Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Walau digunakan di Jawa Tengah bagian barat, popularitasnya sampai ke penjuru Indonesia.
Makin terkenalnya bahasa ngapak dimanfaatkan jadi ide bisnis oleh Pujianto (30), dalam mengembangkan usaha konveksinya bernama Kaos Ngapak.
Berawal dari kos-kosan
Usaha itu dirintis milenial tersebut sejak masih kuliah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Ia memulainya dari sebuah program kampus.
"Perjalanan kami sebenarnya berawal dari kos-kosan. Semula kami memproduksi dacron. Seiring dengan berjalannya waktu, kami berkeinginan menjadi yang terbesar dan terlengkap minimal di Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen)," terang dia seperti dikutip dari Antara.
Dari yang awalnya hanya tugas kuliah, kini Kaos Ngapak milik Pujianto sudah punya cabang di Purwokerto, Purbalingga, Baturaden, Kebumen, dan Cilacap.
Menurutnya, pasar Kaos Ngapak di wilayah Banyumas masih tergolong kecil, dengan kapasitas produksi sekitar 2.500 helai per bulan.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan daerah lain yang menjadi destinasi wisata seperti Bali dan Yogyakarta. Produk kaus khas daerah itu selalu diburu karena banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
"Akan tetapi wisatawan yang berkunjung di Banyumas lebih banyak berburu kuliner. Yang berburu kaus khas masih sedikit," katanya.
Meski begitu, Pujianto terus berusaha meningkatkan promosi Kaos Ngapak maupun produk lainnya, demi meningkatkan rasa bangga terhadap produk buatan dalam negeri.
"(Kaos Ngapak) sebagai bisnis sekaligus mengangkat bahasa Banyumasan dalam bentuk kaus," lanjut dia.
Terdampak pandemi COVID-19
Pujianto mengakui pandemi COVID-19 telah berdampak pada berbagai sektor perekonomian termasuk Kaos Ngapak.
Akan tetapi, penurunan produksi kaus dapat ditutupi dengan adanya izin pembuatan alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat dan masker.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, peningkatannya bisa mencapai 500 persen," katanya.
Oleh karena itu, dia menambah karyawan dari sebelumnya 17 orang menjadi 23 orang. Termasuk menggandeng pelaku UMKM lainnya untuk terlibat dalam pembuatan APD.
UMKM bisa bantu Indonesia di masa krisis
Pujianto menilai sebenarnya produk UMKM di Banyumas sudah tergolong bagus, baik dari sisi kemasan sampai perizinannya yang lengkap. Tapi, keinginan masyarakat untuk membeli brand lokal masih rendah.
"Setiap teman-teman UMKM secara bergilir dan terjadwal, bikin promo berbarengan dan mempromosikan satu sama lain. Itu salah satu tujuanya untuk saling dukung, karena kalau berdiri sendiri-sendiri agak berat," kata dia yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil Menengah Banyumas (Aspikmas).
Pujianto sempat memroduksi kaus bertuliskan "Berikan Saya 10 Pelaku UMKM Maka Ku Guncang Ekonomi Dunia", yang terinspirasi dari Soekarno.
ADVERTISEMENT
Tulisan tersebut mengandung makna dengan adanya dukungan semangat, UMKM bisa memberikan sumbangsih yang besar ketika Indonesia mengalami krisis.