Kata Mahasiswa soal Senioritas di Ospek: Melatih Mental Bukan dengan Marah-marah

Ilustrasi Kata Mahasiswa soal Senioritas di Ospek: Melatih Mental Bukan dengan Marah-marah Foto: Pixabay

Belakangan lagi ramai soal ospek online di suatu universitas yang memperlihatkan sejumlah senior memarahi mahasiswa baru.

Hal tersebut ramai dan menimbulkan berbagai tanggapan dari banyak pihak, termasuk mahasiswa yang telah melalui masa-masa ospek.

Mahasiswa Jurnalistik bernama Michael Bastian (21) yang pernah menjadi panitia ospek di kampusnya mengatakan, marah-marah saat ospek bukanlah cara yang efektif buat melatih mental.

"Enggak ada yang namanya membangun mental dengan cara dimarahi. Justru bikin gap dengan mahasiswa baru,” katanya kepada kumparan.

Ia menambahkan, panitia ospek harusnya peka sama kesehatan mental para mahasiswa baru. Sebab, mungkin aja ada yang lagi mengalami masalah.

"Lebih baik ditegur aja. Enggak perlu menggunakan nada tinggi. Namanya manusia enggak luput dari kelalaian," lanjut dia.

Beri teguran kepada mahasiswa baru saat ospek dengan cara lain

Ariel Johar (21), mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang pernah menjadi bagian dari komisi disiplin (komdis) saat ospek mengaku kaget karena cara membentak dan memarahi masih dilakukan secara online.

Menurutnya, jika mau memberi hukuman kepada mahasiswa baru yang melanggar peraturan, lebih baik dilakukan dengan cara yang enggak merendahkan pihak manapun.

"Bisa dari pengurangan poin atau meminta mahasiswa baru melakukan pekerjaan tambahan," ujar dia.

Fiona (21) punya pendapat yang sama. Menurutnya lebih baik menegur dengan cara lain yang juga bisa mengasah kreativitas mahasiswa baru itu.

"Mungkin yang kurang disiplin bisa dipisah dan diberikan tugas membuat konten yang harus dikumpulkan hari itu juga, siapa tahu bisa semakin menumbuhkan kreativitasnya," ujar mahasiswa Ilmu Komunikasi tersebut.

Sementara itu, dalam video ospek yang lagi viral terlihat tiga orang senior secara bergantian membentak dan menanyakan ikat pinggang kepada seorang mahasiswa baru. Salah satu orang yang tidak memakai ikat pinggang itu hanya bisa meminta maaf.

Laporan: Alexa Birgitta