Inspiratif, Ini 8 Sosok Kartini Masa Kini yang Berjuang di Bidang Pendidikan

21 April 2022 17:28 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Hari ini, Kamis (21/4), diperingati sebagai Hari Kartini. Hari kelahiran dari salah satu tokoh pahlawan kemerdekaan Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau bisa dikenal dengan R.A Kartini.
ADVERTISEMENT
Pahlawan perempuan yang satu ini dikenal dengan bukunya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku yang berisikan kumpulan surat-surat yang dikirim oleh R.A. Kartini kepada teman-temannya di Belanda.
R.A. Kartini sendiri dikenal dengan perjuangannya atas emansipasi wanita dan kepeduliannya terhadap pendidikan di Indonesia. Dulu, perempuan di Indonesia sama sekali enggak diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan. Hanya laki-laki saja yang diperbolehkan untuk sekolah.
Atas perjuangannya R.A. Kartini inilah sampai akhirnya perempuan-perempuan di Indonesia bisa mengenyam pendidikan hingga setinggi-tingginya.
Meskipun saat ini pendidikan di Indonesia sudah terus mengalami perkembangan, tapi nyatanya, masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum bisa mendapatkan pendidikan yang layak terutama di daerah-daerah terpencil.
Perjuangan pendidikan ini pun masih dilanjutkan oleh sosok-sosok Kartini masa kini. Siapa saja sih mereka? Yuk, simak di bawah ini dilansir Ruangguru.
ADVERTISEMENT

Butet Manurung

Butet Manurung saat menghadiri Beauty Talkshow Dove #CantikSatukanKita Foto: dok. Avissa Harness/ kumparan
Pemilik nama asli Saur Marlina Manurung ini merupakan salah satu pendiri Sokola Rimba. Sekolah yang mengajarkan baca tulis kepada anak-anak Suku Anak Dalam di pedalaman Jambi.
Tujuan Butet mendirikan Sokola Rimba agar orang Rimba dapat melindungi diri mereka dari ketertindasan pihak luas. Misalnya, perusahaan yang mengubah lahan hutan menjadi lahan bisnis dan merugikan orang Rimba.
Awalnya, Butet sering mendapat penolakan karena orang Rimba menganggap pendidikan adalah budaya luar. Tapi, Butet enggak menyerah. Ia pun terus mengajar hingga akhirnya pada 2004 ia dianugerahi sebagai Heroes of Asia Award 2004 oleh majalah Times.
Butet menjadi guru untuk Suku Anak Dalam Jambi setelah ia sempat bekerja menjadi pemandu wisata di Taman Nasional Ujung Kulon. Saat ini, Butet tinggal di Australia tapi tetap mengembangkan Sokola Rimba bersama tiga pendiri lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada 2007, Butet sempat menulis buku yang berjudul Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba. Buku ini menceritakan tentang pengalaman Butet selama mengajar di Sokola Rimba. Pengalamannya juga sempat diangkat menjadi film lho. Filmnya ini disutradarai oleh Riri Riza pada 2013.

Veronica Colondam

Veronica adalah Founder dan CEO YCAB Foundation. Sebuah yayaasan yang berfokus pada pengembangan generasi muda di bidang promosi kesehatan gaya hidup, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.
YCAB Foundation menggabungkan antara pendidikan dan ekonomi. Salah satunya adalah memberikan pinjaman modal kepada orang tua untuk mendirikan usaha. Dengan harapan, orang tua tersebut mampu memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk menempuh pendidikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anak muda Indonesia yang putus sekolah akibat kekurangan biaya.
ADVERTISEMENT
Program lain yang ia lakukan bersama yayasan ini adalah memberikan pelatihan kepada generasi muda. Hingga sekarang, sudah ada 3.303.237 anak muda yang telah dibantu.
Salah satu contoh anak muda yang dibantu adalah Agung, anak muda yang dulunya dikeluarkan dari sekolah. Setelah mendapatkan pelatihan membatik, Agung saat ini telah menjadi seorang entrepreneur dan mampu mempekerjakan banyak orang.

Karina Nadila

Karina Nadila di konferensi pers film Oma The Demonic. Foto: Dok. Istimewa
Putri Indonesia Pariwisata 2017 ini sempat aktif menjadi relawan di 1000 Guru, sebuah program untuk mengajar anak-anak yang berada di pelosok Indonesia. Pada 2017, Karina bersama 1000 Guru mengunjungi pedalaman Oeki, Kolbano, Nusa Tenggara Timur.
Di tengah kesibukannya, Karina juga selalu berusaha untuk menyisihkan waktu mengajar anak-anak Sekolah Dasar, mengajak anak-anak bermain, dan saling berbagi inspirasi.
ADVERTISEMENT

Ayu Kartika Dewi

Perumus Gerakan Sabang Merauke, Ayu Kartika Dewi. Foto: Instagram/@ayukartikadewi
Ayu merupakan seorang inisiator dan pendiri organisasi Sabang Merauke. Organisasi yang menyelenggarakan program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia.
Organisasi Sabang Merauke ini dibangunnya pada 28 Oktober 2012 bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Nama Sabang Merauke sendiri ia ambil dari akronim Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali.
Seperti namanya, organisasi ini memfasilitasi program pertukaran pelajar dengan tujuan untuk membuka cakrawala anak-anak Indonesia untuk memahami pentingnya pendidikan dan menanamkan nilai kebinekaan.
Melalui organisasi ini, Ayu berharap anak-anak Indonesia bisa terus bersemangat dalam menempuh pendidikan hingga ke luar negeri, kemudian kembali ke Indonesia untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan.

