Banting “Tulang” Hingga Lupa Pulang

26 September 2023 14:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi karyawan swatsa bekerja. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi karyawan swatsa bekerja. Foto: Shutterstock.
Menjadi anak muda usia 20-an ternyata enggak semenyenangkan yang dibayangkan. Windi (26), karyawan swasta, menyadari hal itu. Dulu, di saat usianya masih belasan, dia ingin cepat-cepat berusia 20-an supaya bisa jalan-jalan dan melakukan segala hal yang diinginkan. Nyatanya waktunya justru habis untuk bekerja.
Uniknya, perusahaan tempat Windi sangat mengedepankan work life balance. Namun diaku Windi, ia punya sifat kompetitif yang ingin terus berlomba menjadi yang terbaik.
Work hard pays off, don’t stop until you proud, great things never come from comfort zone, serta kata-kata motivasi lainnya yang cenderung mengajarkan kita untuk selalu work hard dalam mencapai kesuksesan,” ungkapnya.
Kata-kata motivasi ini membuat Windi ingin melakukan usaha lebih agar bisa segera mencapai kesuksesan dengan cara berlebihan. Bahkan hingga memangkas waktu istirahatnya.
“Gue ngerasa ya kerja jangan setengah-setengah, karna kan kalau kita bagus ya bagus juga buat perusahaan dan gue juga merasa kerja itu bagian dari hidup gue,” ungkap Windi.
Ilustrasi semangat bekerja. Foto: Shutterstock.
Ya, apa yang Windi ceritakan mungkin dirasakan juga oleh banyak anak muda lainnya. Ia berpikir bahwa dengan mengganti waktu istirahat dengan kegiatan lain serta memiliki jadwal yang padat, akan membuat produktivitas mereka bertambah sekaligus meningkatkan kesempatan mereka untuk mencapai pekerjaan impian.

Fenomena Hustle Culture

Budaya bekerja hingga melewati batas ketentuan dan kemampuan diri dengan tujuan agar mereka cepat mendapatkan kesuksesan dalam bekerja dikenal dengan istilah Hustle Culture.
Dikutip dari laman Monster, hustle culture dikenal sebagai budaya mengorbankan diri untuk bekerja keras tanpa memedulikan rasa lelah dan kesehatan mental. Seseorang yang menerapkan gaya hidup hustle culture harus terus bekerja setiap hari untuk mengembangkan karier di dunia profesional.
Mungkin hustle culture terlihat baik dilakukan karena bisa meningkatkan karier, namun ternyata jika dilakukan secara konsisten budaya hustle culture bisa memberikan dampak buruk, lho. Salah satunya mengarah pada perilaku tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan tidak aktif secara fisik.
Menurut WHO, Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan India. Selain rokok, konsumsi alkohol juga memperbesar peluang terjadinya berbagai gangguan kesehatan, di antaranya asam lambung (GERD) dan juga liver.
Ilustrasi sakit perut. Foto: Shutterstock
Dilansir Everyday Health, ada beberapa alasan yang menyebabkan perokok rentan alami gangguan lambung, seperti sphincter esofagus pada bagian bawah yang melemah akibat kandungan nikotin dan kebiasaan merokok dapat memproduksi asam lambung lebih banyak.
Sama seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol akan menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan tubuh. dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan liver.
Hati memiliki peranan yang cukup penting pada tubuh, yaitu mengatur metabolisme zat gula, menawar racun dalam tubuh, dan membantu meredakan infeksi. Jika terjadi kerusakan, hati atau liver dapat melakukan regenerasi sendiri. Meski begitu, gaya hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi minuman beralkohol membuat kemampuan regenerasi ini terganggu. Apabila tidak segera ditangani, hati mengalami kerusakan yang parah.
Jika terus-menerus mengonsumsi alkohol, maka hati tak lagi bisa melakukan tugasnya, dalam hal ini adalah mencerna lemak. Akibatnya, lemak akan mengalami penumpukan dan terjadilah fatty liver.
Menghindari keadaan hustle culture dapat menjadi cara agar kita terhindar dari gaya hidup seperti itu–menjadi pecandu alkohol dan rokok. Dilansir Forbes, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terlepas dari budaya “gila” kerja, salah satunya lebih aware dengan kebutuhan diri sendiri.
Caranya, cobalah untuk sesekali melakukan refleksi diri. Artinya adalah melihat apakah yang kamu lakukan sudah sesuai dengan apa yang kamu butuhkan untuk bisa mencapai tujuan tanpa memaksakan diri mengerjakannya secara terus-menerus.
Bila kondisi mendesak atau kebiasaan itu sudah menjadi life hack untuk membantu kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu, penting untuk memberikan proteksi ekstra pada diri sendiri. Caranya dengan mengonsumsi suplemen herbal seperti Sido Muncul Natural Sari Kunyit Plus.
Sido Muncul Natural Sari Kunyit Plus merupakan suplemen herbal dengan kandungan 100 mg Curcuma domestica Rhizoma (Kunyit) (terstandarisasi 95 persen Curcuminoid)
1 mg Piper nigrum Semen (Black Pepper) (terstandarisasi 95 persen Piperine) di setiap kapsul lunaknya. Kandungan tersebut dapat menjaga kesehatan lambung dan liver, serta membantu mengatasi gangguan pencernaan seperti maag/nyeri lambung, perut nyeri, begah/kembung, mual dan muntah.
Yuk, hidup sehat dan jaga kesehatan lambung dengan Sido Muncul Natural Sari Kunyit Plus yang bisa Anda dapatkan dengan mudah di https://www.sidomunculstore.com/ dan Tokopedia.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio