3 Kesalahan Generasi Milenial dalam Mengelola Keuangan

25 Januari 2019 10:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Prinsip Keuangan. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Prinsip Keuangan. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gaya hidup generasi milenial acapkali identik dengan nongkrong happy sampai mewah sambil minum kopi. Punya uang sedikit, dipakai buat buat foya-foya. You Only Live Once alias YOLO, katanya.
ADVERTISEMENT
Nyatanya, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve, digambarkan bahwa keuangan generasi milenial lebih miskin kondisinya dibanding generasi sebelumnya. Milenial punya kebiasaan belanja yang sama seperti orang tua atau kakek-neneknya, tetapi dengan jumlah uang yang lebih sedikit.
"Masalah keuangan ini lebih berpengaruh terhadap milenial, daripada generasi sebelumnya yang lebih mapan dalam karier," terang para peneliti, Christopher Kurz, Geng Li, dan Daniel J. Vine, sebagaimana dilansir NPR, Senin (3/12).
Kamu yang baru saja meniti karier mungkin langsung keranjingan dengan uang hasil gaji pertama. Uang tersebut langsung ingin digunakan untuk apa saja. Tapi kalau enggak bisa mengelola keuangan tersebut dengan baik, bisa-bisa bangkrut di masa depan.
Maka dari itu, untuk menghindari kebangkrutan tersebut, kamu perlu mengetahui kesalahan dalam mengelola keuangan.
ADVERTISEMENT
Dalam sesi bertema “Love Hate Relationship: Millennials and Financial” bersama kumparan (24/1), perencana keuangan Zap Finance, Prita Hapsari Ghozie berbagi kesalahan pengelolaan keuangan pada generasi milenial. Apa saja?
1. Enggak punya tujuan
Minum kopi sambil bersantai diatas kasur mahal (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Minum kopi sambil bersantai diatas kasur mahal (Foto: thinkstock)
Habis gajian, mungkin saja kamu langsung pergi ke cafe kopi beken, atau beli jam tangan keren yang sebenarnya enggak butuh-butuh amat. Hingga saat akhir bulan tiba, dompet sudah tipis, lupa isinya dihabiskan buat apa saja.
“Enggak ada tujuan. Banyak duit, tapi enggak tahu mau dikemanain. Biasanya karakter milenial gitu. Suka enggak tahu ini ke mana, ya (uangnya dihabiskan),” ujar Prita.
2. Enggak punya kontrol
Keuangan (Foto: Pixabaya)
zoom-in-whitePerbesar
Keuangan (Foto: Pixabaya)
Karena generasi milenial enggak memiliki tujuan yang jelas dalam menghabiskan uangnya, akibatnya mereka enggak punya kontrol atas keuangannya sendiri. Ada promo atau cashback sedikit dari suatu produk, bungkus. Ada tempat makan baru atau tongkrongan keren, langsung ajak teman-teman dan habiskan uang di sana.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu Prita sangat menyarankan kamu membuat semacam perencanaan keuangan sebelumnya. Boleh, sih, senang-senang atau memenuhi keinginan gaya hidup, tapi anggarannya enggak boleh lebih dari 10 persen gajimu.
3. Enggak punya dana darurat
Perencanaan keuangan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Perencanaan keuangan (Foto: Pixabay)
Mungkin beberapa di antara kamu baru mendengar istilah dana darurat ini. Dana darurat itu adalah uang yang sewaktu-waktu dibutuhkan ketika kamu menghadapi situasi yang enggak bisa diduga seperti sakit keras, orang tua meninggal, atau kecelakaan yang enggak ditanggung asuransi.
“Milenial (acapkali) enggak punya dana untuk situasi darurat. Kalau emergency (darurat) beneran dan enggak ada duit, jadi solusinya mengutang,” kata Prita.
Menurut Prita, dana darurat ini bentuknya harus kas yang mudah dicairkan. Sebab, kalau kamu menyimpan dana darurat dalam bentuk emas, misalnya, itu akan perlu proses menjual terlebih dahulu sebelum dapat digunakan dalam bentuk uang. Sedangkan dana dalam bentuk uang kas ini mendesak kebutuhannya.
ADVERTISEMENT