Oliver Stone: Tidak Perlu Sekolah Film untuk Jadi Filmmaker

22 Februari 2021 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Oliver Stone dalam Mola Living Live, (20/2). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Oliver Stone dalam Mola Living Live, (20/2). Foto: kumparan
Sosok Oliver Stone dikenal lewat kesuksesan film-film kontroversial yang digarapnya. Pada rentang tahun 1986-1995, Stone berhasil mengumpulkan 33 nominasi Oscar dan 10 trofi dari berbagai ajang penghargaan film bergengsi.
Salah satu filmnya yang mendulang kesuksesan adalah JFK (1991). Mengungkap misteri pembunuhan John F. Kennedy, Stone ingin mengeksplorasi semua kemungkinan skenario mengapa presiden Amerika ke-35 itu bisa tewas mendadak dan siapa dalang di balik peristiwa tersebut.
"Dia (Kennedy) merupakan salah satu pahlawan bagi Amerika Serikat. Tapi sosoknya tidak terlalu terekspos," kata Stone di acara Mola Living Live, Sabtu (20/2).
Berkat Stone, JFK mengubah perspektif masyarakat akan pengungkapan dokumen rahasia pembunuhan Kennedy. Setahun setelah film itu rilis, Kongres di Capitol Hill mengesahkan Undang-Undang Pengungkapan Pembunuhan 1992. Dan pada 2017, dokumen pembunuhan Kennedy sebanyak 2.800 arsip pun telah dirilis dan disaksikan ke publik.
Oliver Stone, Nadine Alexandra, dan Dino Patti Djalal dalam acara Mola Living Live, (20/2). Foto: kumparan
Kontribusinya menekan pemerintah Amerika Serikat untuk membuka suatu konspirasi itu mengantarkan JFK kepada dua piala Oscar dan banyak penghargaan lainnya.
Stone muda dan lika-liku perjalanan hidupnya
Tidak banyak sutradara yang mengalami langsung apa yang terjadi dalam filmnya. Dan Stone termasuk ke dalam kelompok orang tersebut.
Siapa sangka, Stone muda pernah memutuskan menjadi relawan selama 6 bulan di Saigon, Vietnam, setelah berhenti kuliah dari Yale University. Dua tahun kemudian, ia mendaftarkan diri untuk bergabung dalam program wajib militer Vietnam dan terlibat dalam Perang Vietnam.
Pengalaman Stone muda sebagai prajurit di Vietnam inilah yang mendorongnya untuk membuat trilogi film tentang kekacauan di Perang Vietnam, Platoon (1986), Born on the Fourth of July (1989), dan Heaven and Earth (1993). Film-film tersebut membuat Stone meraih penghargaan Golden Globes sebagai Sutradara Terbaik dengan Skenario Terbaik untuk Heaven and Earth.
Walau kerap menggarap film-film kontroversial, Stone mengaku selalu membaca kritik dan review yang diberikan atas filmnya.
"Saya membaca semua review dan kritik, meski itu terkadang menyakitkan. Mungkin (penilaian) mereka benar dan bisa memperbaiki karya saya selanjutnya," kata Stone.
Oliver Stone dalam Mola Living Live, (20/2). Foto: kumparan
Sutradara sekaligus penulis skenario ini juga memberikan tips bagi para sineas muda yang ingin melahirkan film-film terbaik. Menurut Stone, cerita merupakan salah satu elemen penting dalam kesuksesan tersebut. Membangun cerita yang dapat mengubah perspektif dan hidup seseorang jadi satu langkah utama.
"(Sebelum membuat film) saya akan memikirkan terlebih dahulu bagaimana cerita tersebut dapat berpengaruh pada penonton. Beberapa sutradara mungkin bukan penulis skenario, mereka mempunyai skrip (yang ditulis oleh orang lain). Tapi saya adalah penulis, jadi saya akan melakukan research sedalam-dalamnya," jelas Stone.
Lebih lanjut, Stone mengatakan, sekolah film bukan satu-satunya jalan untuk menjadi sineas terkenal. Apalagi sekarang sudah banyak film dan buku sebagai sarana pembelajaran.
"Tak bisa dipungkiri, film merupakan salah satu bisnis termahal dan memulai sekolah film bukan satu-satunya jalan. Kamu bisa belajar dari film-film lain yang sudah rilis. Misalnya saat kamu ingin membuat film drama, belajarlah dengan banyak menonton film drama, menulis dengan genre drama, dan mengingat drama yang ada di hidupmu sendiri. Saya rasa itu pelajaran paling penting (untuk menjadi sineas)," pungkas Stone.
Nadine Alexandra dan Dino Patti Djalal di Mola Living Live, (20/2). Foto: kumparan
Kamu juga bisa menyimak perjalanan hidup Stone selengkapnya bersama Nadine Alexandra dan Dino Patti Djalal di Mola Living Live dengan klik tautan ini. Dimulai sejak 2020, Mola Living Live telah menghadirkan banyak cerita inspiratif dari tokoh-tokoh dunia. Mulai dari Mike Tyson, Sharon Stone, Luc Besson, Darren Aronofsky, Spike Lee, Robert De Niro, Francis F. Coppola, hingga John Travolta.
Seluruh tayangan program Mola Living Live bisa disaksikan dengan membeli paket langganan Mola TV manapun, mulai dari Rp 12.500 per bulan dan mengaksesnya melalui aplikasi Mola TV yang tersedia di Appstore dan Playstore atau melalui situs resmi Mola TV dengan klik di sini.