Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Pakai GIF dan Emoji Tak Lantas Membuat Kamu Terlihat Lebih "Hangat"
7 Desember 2017 11:34 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:31 WIB
ADVERTISEMENT
Berkat kemajuan teknologi, cara menunjukkan ekspresi dalam berkomunikasi saat ini sudah jauh lebih praktis.
ADVERTISEMENT
Bila dulu seseorang harus menunggu untuk dapat langsung bertatap muka, atau berhati-hati dalam memilih kata saat menulis surat, sekarang, dengan sekadar memilih ekspresi visual (visual expression) seperti emoji dan Graphics Interchange Format (GIF), perasaan yang dimaksud sudah dapat terwakilkan.
Namun, apakah penggunaan emoji dapat selalu dimengerti oleh lawan bicara kita sebagai sesuatu yang sama? Apakah dengan mengetik titik dua dan kurung tutup (😊) tidak akan akan mempengaruhi persepsi lawan bicara terhadap kita?
Sebelum salah kaprah, simak rangkuman dari kumparan (kumparan.com ) tentang hasil survei serta pendapat para ahli mengenai penggunaan ekspresi visual berikut ini.
Melansir dari hasil survei yang dilakukan oleh Harris Poll dan sebuah perusahaan penyedia GIF asal Amerika Serikat, Tenor, pada Mei 2017, 59 persen dari mereka yang berusia 18 hingga 44 mengaku merasa nyaman mengekspresikan emosi mereka dalam berkirim pesan menggunakan fitur ekspresi visual.
ADVERTISEMENT
Selain itu, survei yang melibatkan 2,057 jumlah responden tersebut, menunjukkan bila 69 persen di antara mereka merasa lebih terhubung dengan orang yang sering mereka hubungi dengan pesan singkat.
Sementara, 77 persen mengaku bila penggunaan ekspresi visual dapat membantu lawan bicara mereka mengerti pikiran dan perasaan yang ingin dikomunikasikan dengan lebih baik, dibandingkan dengan hanya menggunakan kata-kata saja.
“77 persen percaya bahwa orang-orang yang sering mereka kirim pesan singkat akan dapat mengerti pikiran dan perasaan yang kita ingin komunikasikan dengan lebih baik, ketimbang saat hanya (menggunakan) kata-kata saja,” tulis laporan tersebut.
Dalam situasi yang bersifat personal, hal-hal yang disebutkan di atas mungkin saja dapat dibenarkan. Namun, apakah hal yang sama berlaku saat melakukan komunikasi dalam dunia professional atau pekerjaan?
ADVERTISEMENT
Mengutip dari laman Ben-Gurion University , sebuah hasil riset akademis berjudul “The Dark Side of a Smiley” yang ditulis Ella Glikson menunjukkan bila, berbeda dengan senyum dalam kehidupan nyata, penggunaan ekspresi visual seperti smiley, ternyata justru mengurangi persepsi kompetensi (competence) lawan bicara terhadap kita.
“Temuan kita menyediakan bukti pertama bahwa, berbeda dengan senyum sesungguhnya, smiley tidak meningkatkan persepsi hangat dan (justru) mengurangi persepsi kompetensi,” tulis laman tersebut.
Riset yang dipublikasikan pada Juli 2017 itu, dilakukan dengan melibatkan 549 partisipan dari 29 negara yang berbeda. Metode yang dilakukan adalah dengan cara menyuruh semua partisipan untuk membaca email yang berhubungan dengan pekerjaan yang mengandung smiley dan yang tidak.
Nampaknya, penggunaan ekspresi visual seperti smiley tidak mempengaruhi penilaian tingkat keramahan dari si pengirim.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut kalian?