Du Anyam, Bisnis yang Berawal dari Masalah Sosial Ekonomi Perempuan

10 Oktober 2021 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Co-Founder Du Anyam Melia Winata dok Du Anyam
zoom-in-whitePerbesar
Co-Founder Du Anyam Melia Winata dok Du Anyam
ADVERTISEMENT
Mengetahui masalah ekonomi sosial yang dihadapi perempuan di daerah-daerah terpencil di Indonesia, menggerakkan hati Melia Winata (30) dan dua rekannya untuk membuat perubahan. Akhirnya di 2014 dia mendirikan perusahaan sosial Du Anyam untuk membantu mengatasi isu tersebut.
ADVERTISEMENT
Melia mengatakan, saat itu dia melihat angka kesehatan gizi ibu dan anak, khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), cukup buruk. Ternyata masalah tersebut berhubungan dekat dengan isu ekonomi.
Mayoritas ibu-ibu di Flores, NTT mata pencahariannya adalah berladang, yang menyebabkan pendapatannya kurang stabil setiap bulannya. Selain itu, tidak ada alternatif pekerjaan lain di luar pekerjaan tersebut.
“(Ibu-ibu) yang sedang mengandung anaknya, masih harus mengurus kebun untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga muncul ketidakseimbangan nutrisi yang diasup oleh ibu-ibu, dengan bekerja keras di ladang. Akhirnya menyebabkan anak-anak mereka ketika lahir juga kekurangan gizi,” beber Melia kepada kumparan.
Meski begitu, para perempuan di NTT punya keterampilan kerajinan tangan anyaman. Inilah yang dilihat Du Anyam sebagai solusi dari masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kami lihat kerajinan tangan anyaman ini sepertinya ada potensi dari segi pasar. Sehingga kami memberikan akses pasar, dan ibu-ibu ini bisa memproduksi secara berkelanjutan,” tambah Melia.
Du Anyam memberikan pelatihan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kualitas standar pasar. Tak hanya itu, tapi juga penyuluhan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya tentang pangan lokal demi gizi yang lebih baik, dan pengelolaan keuangan.
“Hal-hal yang sederhana aja, sih, yang memang kami adakan terus-menerus sehingga mereka bisa ada perubahan di kehidupannya,” ucap Melia.

Mengacu pada 3 Pilar Du Anyam

Du Anyam dok Du Anyam
Dia menyebut, langkah-langkah yang dilakukan itu sesuai dengan tiga pilar Du Anyam, yakni pemberdayaan perempuan, peningkatan kualitas hidup dari masyarakat, dan promosi budaya.
ADVERTISEMENT
Pemberdayaan perempuan dilakukan lewat aktivitas menganyam yang dapat memberi tambahan pendapatan. Sehingga membuat para ibu-ibu merasa diberdayakan karena bisa ikut berkontribusi terhadap keuangan keluarga.
Dengan adanya pendapatan tambahan, Melia berharap bisa turut mewujudkan peningkatan kualitas hidup ibu-ibu tersebut.
“Ke-3 promosi budaya. Du Anyam selalu mengusung kearifan lokal, produk-produk yang dibuat memang menggunakan bahan material yang tumbuh di daerah lokal. Jadi kami juga mengangkat dan melestarikan tradisi, yang memang sudah ada. Itu konsep kami dari awal,” jelas Melia.
Selain di NTT, sejak 2017 Du Anyam juga telah ekspansi ke Nabire, Papua dan Kalimantan Selatan di 2020. Kedua wilayah baru tersebut mengusung pendekatan dan konsep yang sama.
Dari ketiga wilayah, Du Anyam bekerja sama dengan 1.400 ibu-ibu yang tersebar di 54 desa. Untuk karyawan kantornya dari cuma bertiga, kini mencapai 70 orang.
ADVERTISEMENT
Tiap tahunnya, sekitar 60 ribu karya anyaman berupa souvenir perusahaan, fasilitas hotel, sampai home decoration yang dihasilkan para perempuan ini juga telah tersebar luas hingga diekspor ke delapan negara. Ada Amerika Serikat, Jepang, Denmark, Belgia, Jerman, Australia, Korea Selatan, hingga Singapura.
Du Anyam Finalis UMKM Kriya Terbaik Local Brand Editor's Choice 2021 dok kumparan