Memahami Pola Pikir Milenial, Generasi Kutu Loncat di Dunia Kerja

4 Agustus 2018 11:17 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Interview session (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Interview session (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Di dunia kerja, generasi milenial kerap disebut sebagai generasi yang gemar berpindah-pindah tempat kerja, atau biasa disebut sebagai ‘kutu loncat’.
ADVERTISEMENT
Rasanya streotipe ini tidaklah berlebihan. Sebab, menurut survei yang dilakukan oleh situs pencarian kerja Jobstreet pada 2015 lalu, terungkap 65,8 persen generasi milenial memilih untuk meninggalkan pekerjaanya setelah bekerja selama satu tahun di perusahaan tersebut.
Survei yang melibatkan sekitar 3.500 responden itu menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi milenial Indonesia untuk berpindah tempat kerja, seperti perasaan tidak bahagia, tunjangan yang tidak besar, serta lingkungan yang tidak sesuai.
Lebih lanjut, survei tersebut juga menyebutkan bahwa 1 dari 5 responden menjadikan alasan tidak bahagia ini sebagai alasan untuk pindah pekerjaan. Kemudian, 1 dari 3 mengaku puas dengan tunjangan yang diterima, dan hanya 1 dari 3 yang merasa lingkungan kerjanya sudah tidak sesuai dari segi fleksibilitas dalam bekerja.
ADVERTISEMENT
Yoris Sebastian, selaku Pakar dan Pemerhati Milenial membenarkan stigma negatif tersebut. Menurutnya, jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya (generasi X), milenial adalah generasi yang paling berani memutuskan untuk berpindah-pindah tempat kerja.
"Generasi sebelumnya itu tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan seperti milenial sekarang ini," katanya saat dihubungi kumparan melalui sambungan telepon, Kamis (2/8).
Selain banyaknya peluang, Yoris juga mengaku bahwa media sosial memainkan peranan yang cukup besar untuk membuat milenial ingin cepat berpindah tempat kerja atau pengin melakuan sesuatu yang baru.
"Kayak misalnya lihat postingan temen yang kerja di perusahaan tertentu. Dia merasa bahwa dia harus memiliki posisi yang sama atau bahkan lebih dari posisi temannya," lanjut Yoris.
Sehingga menurut Yoris, dengan pemikiran seperti itu, milenial akan berpindah tempat kerja, padahal mungkin saja di kantornya dia tidak memiliki masalah apa pun.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang lazim disebut dengan social media pressure menurut Yoris, menjadi tantangan tersendiri buat generasi milenial.
"Dulu, kan, enggak ada media sosial jadi mungkin baik-baik saja, ya kalau ada temen yang posting kerja di hari weekend jadi enggak terpengaruh," tambah Yoris.
Meski kerap dihubungkan dengan hal-hal yang kurang baik, Yoris mengaku 'senang' dengan karakteristik milenial di dalam dunia kerja.
"Maksudnya itu mereka cepat belajar, asal kita kasih arahan yang jelas. Pokoknya selama kita tahu dan memahami mereka, mereka bisa sangat cepat dan kreatif," tutup pria yang pernah merilis buku 'Generasi Langgas' itu.