Najeela Shihab

Najelaa Shihab. Foto: Prabarini Kartika/kumparan
Najeela merupakan sosok yang punya ketertarikan besar terhadap dunia pendidikan. Ia melihat, pendidikan sebagai kekuatan utama yang bisa mempengaruhi masyarakat, terutama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketertarikannya inilah yang membuat ia mempelajari ilmu psikologi yang berfokus pada pendidikan anak.
Pada 1999, Najeela mendirikan Sekolah Cikal selagi ia sedang mengejar gelar master dalam bidang psikologi. Lokasi pertama sekolah tersebut berada di wilayah Kemang, Jakarta.
Saat ini, organisasi Sekolah Cikal telah tersebar di delapan lokasi termasuk satu lokasi yang didedikasikan khusus untuk guru. Selain itu, Najeela juga mendirikan inibudi.org pada 2012, situs yang menampilkan video pendidikan yang dibuat oleh guru dan juga siswa.

Nila Tanzil

Nila Tanzil, founder Taman Bacaan Pelangi. Foto: Prabarini Karika/kumparan
Nila merupakan seorang jurnalis dan presenter televisi yang kemudian memutuskan untuk tinggal di Sumbawa. Nila menemukan sebuah ide untuk membangun perpustakaan gratis bagi anak-anak di daerah sekitar tempat tinggalnya yang kemudian ia namai dengan Taman Bacaan Pelangi.
ADVERTISEMENT
Melalui Taman Baca Pelangi ini, Nila ingin memberikan sumbangsih akan kemajuan pendidikan di Indonesia. Ia mendatangkan 2 ribu buku yang dibawanya dari Jakarta untuk mengisi perpustakaan gratis ini.
Saat ini, Nila telah memiliki lebih dari 30 taman bacaan yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia, seperti Summbawa, Flores, Maluku, Halmahera, dan Papua. Kisah inspiratifnya ini juga bisa kamu temukan di dalam bukunya yang berjudul Lembar-Lembar Pelangi.

Septi Peni Wulandari

Ibu rumah tangga sekaligus ibu dari tiga anak ini mendirikan sebuah lembaga bernama Institut Ibu Profesional (IIP). Lembaga ini didirikan untuk membantu ibu rumah tangga lainnya agar dapat turut maju dan berkembang bersama.
Lembaga ini bertujuan untuk menciptakan ibu rumah tangga tangguh yang juga bisa menjadi guru yang hebat bagi anak-anaknya. Menurut Septi, peran ibu dalam keluarga sangatlah besar dan mampu menentukan kualitas keluarga. Termasuk kualitas anak-anak yang nantinya akan tumbuh sebagai generasi penerus bangsa.
ADVERTISEMENT
Melalui lembaga IIP ini, Septi menerapkan tahapan-tahapan belajar bagi para ibu, di antaranya yaitu Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, dan Budan Salehah.
IIP Ini sendir pertama kali dibangun pada 2011 di kediaman Septi di Salatiga. Hingga saat ini, anggota IIP telah tersebar di 40 kota di Indonesia. Bahkan, anggotanya juga ada yang berasal dari negara lain seperti Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Mesir, dan Dubai.
Selain mendirikan IIP, Septi juga menggagas konsep belajar Jaritmatika dan Abaca-Baca. Kedua konsep belajar ini merupakan metode belajar matematika dan pembaca yang dinilai lebih praktis dan mudah untuk diterapkan ke anak-anak.

Emmanuella Mila

Di tengah dunia yang sudah semakin modern saat ini, sudah jarang orang tua yang mendongengkan anak-anaknya. Padahal, mendongeng ini banyak manfaatnya, lho.
ADVERTISEMENT
Mendongeng bukan hanya sarana yang berguna sebagai pengantar tidur saja tapi juga berguna sebagai sarana belajar bagi anak terutama untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
Prihatin dengan kondisi seperti ini, Emmanuella Mila akhirnya mencetuskan ide untuk mendirikan Rumah Dongeng Pelangi. Rumah Dongeng Pelangi ini merupakan sebuah komunitas bagi siapa pun yang tertarik dengan dunia dongeng.
Berawal dari Mila yang gemar mendongengkan cerita untuk anaknya di rumah. Dari kegiatan mendongeng itu, sang anak pun menjadi lebih cepat menangkap pembicaraan orang lain, memiliki kosakata yang lebih banyak, dan punya ketertarikan tinggi terhadap buku. Hingga akhirnya, Mila ingin hasil ini juga dapat berhasil dan dirasakan oleh anak-anak lainnya.
Rumah Dongeng Pelangi ini didirikan sejak April 2010. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh komunitas ini adalah Dongeng charity, kegiatan penggalangan dana bagi anak-anak panti asuhan, sekolah kolong,dan keluarga prasejahtera.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Rumah Dongeng Pelangi juga punya program pendampingan bagi guru-guru pendidikan anak usia dini atau PAUD agar menggunakan dongeng sebagai metode belajar anak di sekolah.
Laporan Afifa Inak