Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kota dan musik adalah dua hal yang saling berkelindan. Di satu sisi, kota membutuhkan musik agar terus memiliki jiwa. Sementara musik perlu kota sebagai locus untuk senantiasa mengembangkan dirinya.
ADVERTISEMENT
Di Inggris, misalnya, band-band skena seperti The Stone Roses, The Smiths, hingga Oasis memilih dilahirkan di Manchester ketimbang 50 kota lainnya. Musik alternatif pun tumbuh subur di kota sepak bola tersebut. Sekaligus membawa inspirasi bermusik hingga ke Tanah Air.
Pengamat musik David Tarigan lalu punya teori tersendiri tentang nasib skena di Indonesia. Ia menyebut Jakarta Selatan akan menjadi kota tempat masa depan skena.
"Lo liat di Bogor, di Tangerang, sampai Tangsel. Bogor lagi, scene-nya makin keren. Di Tangsel juga makin militan lagi, banyak band-band yang keren. Cuma tetap saja pertemuannya itu di Jakarta Selatan untuk saat ini. Dulu mungkin, 20 tahun lalu di Jakarta Pusat, tapi memang masa depan itu ada di Jakarta Selatan," kata David saat dihubungi, Rabu (28/6).
David sendiri adalah orang yang terlibat dalam membidani musisi-musisi indie di Tanah Air. Ia bersama Hanin Sidharta mendirikan Aksara Records pada tahun 2004. Ragam musik yang diusung band-band yang bernaung di bawah label Aksara Records berpusat pada musik Electropop, Indie Pop, Indie Rock, dan Trip Hop.
ADVERTISEMENT
Band-band seperti Efek Rumah Kaca, White Shoes & The Couples Company, The Brandals, SORE, hingga Superglad ternaung dalam Aksara Record. Perusahaan rekaman yang berbasis di Jakarta itu diawali dari upaya mendokumentasikan perkembangan musik indie di Ibu Kota.
Pada awal tahun 1990-an, band-band indie memang lahir di Jakarta Pusat. Band-band lawas itu didominasi jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Mereka di antaranya adalah Naif, Rumahsakit, Goodnight Electric, hingga The Sastro.
Beberapa lokasi di Jakarta lalu menjadi tempat andalan perhelatan acara-acara musik berskala kecil atau biasa dikenal dengan sebutan gigs. Biasanya, gigs hanya akan fokus mengundang satu genre musik saja. Di tahun 1997-an, Poster Cafe jadi tempat langganan event gigs di eranya. Tempat ini jadi saksi bisu skena musik independen berkembang, khususnya di kawasan Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
"Jakarta Selatan secara spesifik punya kegiatan yang mendukung dan bisa dibilang menjadi khas scene-scene independent ini," ucap David.
Tak heran banyak yang menyebut juga kancah musik ini sebagai skena Jaksel. Di masa lalu, Poster Cafe berada di area Museum Satria Mandala di kawasan Jakarta Selatan. Ada juga Bar Blues (Menteng, Jakpus), Parc Bar (Blok M, Jaksel), Score! Cilandak Town Square, Jaya Pub (Thamrin, Jakpus), hingga Heyfolks (Mayestik, Jaksel).
Kini, kawasan Blok M, misalnya, tetap menjadi surga bagi skena terus tumbuh. Di M Bloc Space, hampir tiap hari ada gelaran musik alternatif.
"Karena yang mendukung variasi itu ada di sini (Jaksel), maksudnya keceriaannya, musik-musiknya. praktik-praktiknya, sebenarnya yang craving itu justru semakin ke pinggir lagi," jelas David.
ADVERTISEMENT