Psikolog Beberkan Alasan Kenapa Banyak Remaja Suka Idol K-pop

23 Mei 2022 13:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penggemar K-Pop. Foto: Matheus Marsely/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggemar K-Pop. Foto: Matheus Marsely/kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan K-Pop di Tanah Air memang enggak bisa dipandang sebelah mata. Kehadiran para Idol asal negara yang dijuluki negeri ginseng itu pun sukses menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemarnya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Memiliki visual yang menarik serta musik yang enak didengar menjadi salah satu alasan kenapa jumlah penggemar K-Pop di Indonesia kian menjamur. Di Indonesia sendiri sebagian besar penggemar K-Pop berasal dari para remaja.
Menurut Psikolog klinis Himpunan Psikologi Indonesia, Nanda Rossalia, salah satu alasan banyak remaja menggemari Idol K-Pop lantaran munculnya perasaan dekat kepada sang idola, meski itu hanya sebatas di media sosial.
Bagi Nanda, perasaan yang dirasakan oleh para remaja terhadap idolanya itu pun berkembang menjadi hubungan parasosial, yakni hubungan antara seseorang dengan figur yang ada di layar. Terlebih, ketika Idol mereka melakukan interaksi dengan mereka lewat media sosial, hal ini membuat para penggemar merasa seolah-olah bisa menggapai sang idola.
Beragam lightstick idola K-Pop yang dikoleksi oleh penggemar. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Karena semakin dia membuka media sosial apalagi bila dia mem-follow, suka ada live, saya melihat mereka. Saya merasa ada intimacy, kayaknya hanya dia (idola) yang bisa mengerti saya sehingga itu yang menjadi part of social interaction," kata Nanda dalam webinar Remaja dan Gawai yang diselenggarakan Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dikutip Antara, Senin (23/5).
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurut Nanda, saking tergila-gilanya tak sedikit para penggemar membayangkan kalau idolanya juga menyukai mereka. Istilah "halu" pun kerap disematkan bagi mereka yang merasa kalau idolanya juga memberikan perhatian lebih kepada mereka.
"Semakin kuat itu kemudian menjadi suatu hubungan, jadi hubungan interpersonal kemudian ini jadi realita-nya. Karena dia (idola) sudah ada di kepala itu seperti imajinasinya dan bonding-nya kuat, kami menyebutnya hubungan parasosial. Itu perlu juga suatu pendekatan yang lain untuk kita bantu," beber Nanda.
Nanda membeberkan banyak faktor kenapa para remaja menggilai K-Pop, terutama saat di masa pandemi sekarang ini. Berdasarkan hasil konseling yang dia lakukan bersama klien remajanya, Nanda mengungkapkan bahwa kecenderungan para remaja menyukai K-POP berawal dari rasa stres karena mereka terlalu lama berada di rumah.
Billboard Ads Fans K-Pop. Foto: Matheus Marsely dan Putri Sarah Arifira/kumparan
"Mereka banyak yang lebih bebas ketika mereka ada di luar sebenarnya. Tetapi untuk mereka yang tinggal dengan stres itu yang agak sulit, karena memang proximity-nya tidak ada. Jadi kemudian mereka ke mana? Ke media sosial, ke internet," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Alih-alih menyadarkan, Nanda justru meminta agar orang tua memberikan dukungan kepada anak-anaknya agar bisa kembali melakukan rutinitas seperti biasanya sehingga mereka teralihkan dari kegiatan-kegiatan yang bersifat adaptif.
"Butuh support system yang baik untuk kita bisa fokus dan tidak terpapar hal yang membuat kita kembali pada suatu rutinitas yang tidak adaptif. Kita bisa minta mereka (melakukan self regulation) tetapi mereka tetap butuh monitoring dan supervisi dari orang-orang di sekitar," ujarnya.