Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita Linda Anggrea Bangun Buttonscarves, Kini Punya 25 Toko sampai Malaysia
30 April 2021 17:10 WIB
ADVERTISEMENT
Buttonscarves menjadi salah satu brand lokal di ranah fashion dan lifestyle yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya para perempuan.
ADVERTISEMENT
Brand tersebut didirikan oleh Linda Anggrea di awal 2016. Saat itu dia baru mulai mengenakan hijab dan melihat potensi pasar hijab di Indonesia yang begitu besar.
Namun, menurutnya belum ada brand scarf yang menggarap secara serius untuk target pasar premium dan menengah ke atas. Dari sinilah dia memutuskan untuk memulai Buttonscarves.
Cerita Memilih Nama Buttonscarves
Linda punya cerita tersendiri kenapa memilih nama Buttonscarves untuk usahanya. Ketika itu dia mencari nama yang mudah diucapkan secara internasional karena tujuannya adalah go international.
Namun setelah mengecek semua kosa kata yang ada, menurutnya sudah dimiliki oleh brand lain.
"(Saat itu) aku lagi pakai kemeja dan melihat kancing baju. Aku terinspirasi saat sekolah bingung jawaban apa, lihat kancing baju, nih, apa jawabannya A, B, atau C. At that time langsung terinspirasi," tuturnya dalam UMKM Series Online Class episode 3 yang tayang di YouTube kumparan, hari ini (30/4).
ADVERTISEMENT
"Button (kancing) juga good icon bisa dilihat di mana-mana. Jadi kurasa button selalu ada dalam kehidupan sehari-hari," lanjut Linda.
Sementara soal logo, perempuan kelahiran 1991 itu mengungkapkan sejak awal memiliki keinginan kuat untuk memiliki logo yang sederhana, tapi signifikan dan universal.
Akhirnya muncullah logo Buttonscarves yang merupakan penggabungan huruf 'B' dan 'S'.
"Karena logonya kayak angka 8, ya, filosofinya katanya kalau logonya nyambung, rejekinya bagus, gitu," ucap Linda.
Saat Awal Buttonscarves Berdiri, Linda Anggrea Mengerjakan Semuanya Sendiri
Sejak berhijab di Desember 2015, memiliki ide untuk berbisnis hijab, sampai akhirnya meluncurkan produk pertama di Maret 2016, Linda mengaku mengerjakan semuanya hanya empat bulan meski tidak memiliki background fashion.
"Proses awal cukup cepat, aku cukup impulsif. Jadi tidak butuh waktu lama buat aku dapat inspirasi terus melakukannya," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Selama empat bulan itu, Linda memaksimalkan waktu buat mematangkan pengembangan produk, mempelajari target pasar, sampai membuat situs resmi Buttonscarves.
Di awal membangun bisnisnya, dia juga bekerja seorang diri. Mulai dari menjadi admin website sampai packing produk untuk pembeli.
Linda pun konsisten untuk berinovasi dengan produk Buttonscarves. Di antaranya merilis hijab baru secara rutin, menambah variasi produk, sampai mengeluarkan aksesoris pelengkap yang dibutuhkan.
Punya 25 Toko hingga Malaysia
Sejak 2016 sampai kini sudah berjalan lima tahun, Linda tidak hanya memperkuat eksistensi Buttonscarves secara online, tapi juga offline.
2018 menjadi tahun Buttonscarves memperluas brand-nya ke ranah offline. Hingga kini sudah ada 25 toko termasuk di Malaysia.
"Kami enggak muluk-muluk langsung nekat buka toko di Malaysia. Kami lihat dulu dari perjalanan selama tiga tahun, ternyata misalnya 5 persen (pelanggan) beralamat di Malaysia . Jadi setelah kumpulkan data cukup signifikan jumlahnya, kami memutuskan untuk ekspansi," pungkas Linda.
ADVERTISEMENT