Untitled Image

Dari Jalan-jalan Jadi Jualan, Bisnis Kriya Noesa Raup Puluhan Juta per Bulan

10 Oktober 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para Founder Noesa Cendy Mirnaz dan Annisa Hendrato dok Noesa
zoom-in-whitePerbesar
Para Founder Noesa Cendy Mirnaz dan Annisa Hendrato dok Noesa
ADVERTISEMENT
Berawal dari ketidaksengajaan, Cendy Mirnaz (31) dan Annisa Hendrato (31) memulai brand lokal Noesa di 2014. Ide bisnis kriya ini muncul saat mereka jalan-jalan ke Desa Watublapi, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Saat itu keduanya memutuskan buat traveling ke Flores selama sebulan lebih sebelum diwisuda. Kebetulan di sana sedang digelar acara budaya tradisional, termasuk memamerkan kain khasnya. Ketika melihatnya, Cendy mengaku bagaikan cinta pada pandangan pertama.
“Jatuh cinta pada pandangan pertama sama kain-kain yang ada di sana. Karena kain-kain itu jarang kami lihat. Jadi kainnya menggunakan warna alam dan dikasih lihat proses pembuatannya. Dari situ kami bilang, ‘Cocok, nih, dijual ke Jakarta’,” tutur Cendy kepada kumparan.
Noesa dok Noesa
Ingin lebih fokus mengembangkan bisnis dan melakukan sesuatu yang berguna bagi orang banyak, di 2014 Cendy memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya kala itu. Di 2015 dia bahkan memutuskan buat tinggal di Maumere demi riset produk.
Enggak cuma riset, Cendy juga bekerja di sana dan mempelajari kain hingga benang yang digunakan. Perempuan 31 tahun itu pun melakukan eksperimen warna alam agar produk Noesa lebih masuk ke target pasarnya, yakni anak muda.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Noesa bekerja sama dengan 25 pengrajin di Maumere yang membuat dompet, kamera strap, bag strap, bandana, tali kacamata, hingga gantungan kunci. Tiap bulannya mereka bisa memproduksi sampai 500 item dengan omzet sekitar Rp 60-Rp 80 juta, dan sudah diekspor ke Singapura, Jepang, Amerika Serikat, sampai Norwegia.

Noesa Libatkan Pengrajin di NTT

Noesa Libatkan Pengrajin di NTT dok Noesa
Cendy mengatakan, berkembangnya bisnis Noesa turut berdampak positif kepada para pengrajin yang bekerja sama.
“Dari yang tadinya masih tinggal sama keluarganya, sekarang udah punya rumah sendiri, udah bisa punya barang beli sendiri. Sudah lebih naiklah ekonominya. Ada beberapa orang di sana, tuh, udah menjadikan tenun sebagai pekerjaan,” katanya.
“Kalau dulu di sana, ‘kan, kayak bukan pekerjaan utama gitu, loh. Nah, sekarang ada beberapa yang udah full tenun aja,” lanjut Cendy.
ADVERTISEMENT
Ke depan, Noesa memiliki misi untuk semakin mengenalkan produk-produk handmade Indonesia ke khalayak yang lebih luas.
“Kami ingin bisa lebih dikenal sama orang banyak. Orang bisa apresiasi produk kami karena wellmade. Kebanyakan produk yang berhubungan dengan kriya, ‘kan, quality control-nya jelek atau apalah. Kenapa kami harganya naik karena kami juga meningkatkan quality control itu. Kami ingin membuat barang bagus, tapi tetap handmade dari pengrajin Indonesia,” pungkas Cendy.
Noesa Finalis UMKM Kriya Terbaik Local Brand Editor's Choice 2021 dok kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten