Perjalanan Sekolah Tradisional dalam Melestarikan Warisan Budaya Dayak

10 Agustus 2023 18:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekolah Adat Arus Kualan. Foto: Contentro
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Adat Arus Kualan. Foto: Contentro
ADVERTISEMENT
Di usia yang masih belia, Selsi (12) dan Elis (14), telah menjelma menjadi katalisator yang sangat penting dalam upaya pelestarian budaya di Kalimantan Timur. Keduanya paham betul tentang pentingnya menjaga hutan mereka untuk pengobatan tradisional dan kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selsi dan Elis adalah siswa di Sekolah Adat Arus Kualan. Di Sekolah tersebut, alam adalah guru yang dihormati dan proses belajar dipadukan dengan upaya menjaga budaya Dayak. Arus Kualan memberdayakan mereka untuk menjaga warisan budaya dan lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Saat masyarakat Dayak bergulat dengan ancaman kehilangan hutan, Arus Kualan muncul sebagai kekuatan yang memberdayakan anak-anak, seperti Selsi dan Elis untuk menjadi pewaris budaya. Perjalanan kehidupan mereka menggambarkan dampak besar pendidikan dalam membentuk masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan.
Selsi telah menemukan minatnya dalam mengajar seni memainkan Sampe, alat musik tradisional suku Dayak. Di luar musik, dia juga mengajarkan berbagai permainan kuno dan seni tenun tradisional yang rumit.
ADVERTISEMENT
"Arus Kualan telah memberi saya kesempatan untuk belajar tentang budaya saya dan menginspirasi orang lain untuk merangkul tradisi kami. Saya sangat senang melihat teman-teman mempelajari dan melestarikan warisan kami," kata Selsi dikutip dalam siaran tertulisnya, Kamis (9/8).
Sedangkan Elis, yang memiliki ikatan leluhur yang kuat, memiliki hasrat besar dalam melestarikan ilmu pengobatan tradisional. Terinspirasi dari neneknya, yang juga anggota masyarakat adat Dayak, Elis dengan penuh semangat menjalani peran sebagai tabib.
Sekolah Adat Arus Kualan. Foto: Contentro
Selain itu, kefasihannya dalam bahasa Inggris membentuknya menjadi duta budaya. Ia selalu menyambut tamu dari negara lain dengan hangat dan memandu mereka menyaksikan keajaiban Arus Kualan.
"Saya ingin menjembatani kesenjangan antara warisan budaya kami dan dunia. Dengan berbagi pengetahuan tentang pengobatan dan seni tradisional, kami dapat menciptakan apresiasi yang lebih dalam terhadap identitas kami," ujar Elis.
ADVERTISEMENT
Didirikan pada tahun 2014, cabang sekolah tradisional Arus Kualan tersebar di seluruh Kalimantan Timur sebagai mercusuar pelestarian budaya. Sekolah ini membentuk komunitas pelajar yang beragam yang ingin melestarikan warisan Dayak.
Berakar pada keyakinan bahwa kearifan lokal adalah kunci dalam mempertahankan warisan budaya, lembaga pendidikan nonformal ini menanamkan seni tari, musik, dan kerajinan tradisional kepada para siswan. Berpijak pada filosofi “alam raya adalah sekolah dan setiap orang adalah guru,” Arus Kualan merangkul pelajar dari segala usia.
Sekolah Adat Arus Kualan. Foto: Contentro

