Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Ilustrasi terperangkap dalam inner child yang terluka. Foto: Shutterstock](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1575461201/f7eiten8dfokjadaxxa1.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun ketika mereka terus mengingat pengalaman buruk, maka bisa dikatakan mereka terperangkap dalam inner child yang terluka. Hal ini bisa menjadi berbahaya saat mulai menguasai emosi kita, sehingga kita merasa sulit mengontrol emosi.
Terlebih, jika hal tersebut mulai mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu hubungan kita dengan orang lain. Lalu, apa ciri-ciri inner child yang terluka? Berikut lebih lengkapnya agar bisa membantumu mempelajari sejauh mana inner child-mu.
Memiliki perasaan yang besar tentang hal-hal kecil
Jika beberapa luka masa kecil terjadi saat kamu masih terlalu kecil untuk mengingatnya, lalu bagaimana kamu bisa tahu bahwa luka itu ada? Salah satu caranya adalah dengan mencari petunjuk dari reaksi-reaksimu terhadap suatu situasi, terutama jika reaksi tertentu terlihat "berlebihan" atau "tidak proporsional".
ADVERTISEMENT
Misalnya, jika kamu merasa sangat marah ketika seorang teman melihat ponselnya atau ketika kamu sedang berbicara dengannya, hal itu mungkin menandakan bahwa beberapa kebutuhanmu akan perhatian tidak terpenuhi ketika kamu masih kecil.
Dengan kata lain, masalah mental, emosional, dan hubungan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari sering kali merupakan tanda dari rasa sakit di masa lalu, baik yang masih diingat maupun yang sudah dilupakan. Kita dapat dengan mudah mencari petunjuk dalam "memar" psikologis kita, yang mungkin termasuk memiliki respons yang kuat terhadap situasi yang tampaknya sepele.
Terbiasa menyabotase diri sendiri
Perilaku menyabotase diri sendiri dari inner child kamu dapat berakar dari berbagai macam alasan dan mungkin muncul sebagai pelupa, suka menunda-nunda, atau mudah marah. Bahkan bisa juga muncul sebagai rasionalisasi mengapa sebuah hubungan, pekerjaan atau kesempatan tidak tepat untukmu, padahal sebenarnya kamu hanya didorong oleh rasa takut. Itulah mengapa penting untuk memperhatikan perilaku menyabotase diri sendiri, karena alasannya bisa jadi berasal dari masa kanak-kanak.
ADVERTISEMENT
Merasakan hubungan yang sulit dengan keluarga
Hal ini dapat mencakup ketegangan keluarga, merasa ditolak, merasa dikritik, merasa seperti orang yang terbuang atau ketergantungan emosional yang kuat antara kamu dan orang tua. Apa pun masalahnya, segala jenis hubungan keluarga yang menantang mungkin menunjukkan masalah masa kecil yang lama dan belum terselesaikan serta kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Faktanya, cara orang tua atau saudara kandung memperlakukanmu saat ini dapat menjadi pertanda bagaimana perasaanmu saat kecil, karena inner child-mu masih bereaksi dengan cara yang sama persis ketika berada di sekitar mereka.
Selalu mengkritik diri sendiri dan punya harga diri yang rendah
Jika kamu memiliki kritikus batin yang selalu mencari-cari kesalahan dan menyalahkan emosimu, hal ini bisa jadi disebabkan karena kamu memiliki orang dewasa yang terlalu kritis atau menuntut di sekitarmu saat kecil.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi adalah dirimu yang lebih muda "menginternalisasi" suara orang dewasa yang kritis ini, sehingga di masa dewasa, hal ini menjadi bagian dari pemikiran dan pandanganmu sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa pendapat kritikus batin belum tentu benar, karena kemungkinan besar itu adalah bagian dari pemrograman lama yang bisa kamu pelajari untuk dilepaskan, yang pada akhirnya akan membebaskanmu dan inner child-mu.
Punya masalah hubungan
Jika kamu menemukan bahwa kamu berada dalam pola hubungan yang enggak sehat, enggak bahagia atau kasar, maka inner child-mu mungkin sangat terluka dalam kemampuannya untuk terhubung secara sehat dengan orang lain..
Mendapati dirinya punya masalah mental, fisik, dan emosional
Orang-orang dengan inner child yang terluka sering kali dapat mengalami perasaan hampa, ketidakberdayaan, dan keputusasaan yang terus-menerus dan kronis. Mereka mungkin merasa bahwa ada mereka sebagai diri yang palsu dan bahwa hidup mereka enggak memiliki rasa hidup atau spontanitas. Atau bisa juga mereka mungkin merasa sangat terputus dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, kecanduan, gangguan makan, juga dapat terjadi, ditambah kondisi fisik seperti migrain, sindrom kelelahan kronis, dan fibromyalgia juga dikaitkan dengan trauma masa kecil. Dan semua ini dapat menjadi tanda bahwa inner child-mu mencoba untuk mengkomunikasikan sesuatu yang penting bagi kamu.
Laporan Mutiara Oktaviana