Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Hannah Al Rashid: Buat Gue SJW Itu Punya Makna Positif
15 Agustus 2019 20:12 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:13 WIB
ADVERTISEMENT
Salah satu kosakata yang sering muncul dalam pergaulan milenial kini adalah social justice warrior atau yang akrab disingkat sebagai SJW.
ADVERTISEMENT
Jika ditelaah secara harfiah, SJW tentu punya makna positif. Ya, namanya juga pejuang keadilan sosial, terdengar heroik, 'kan?
Namun, akhir-akhir ini SJW malah disalahartikan jadi istilah negatif yang seringkali digunakan untuk menjatuhkan atau meledek orang yang memperjuangkan isu tertentu.
Hannah Al Rashid, aktris sekaligus aktivis gender yang vokal menyuarakan isu women empowerment termasuk salah satu yang sering kenal label SJW. Platform media sosialnya yang sering dia gunakan untuk membahas isu ini pun ramai jadi sasaran netizen yang kurang paham akan isu yang menjadi perhatiannya tersebut.
“Buat gue, SJW itu sebenernya punya makna positif. Mereka memperjuangkan keadilan sosial. Walaupun netizen suka anggap SJW itu negatif, tapi gue jadikan positif saja. Dengan lo ngatain gue SJW, berarti lo sudah notice sama isu yang gue bawa,” cerita Hannah, ketika ditemui kumparan di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (13/8).
ADVERTISEMENT
Hannah berpendapat bahwa selama ini, masyarakat kurang memberikan perhatian terhadap isu-isu yang sebenarnya nyata dan perlu diperjuangkan karena merasa telah hidup merdeka.
“Negara kita itu didirikan based on penjajahan. Mungkin karena kita sudah enggak perlu berjuang seperti para pahlawan dulu saat dijajah, kita jadi enggak appreciate lagi dengan perjuangan karena merasa sudah bebas dan merdeka,” ungkapnya.
Enggak perlu lagi berjuang dan merasa bebas merdeka membuat masyarakat kini mengabaikan isu-isu nyata yang sebetulnya masih perlu diperjuangkan. Bagi Hannah, isu seperti kesetaraan gender dan kekerasan seksual—baik yang terjadi kepada laki-laki atau perempuan—masih perlu untuk diperjuangkan dan disuarakan.
“Gue berusaha enggak kasih kuasa ke orang-orang yang ngatain gue. Kadang gue masih maklumin orang-orang yang gampang ngomong SJW mungkin mereka terlalu punya privilege, jadi mereka enggak sadar kalau ada isu yang lebih penting yang mereka enggak tahu,” ujar Hannah.
Perempuan kelahiran London, Inggris, ini mengaku akibat gelar SJW yang diberikan masyarakat media sosial, beberapa tahun lalu klien-kliennya sempat berhati-hati untuk melakukan kerja sama karena menganggap Hannah terlalu political dengan kegiatannya.
ADVERTISEMENT
Namun, dirinya menolak untuk mengubah idealismenya terhadap penyuaraan isu-isu yang menurutnya penting ini. Dan kegigihannya mempertahankan idealismenya pun membuahkan hasil. Kini, isu yang membuatnya disebut sebagai SJW itu justru dianggap sebagai gerakan yang seksi oleh masyarakat.
“Kalau gue diam, yang dirugikan itu jutaan perempuan di Indonesia. Gue enggak peduli. It doesn’t matter karena gue percaya, kalau yang gue advokasi ini berdampak positif buat mereka. Kadang mereka ada yang direct message gue, bilang kalau mereka terinspirasi dengan gue atau sekadar say thank you karena telah bantu menyuarakan suara mereka. Dan menurut gue, inilah yang buat menguatkan gue dibanding yang lain,” tutup Hanna.
Reporter: Stefanny Tjayadi