Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Kisah Anak Petani Lereng Gunung Lawu Berhasil Wujudkan Mimpinya Berkat Bidikmisi
14 Juli 2022 8:46 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Apia Dewi Agustin, gadis berusia 22 tahun yang berasal dari sebuah pedesaan kaki Gunung Lawu , Magetan, Jawa Timur, itu tengah menempuh semester akhirnya di Universitas Gadjah Mada (UGM ). Saat ini, gadis yang biasa disapa Dewi itu sedang menjalani perkuliahannya di semester 8 untuk program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB).
ADVERTISEMENT
Dewi bercerita dirinya merasa beruntung saat dinyatakan lolos di kampus yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta ini empat tahun lalu. Kala itu, Dewi memang tidak mendaftar lewat program beasiswa, ia masuk ke dalam kelompok mahasiswa dengan UKT 2, yaitu kelompok mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
“Dulu dapat rekomendasi bidikmisi dari Ditmawa (Direktorat Kemahasiswaan) di awal semester 1. Jadi, enggak ngajuin sendiri di awal kuliah . Mungkin karena dulu aku tergolong UKT 2 ya jadi terekomendasi bidikmisi juga,” kata Dewi dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (13/7).
Dewi berasal dari keluarga sangat sederhana. Orang tuanya adalah seorang petani sayur. Ibunya juga berjualan di rumah, sementara sang ayah sudah meninggal dunia satu tahun lalu.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata penghasilan mungkin sekarang sekitar Rp 1 juta-an, efek pandemi juga, sih. Ayahku meninggal di 2021 kemarin. Tapi sakitnya sudah lama. Semenjak aku masuk kuliah udah jatuh sakit,” ungkap Dewi.
Sejak duduk di bangku SMP, Dewi sudah memiliki keinginan untuk kuliah jurusan Akuntansi. Bahkan, saat SMA, guru pengampu pelajaran ekonominya mengarahkan ia untuk mengikuti berbagai lomba, OSN, dan juga ikut pembinaan.
“Guru ekonomiku selama 3 tahun di SMA tuh sama. Sangat inspiratif dan favorit banget. Jadi banyak interaksi dan lebih intensif dibanding sama mapel lain selama SMA,” jelasnya.
Kecintaannya terhadap mata pelajaran ekonomi membuat Dewi meraih skor tertinggi di ujian nasional. Ia berhasil medapatkan nilai tertinggi untuk mata pelajaran ekonomi di Kabupaten Magetan dan juga tertinggi di almamaternya.
ADVERTISEMENT
“Jadi, secara enggak langsung tersugesti dan termotivasi juga. Kemudian, dari lingkungan keluarga sendiri, kakakku juga lulusan akuntansi. Jadi sedikit banyak dapat amunisi,” tambahnya.
Saat awal-awal berkuliah, ia mengaku sempat merasa tidak percaya diri. Namun hal tersebut tak membuat Dewi menyerah, lama kelamaan ia mulai kerasan.
“Terlebih aku dari desa ya. Dulu banyak rasa minder dan insecure ketemu sama teman-teman yang keren. Aku juga sendirian, enggak ada teman 1 SMA yang seangkatan di FEB. Jadi, mulai dari nol banget buat teman kenalan di FEB. Tapi, Alhamdulillah lama-lama jadi terbiasa dan enjoy aja sama keadaan,” katanya.
Selain itu, kata Dewi, lingkungannya yang baik membuat ia lebih mudah untuk beradaptasi dan belajar dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari peran teman-teman dan juga para dosen di lingkungan FEB.
ADVERTISEMENT
Untuk menyiasati agar dapat belajar dengan baik, Dewi memiliki strategi sendiri. Ia selalu membaca materi dan buku yang berbahasa inggris dan bahkan aktif di berbagai kegiatan kampus .
“Peningkatan diri enggak hanya tentang wawasan dan pengetahuian saja tapi juga pola pikir, tingkah laku, kedisiplinan, dan pengalaman,” ujar Dewi.
Berkat Bidikmisi, Dapat Bantu Kelancaran Kuliah di UGM
Dewi mengaku beruntung dengan adanya program bidikmisi karena telah membantu kelancaran kuliahnya. Padahal, kata Dewi, saat itu dirinya sempat tidak diizinkan untuk menimba ilmu di Yogyakarta, lantaran saat itu ayahnya sedang sakit.
“Beasiswa ini sangat membantu kelancaran kuliahku. Terlebih sebagai anak rantau juga. Selain itu juga pas masuk kuliah kondisi ekonomi keluarga juga sedang enggak baik karena bapak jatuh sakit,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selama menempuh pendidikan di UGM, Dewi juga aktif mengikuti beragam organisasi baik di dalam maupun luar. Saat ini, Dewi tengah menunggu ujian sidang skripsi.
“Ekstrakurikuler juga aktif di beberapa organisasi baik dalam maupun luar kampus. Bahkan sampai sekarang masih aktif di beberapa organisasi. Akademik juga tetap jadi prioritas utama. Lomba juga cukup hobi. Dan beberapa kegiatan pengembangan diri lainnya,” ujarnya.
Laporan Afifa Inak