5 Perbedaan Sekolah Internasional dengan Nasional

30 Oktober 2018 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sekolah internasiona. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sekolah internasiona. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Di Indonesia terdapat sekolah internasional dan nasional. Sekolah nasional, baik negeri atau swasta, adalah sekolah yang memenuhi standar nasional pendidikan (SNP). Sedangkan, sekolah internasional merupakan sekolah yang mengedepankan pendidikan berbasis global.
ADVERTISEMENT
Sekolah internasional sendiri sudah berganti nama sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 31/2014. Kini sekolah internasional memiliki sebutan Satuan Pendidikan Kerjasama yang disingkat SPK.
Sekolah internasional memiliki sejumlah perbedaan mendasar dibandingkan sekolah nasional. Berikut kumparan rangkum lima perbedaannya.
1. Kurikulum
Jelas, hal yang paling berbeda dari sekolah internasional ialah kurikulumnya. Menurut Rima --nama samaran-- salah satu alumni sekolah internasional Bina Nusantara, kebanyakan sekolah internasional di Indonesia menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB) atau International General Certificate of Secondary Education (IGCSE).
"Kalau Binus kurikulumnya IB. IB itu jadi IPA dan IPS. Pelajarannya dibagi, ada yang higher level sama standard level. Tingkat kesulitannya beda-beda," kata Rima kepada kumparan.
Namun, di sekolahnya enggak menerapkan penjurusan IPA dan IPS. Karena semua murid pasti ada minimal satu mata pelajaran natural science (IPA) dan satu social science (IPS).
ADVERTISEMENT
"Jadi intnya mata pelajaran wajib itu Theory of Knowledge, dua Bahasa, Matematika, satu IPA, satu IPS dan satu opsional itu Seni. Kalau enggak mau Seni boleh ambil tambahan satu IPA atau IPS," jelasnya.
Hal itu membuat sistem belajarnya mirip dengan perguruan tinggi. "Jadwal kamu berbeda dengan teman-temanmu, meski satu kelas. Karena tergantung kamu ambil mata pelajaran apa," ujar Rima.
Berbeda halnya dengan Desy, pelajar Mahatma Gandhi School, yang menyebut di sekolahnya hanya dibagi penjurusan science dan commerce. Mata pelajaran yang akan diambil oleh siswa pun dibebaskan
"Aku ambil science, dan bisa milih antara Biologi, Ekonomi, atau Teknologi Informasi. Dan aku pilih Ekonomi. Sebenarnya agak lumayan susah karena pada dasarnya ambil IPA, tapi belajar Ekonomi juga. Jadi muter-muter gitu. Hehehe...," tuturnya.
ADVERTISEMENT
2. Bahasa
Soal bahasa, Desy mengaku sangat bisa mengasah kemampuan bahasa Inggris-nya selama menjadi siswa di sekolah internasional. Sebab, setiap harinya ia berbicara bahasa Inggris dengan 25 teman sekelasnya.
"Ada bahasa Indonesia tapi sebagai bahasa kedua," ucapnya.
3. Tugas sekolah
Siswa di sekolah internasional juga mendapat tugas yang berbeda di sekolah. Rima mencontohkan, untuk pelajaran Human Sciences seperti Biologi, Kimia, dan Fisika, biasanya ditugaskan untuk membuat eksperimen sendiri.
"Jadi mulai dari hipotesis, metode, pembahasan, sampai konklusi (dikerjakan sendiri). Kalau mata pelajaran Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, ditugaskan buat makalah kayak analisa novel, puisi, atau cerpen. Kayak makalah anak kuliah gitu," terang Rima.
4. Ujian
Ujian yang dilalui siswa sekolah internasional pun berbeda. Mereka enggak hanya melalui ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester (UAS). Tapi juga ujian resmi dari IB.
ADVERTISEMENT
"Kalau ujian resmi IB itu di akhir aja, sekitar Mei pas sudah kelas 12. Sebelumnya paling mengadakan namanya mock exam. Sama kayak try out gitu," ujar Rima.
Selain itu, tiap ujian berupa makalah yang harus dijawab secara esai. Jadi, enggak ada, tuh, yang namanya tebak-tebak berhadiah di pilihan ganda.
5. Guru
Gina, salah satu alumni International Islamic Boarding School (IIBS), mengatakan hanya memiliki satu guru asing yang mengajar Bahasa Inggris. Selebihnya ialah guru asal Indonesia. Meski begitu, Gina tetap harus berbicara dalam bahasa Inggris di lingkungan sekolah.
Lain halnya dengan Desy, yang diajar oleh guru asing untuk berbagai mata pelajaran. "Ada India, Filipina, Singapura, sampai Bangladesh," sebut dia.