengunjungi suatu tempat baru artinya belajar hal baru, masyakatnya dan budayanya. Mendatangi tempat atau suatu daerah artinya punya teman baru. Saya merasa beruntung punya kesempatan seperti ini, saya berharap bisa ke tempat – tempat lainnya, ya tahun 2023 ini harusnya saya bisa datangi lima tempat terhitung dengan perjalanan awal tahun ini. dua tempat baru pasti saya datangi tahun ini, karena itu agenda yang terencana, sisanya biarkan alam yang menuntun.
ADVERTISEMENT
Ps: Foto yang saya ambil menggunkan kamera handphone sehingga kualitas gambarnya sangat rendah