Kenali Ciri-ciri Kamu Punya Atasan Toksik

5 Oktober 2022 16:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images/Tuaindeed
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images/Tuaindeed
ADVERTISEMENT
Bekerja di bawah pemimpin yang toksik menjadi salah satu alasan terbesar seorang karyawan merasa jenuh dan ingin cepat-cepat berhenti dari pekerjaan. Pemimpin yang toksik ini dapat didefinisikan sebagai orang yang memiliki perilaku dekstruktif dan kepribadian buruk yang menimbulkan gangguan.
ADVERTISEMENT
Ada enam karakteristik pemimpin yang beracun. Karakteristik ini juga cenderung ditoleransi di dalam lingkungan kerja, sehingga muncul lingkungan kerja toksik.
Pemimpin toksik ini tak bisa disamakan dengan pemimpin yang melakukan kesalahan. Kita semua sering membuat kesalahan dan mendapatkan hal yang salah dari waktu ke waktu.
Perbedaannya adalah apakah kita memperlakukan kesalahan itu sebagai kesempatan belajar atau terus-menerus melakukan hal yang sama berulang kali.
Di bawah ini ada beberapa karakteristik pemimpin toksik yang harus diketahui dan dihindari seperti dikutip dari Leadership Forces.

Autocratic

Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images/Blue Jean Images
Tipe pemimpin toksik yang pertama adalah autocratic. Pemimpin memanfaatkan posisi dan juga wewenangnya semaksimal mungkin untuk mewujudkan sesuatu. Dia memaksakan kehendaknya tanpa henti untuk mempertimbangkan ide dan pendapat yang datang dari timnya.
ADVERTISEMENT
Mereka hanya fokus untuk mempertahankan kontrol yang ketat dan tak toleran terhadap kesalahan. Mereka berasumsi bahwa kesalahan yang sama tak akan terjadi padanya. Ini juga ditambah dengan kurangnya rasa percaya pada karyawan atau bawahan.

Narsis

Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images/JimmyFam
Atasan yang narsistik memiliki perasaan berlebihan tentang kepentingannya sendiri. Dia percaya bahwa dirinya istimewa di beberapa hal. Dia juga memiliki kebutuhan yang berlebihan akan kekaguman dari orang lain dan kurang berempati.
Pemimpin ini arogan dan hanya mementingkan diri sendiri. Dia lebih tertarik pada kesuksesan dan keuntungan pribadinya daripada pertumbuhan jangka panjang perusahaan dan perkembangan orang-orang di dalamnya.
Dia juga enggak memiliki kecerdasan emosional dan enggak tertarik dengan apa yang dibutuhkan bawahannya. Dia hanya akan mengambil lebih banyak tanggung jawab jika dia merasa itu bisa membuat dirinya terlihat lebih bagus.
ADVERTISEMENT

Manipulatif

Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images Ju Photographer
Pemimpin yang manipulatif itu mirip dengan narsistik karena fokusnya hanya pada dirinya sendiri. Orang ini akan menyalahgunakan posisi, hubungan, dan sistem organisasi untuk keuntungan mereka sendiri.
Pemimpin yang manipulatif juga lebih sulit dikenali karena licik dan sering menyembunyikan aktivitasnya. Dia tahu jauh di lubuk hatinya kalau apa yang dia lakukan itu salah, tapi dia akan membenarkan perilakunya dengan mengatakan bahwa ini adalah urusan pribadi.

Mengintimidasi

Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images/Domepitipat
Pemimpin yang mengintimidasi akan menggertak bawahannya dan orang-orang di sekitar untuk mencapai tujuan. Dia manipulatif dan cenderung memerintah dengan tangan besi.
Timnya membenci dia dan secara aktif menghindari berbicara dengan pemimpin ini kecuali jika mereka dipaksa untuk menghabiskan waktu bersama. Bawahannya enggak akan menawarkan ide atau menantang dia karena takut akan tidak setuju atau ejekan.
ADVERTISEMENT

Terlalu Kompetitif

Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Shutterstock/Littleaom
Pemimpin yang terlalu kompetitif memiliki sikap menang dengan segala cara. Mereka sering kali meninggalkan jejak yang rusak dan hancur. Dia berpikir bahwa mereka memiliki standar yang tinggi dan menginspirasi. Pada kenyataannya, mereka menciptakan lebih banyak pecundang daripada pemenang.

Diskriminatif

Ilustrasi rekan kerja toxic Foto: Shutterstock
Karakteristik pemimpin yang toksik terakhir adalah diskriminatif. Mereka enggak menghargai keragaman dan mengelilingi dirinya dengan orang-orang sejenis mereka. Para pemimpin ini enggan ditantang oleh orang-orang dengan sudut pandang berbeda.
Laporan Afifa Inak