Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
5 Ramadhan 1446 HRabu, 05 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Punya Kebiasaan Mencari Informasi Negatif? Awas, Gejala Doomscrolling
25 November 2023 12:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Istilah doomscrolling mulai sering digunakan pada tahun 2020 saat masa pandemi COVID-19 melanda. Saat itu, kebutuhan akan informasi yang terkini dan relevan meningkat secara signifikan. Orang-orang mulai mencari pemahaman lebih dalam tentang penyebaran virus, langkah-langkah pencegahan, dan dampak yang diakibatkan oleh pandemi.
Ketidakpastian seputar situasi pandemi menciptakan suasana kecemasan yang mendorong perilaku untuk melakukan doomscrolling. Masyarakat ingin terus memperbarui diri mereka dengan informasi terbaru, tetapi sayangnya, informasi-informasi tersebut malah memicu kecemasan.
ADVERTISEMENT
Tetapi membaca terus-menerus tanpa batas waktu dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Menurut seorang psikolog klinis berlisensi berbasis di San Mateo, CA, Stephanie J. Wong, mengonsumsi informasi berlebihan, terutama yang bersifat negatif, dapat memperkuat kecemasan dan depresi.
“Doomscrolling dapat menjadi kebiasaan berbahaya dan merugikan kesehatan mental dan bahkan fisik Anda,” katanya Wong dikutip dari HealthCentral, Sabtu (25/11).
Doomscrolling tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga dapat memperburuk gejala yang sudah ada atau sedang berkembang. Bahkan, menurut Wong, mereka yang tidak memiliki kondisi kesehatan mental mendasar, ketika membaca berita buruk terus-menerus dapat menyebabkan kecenderungan untuk meramalkan bencana atau fokus pada aspek negatif dunia sekitar, hal itu membuat kita sulit untuk melihat hal-hal positif.
ADVERTISEMENT
Meskipun kita menyadari bahwa perilaku ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik, banyak dari kita masih terjebak dalam jeratnya. Menurut Wong, salah satunya penyebabnya adalah karena kita sudah kecanduan dalam menggunakan ponsel, sehingga sulit bagi untuk menghentikan kebiasaan negatif seperti doomscrolling.
"Ada juga kualitas adiktif untuk menggunakan ponsel kita, dan ini membuat sulit bagi orang untuk memberhentikan atau mengakhiri perilaku negatif, seperti doomscrolling, karena mereka menjadi sangat fokus pada konten dan juga tindakan menggulir itu sendiri."
Lantas bagaimana cara menghentikan kebiasaan ini. Wong membagikan tips bagaimana cara atau mengurangi kebiasaan doomscrolling seperti dikutip dari HealthCentral.
Menetapkan batas waktu
Ini adalah salah satu langkah penting untuk mengatasi kecenderungan doomscrolling yang berkepanjangan. Tetapkan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial dan penelusuran berita online. Misalnya, kamu dapat memutuskan untuk tidak menghabiskan lebih dari 30 menit setiap hari untuk aktivitas doomscrolling.
ADVERTISEMENT
Hindari media sosial
Menghindari media sosial dapat menjadi langkah efektif dalam mengatasi kebiasaan doomscrolling. Jika kamu sering terjebak dalam doomscrolling melalui aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, atau Twitter, pertimbangkan untuk menghapus aplikasi tersebut dari ponselmu. Ini akan membuat aksesmu lebih sulit dan memerlukan usaha tambahan untuk masuk ke platform tersebut.
Selain menetapkan batas waktu, jadwalkan kegiatan lain yang dapat menggantikan waktu yang biasanya dihabiskan untuk doomscrolling. Ini bisa termasuk membaca buku, berolahraga, atau berkumpul dengan teman-teman.
Menetapkan batasan
Doomscrolling dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental, terutama bagi mereka yang rentan terhadap depresi. Dalam upaya untuk menghentikan kebiasaan ini, pembentukan batasan terhadap media yang dikonsumsi menjadi langkah kunci. Menurut Wong, langkah-langkah ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk pikiranmu.
ADVERTISEMENT
Latih rasa syukur
Doomscrolling memiliki kecenderungan membuat kita terfokus hanya pada sisi negatif dan masalah di dunia. Informasi-informasi ini dapat menciptakan kecemasan, keputusasaan, dan melupakan segala hal positif yang ada dalam hidup kita. Dalam upaya untuk mengubah pola pikir ini, latihan rasa syukur menjadi alat yang efektif.
Dengan membiasakan diri untuk mengenali dan mensyukuri hal-hal positif setiap hari, kita dapat membangun kekuatan mental untuk melawan dampak negatif informasi yang kita konsumsi.