'Design Thinking' Kunci Generasi Muda Tangkal Hoaks

30 Maret 2022 18:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatihan Leadership Development Beswan Djarum 2021/2022. Foto: Djarum
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan Leadership Development Beswan Djarum 2021/2022. Foto: Djarum
ADVERTISEMENT
Djarum foundation kembali menggelar pelatihan leadership development bagi penerima program Djarum Beasiswa Plus angkatan 2021/2022. Pelatihan ini diikuti oleh 520 mahasiswa dari 90 Universitas di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Dalam pelatihan leadership kali ini, para generasi muda diasah kemampuannya dalam berpikir kritis, kreatif, serta solutif dalam menyaring informasi dan menjawab permasalahan yang ada saat ini dan masa mendatang.
Menurut praktisi komunikasi Roro Ajeng Sekar Arum majunya teknologi komunikasi juga memunculkan bahaya terselubung bagi generasi muda. Mereka bisa tersesat dalam derasnya arus informasi yang tak jarang mengandung hoaks atau kabar bohong yang disebarkan pihak tak bertanggung jawab.
“Di era industri 4.0 ini, seseorang dapat dengan mudah bercerita melalui media sosial atau platform lainnya. Namun ini dapat menjadi bumerang, karena informasi tersebut belum tentu benar. Contohnya konten flexing yang sedang ramai di kalangan para content creator atau influencer, informasi dari mereka belum tentu benar. Banyak influencer yang tertangkap berbohong saat melakukan flexing. Bayangkan bila kita tidak berpikir kritis, kita pasti termakan oleh kebohongan tersebut. Untuk itu, kita harus lebih berhati-hati dan harus selalu kritis dalam menanggapi informasi yang sampai kepada kita,” kata Roro dalam siaran tertulis yang diterima kumparan, Rabu (30/3).
ADVERTISEMENT
Menurut Roro, dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan berpikir secara perlahan dan melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Mereka akan mempertimbangkan data dan fakta sebelum mengambil keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil akan lebih sesuai dengan permasalahan yang ada karena dipikirkan secara matang dan hasilnya pun tidak bias.
Selain berpikir secara kritis, para generasi muda juga diharapkan mampu berpikir secara kreatif dalam menghadapi suatu permasalahan. Dengan berpikir kreatif, seseorang mampu melihat berbagai opsi penyelesaian atas berbagai permasalahan yang ada. Jika suatu opsi dianggap tidak sesuai dengan permasalahan dan visi yang dimilikinya, orang tersebut akan berusaha mencari inspirasi demi memunculkan ide dan gagasan baru yang lebih tepat.
“Dengan berpikir kreatif berarti kita berusaha melatih diri kita untuk menemukan ide dan gagasan baru serta mengurai overthinking akan suatu permasalahan. Jika kita sudah terbiasa melakukan hal tersebut, lambat laun kita juga akan terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan cara efektif dan efisien. Hal ini yang kelak akan membuat generasi muda Indonesia menjadi tangguh dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, karena selalu memiliki solusi atas permasalahan yang ada,” jelas Roro yang juga merupakan Alumni Beswan Djarum angkatan 2011/2012 ini.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, panduan berpikir kritis, kreatif dan solutif inilah yang disebut sebagai design thinking. Dengan mengadopsi metode tersebut, generasi muda diarahkan untuk dapat menyampaikan ide dan gagasan terhadap permasalahan yang ada secara efektif berdasarkan bukti data yang akurat. Data yang akurat ini tentunya diperoleh dari proses berpikir dan analisis matang.
Proses design thinking diawali dengan mengasah kepekaan kita guna mengidentifikasi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Setelah itu dilanjutkan dengan menganalisis latar belakang, dampak, data hasil observasi, hingga sudut pandang yang beragam. Kemudian dilanjutkan dengan mencari inspirasi guna menemukan ide dan gagasan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Di tahapan inilah, seseorang dituntut untuk berpikir kreatif secara liar dan inovatif agar solusi yang dihasilkan lebih tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
“Setelah menemukan ide dan gagasan yang dirasa tepat, tahapan selanjutnya adalah menyusun prototype atau model rancangan yang akan kita lakukan. Pada tahap ini, kita diajak bereksperimen dan uji coba pemikiran, sebelum akhirnya hasil design thinking dikomunikasikan. Namun proses design thinking tidak berhenti sampai di situ, kita masih harus melakukan evaluasi terhadap gagasan tersebut agar sesuai dengan tujuan akhir kita,” tutup Roro.
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
Sementara itu, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Lounardus Saptopranolo, mengatakan materi Design Thinking in Written Communication ini diharapkan agar generasi muda lebih berhati-hati mengolah informasi.
Para Beswan Djarum juga diharapkan mampu melahirkan solusi atas permasalahan yang ada saat ini dan masa mendatang dan menuangkan gagasan tersebut agar dapat dipahami oleh khalayak.
ADVERTISEMENT
“Kami berharap soft skills yang diajarkan kepada para Beswan Djarum ini dapat menjadi modal bagi generasi muda dalam membentengi diri terhadap informasi yang tak berdasar dan juga berpikir kritis sehingga dapat berkontribusi bagi masyarakat dengan cara memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari, baik di masa kini maupun masa mendatang,” tutur dia.