Menyaksikan Sorotan Cahaya Futuristik di Wave of Tomorrow 2019

20 Desember 2019 21:15 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:10 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Date Gate di Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Date Gate di Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
ADVERTISEMENT
Karya seni enggak melulu hadir dalam bentuk lukisan dua dimensi yang digantung di dinding. Karya seni juga bisa berwujud sorotan cahaya futuristik, seperti yang ada di 'Wave of Tomorrow'.
ADVERTISEMENT
'Wave of Tomorrow' adalah pertunjukan seni berbasis teknologi yang juga mencampurkan pengalaman live musik. 'Pameran Wave of Tomorrow' menghadirkan 14 karya seni media baru dari 13 kreator Tanah Air dan internasional.
Dari Indonesia ada Rubi Roesli, Sembilan Matahari, Kinara Darma x Modulight, Maika, U Visual, Ricky Janitra, Motionbeast, Notanlab, serta Farhanaz Rupaidha.
Sementara, kreator dari luar negeri yakni, Nonotak, Tundra, Ouchhh, dan Jakob Steensen.
Dissemination di Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Colo(ur) di Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Mona Liem, selaku Art Curator 'Wave of Tomorrow' mengatakan, ke-13 kreator yang berpartisipasi ini dipilih karena dinilai konsisten dan berani berkarya di tengah dunia yang dinamis.
“Gelaran ke-2 'Wave of Tomorrow' ini menekankan kepada perjalanan tiap kreator, dan gimana mereka bisa selalu bereksplorasi dengan media baru,” katanya dalam pembukaan 'Wave of Tomorrow' di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (20/12).
ADVERTISEMENT
Dengan mengusung tema ‘Transformasi’, terdapat tiga kelompok instalasi di 'Wave of Tomorrow'. Ada ‘Legacy’ yang mengandung unsur budaya, ‘Now’ yang menyoroti isu terkini, dan ‘Tomorrow’ yang mencoba untuk melihat masa depan.
Rhyme di Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Tiap karya seni dari para kreator, dikemas dalam bentuk audiovisual, sensor, virtual reality, robotic, sampai artificial intelligence (AI).
Karya dari Rubi Roesli misalnya. Karya seni berjudul ‘Ruang dan Batas’ itu menghadirkan permainan strings serta cahaya yang tampak megah.
Ada pula instalasi raksasa dari karya kolektif Ouchhh di tengah area eksibisi. Karya bernama ‘Data Gate’ ini, merupakan kubus seberat 15 ton yang merupakan karya seni publik pertama yang menggumakan data kepler hasil riset NASA, dan divisualisasikan lewat AI.
ADVERTISEMENT
Strings di Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Sejumlah karya seni interaktif dari seniman lain, kayak Sembilan Matahari, Nonotak, Motionbeast, hingga Tundra, juga mengisi lorong-lorong The Tribrata dengan permainan cahaya dan teknologi yang membelalakkan mata.
Selain karya seni, 'Wave of Tomorrow' dimeriahkan oleh sederet musikus seperti Kunto Aji, Eva Celia, Danilla, Elephant Kind, Sal Priadi, Petra Sihombing, Mantra Vutura, sampai Hondo.
Xandega dari Studiorama selaku music curator 'Wave of Tomorrow' menyebut, para musikus bakal berkolaborasi dengan seniman untuk menghadirkan pertunjukan musik dengan permainan visual dan cahaya yang maksimal.
Konferensi pers Wave of Tomorrow 2019 dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Lebih lanjut, Adrian Subono, selaku President Commissioner Level 7 yang menyelenggarakan 'Wave of Tomorrow' mengatakan, enggak memiliki target khusus buat gelaran tahun ini.
“Kami cuma ingin pengunjung kenal dengan acara teknologi, sekaligus melihat perjalanan para kreator yang progresif,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
'Wave of Tomorrow' 2019 diselenggarakan pada 20-29 Desember, dengan tiket masuk yang dibanderol Rp 100 ribu per hari.