Menjaga Warisan melalui Advokasi Lingkungan

Selama beberapa generasi, orang Dayak sangat menghargai tanah mereka, memandang setiap pohon, sungai, dan makhluk hidup sebagai bagian dari identitas mereka. Arus Kualan menanamkan cinta dan rasa hormat terhadap alam kepada para siswanya.
ADVERTISEMENT
Hilangnya hutan di Kalimantan mengancam pengetahuan tradisional dan cara hidup masyarakat adat. Karena sangat bergantung pada hutan untuk makanan dan sumber daya, berkurangnya hutan membahayakan kesejahteraan dan ikatan budaya. Upaya konservasi mendesak dan praktik berkelanjutan sangat penting untuk melestarikan hutan Kalimantan dan menjaga warisannya untuk generasi mendatang.
Di tengah tantangan deforestasi dan perubahan iklim, fokus Arus Kualan pada pengelolaan lingkungan menjadi sangat penting. Sekolah ini mengintegrasikan ajaran konservasi ke dalam kurikulumnya. Siswa terjun ke alam melalui trek hutan dan pengamatan satwa liar sehingga menumbuhkan apresiasi yang mendalam atas keterkaitan semua makhluk hidup.
Bagi Selsi, semakin ia belajar tentang alam, maka ia semakin merasa terhubung dengan akar budaya. Arus Kualan telah mengajarkan bahwa kita adalah penjaga lingkungan, dan kita juga yang tanggung jawab untuk melindungi demi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
"Saya percaya bahwa kita memegang kunci untuk menjaga warisan budaya dan lingkungan kita. Melalui pengalaman langsung dengan keajaiban alam, kita dapat menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap tradisi kita dan keterkaitan semua makhluk hidup," ujarnya.
Sekolah Adat Arus Kualan. Foto: Contentro

Gerakan Literasi: Pemberdayaan Melalui Pendidikan

Menyadari bahwa literasi adalah pintu gerbang menuju pengetahuan dan pemberdayaan, Arus Kualan sangat menekankan pada pembangunan keterampilan membaca dan menulis. Dengan cara ini, siswa dapat mengungkapkan pemikiran dan aspirasi mereka secara efektif. Arus Kualan berupaya membekali mahasiswanya dengan sarana untuk menjadi komunikator yang percaya diri dan pemikir kritis.
Mereka menggelar kelas literasi bagi anak-anak untuk belajar membaca, menulis, bahkan bahasa asing dan komputer. Kelas-kelas ini dirancang untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan memperluas wawasan siswa, memungkinkan mereka terhubung dengan dunia luar. Melalui literasi, Arus Kualan memberdayakan siswanya menjadi peserta aktif dalam masyarakat global, di mana komunikasi dan pemahaman tentang berbagai perspektif adalah kuncinya.
ADVERTISEMENT
Selsi dan Elis mencontohkan potensi transformatif dari pendidikan ini. Saat mereka menggali keunggulan akademik, mereka menabur benih pelestarian budaya. Kesuksesan mereka menjadi bukti jalinan jalinan warisan budaya dan pertumbuhan pribadi yang dipupuk di Arus Kualan.
Sekolah Adat Arus Kualan. Foto: Contentro

Membentuk Masa Depan Lebih Cerah

Yayasan Arus Kualan menjadi kekuatan pendorong di balik pendidikan transformatif ini dengan komitmen untuk memberdayakan generasi muda, yayasan ini memupuk impian dan aspirasi, seperti yang dilakukan Selsi dan Elis.
Plorentina Dessy, Pendiri Sekolah Adat Arus Kualan, mengungkapkan rasa bangganya melihat Selsi dan Elis menjalankan peran mereka sebagai guru dan duta. Hal tersebut telah memberi kami harapan untuk masa depan. "Mereka mewakili hati dan jiwa dari misi Arus Kualan," kata Dessy.
ADVERTISEMENT
Mereka menginspirasi harapan dan dedikasi pada generasi berikutnya, mewariskan kearifan yang diperoleh di sekolah. Bersama Arus Kualan, masyarakat Dayak telah menemukan kunci melestarikan warisannya sambil merangkul masa depan yang berkelanjutan.
Dengan individu-individu yang berdedikasi seperti itu, jantung budaya Dayak akan terus berdenyut kuat, dipupuk oleh kearifan Arus Kualan. Perjalanan mereka adalah bukti kekuatan pendidikan dan pelestarian budaya.
Dessy berharap Arus Kualan dapat menjadi model bagi masyarakat adat di negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara, di mana modernisasi menjadi ancaman signifikan bagi kelangsungan hidup dan identitas budaya masyarakat asli.
Dessy juga bercita-cita jika berhasil diadopsi oleh masyarakat adat di negara lain, program serupa di sekolahnya dapat memperoleh perlindungan dan dukungan dari pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT
“Seiring upaya kami untuk melestarikan warisan budaya dan memberdayakan masyarakat adat, Arus Kualan berdiri sebagai mercusuar harapan. Semoga model kami dapat menginspirasi dan melindungi budaya asli di Asia Tenggara dan sekitarnya, mengatasi tantangan modernisasi sambil menghargai identitas dan tradisi," tutup Dessy.