QnA J.S. Khairen: Soal Minat Baca Milenial dan Fenomena Sarjana Kertas

4 Januari 2019 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
J.S. Khairen (Foto: Instagram @js_khairen)
zoom-in-whitePerbesar
J.S. Khairen (Foto: Instagram @js_khairen)
ADVERTISEMENT
Literasi baca tulis di kalangan anak muda menjadi isu hangat yang kerap dibicarakan. Enggak sedikit yang mempertanyakan masih adakah minat milenial terhadap buku dan karya sastra, di tengah kehadiran media sosial.
ADVERTISEMENT
Alhasil, banyak yang menilai milenial sudah mulai melupakan buku dan enggak lagi mempunyai minat baca. Apalagi kini informasi dapat tersebar secara instan dalam format audiovisual.
Tapi ternyata, ada yang enggak menyetujui anggapan itu. Salah satunya ialah Jombang Santani Khairen atau lebih dikenal dengan nama J.S. Khairen.
Penulis novel 'Rinduku Sederas Hujan Sore Itu' dan '30 Paspor' tersebut meragukan kalau minat baca anak muda berkurang. Enggak cuma itu, Khairen juga menyorot fenomena 'sarjana kertas' di kalangan fresh graduates, yang ia angkat di buku terbarunya, 'Kami (Bukan) Sarjana Kertas'.
Penasaran? Berikut obrolan lengkap kumparan dengan cowok kelahiran Januari 1991 di Padang, Sumatera Barat itu.
J.S. Khairen (Foto: Instagram @js_khairen)
zoom-in-whitePerbesar
J.S. Khairen (Foto: Instagram @js_khairen)
Jadi minat baca anak muda sebenarnya enggak berkurang?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya sekarang itu penulis dihadapkan dengan tantangan bagaimana bisa bertemu dengan pembaca di era media sosial yang semua serba visual. Wah, gimana, ya? Kalau ada yang ngomong minat berkurang itu saya meragukan premis itu. Karena sebenarnya minat baca itu bergeser ke (tulisan) yang lebih pendek.
Sekarang, kan, yang laris yang satu halaman satu bab, tiga halaman paling banyak. Dulu, kan, satu bab bisa 20 halaman. Itu, kan, membosankan. Konsepnya saja harus diubah. Tugas penerbit dan penulis untuk menemukan formula baru. Jangan pakai rumus lama.
Mau menerapkan itu juga, enggak, di karya selanjutnya?
Ya, kayaknya saya harus bikin quotes atau potongan percakapan. Tapi kayaknya sudah banyak yang begitu. Bagaimana, ya, biar berbeda? Akhirnya saya bongkar-bongkar lagi ke gudang, sampai ke toko klasik, dan ketemu mesin ketik. Wah, lucu juga, kalau pakai mesin ketik, enggak ada orang nulis pakai mesin ketik.
ADVERTISEMENT
(Akhirnya) saya ketik, saya unggah (ke Instagram), dan ramai. Kalau semua orang (pakai) desain, saya cukup mesin ketik dengan background yang sesuai dengan cerita saja.
Oh, yang sering diunggah di Instagram itu?
Yang di Instagram itu bagian dari novel-novel yang sudah saya punya selama ini. Dan memang dari buku yang akan terbit.
Buku 'Kami (Bukan) Sarjana Kertas', ya? Bagaimana prosesnya?
Ini novel saya yang paling lama proses menulisnya. Sampai 4 tahun. Yang lain cuma 2 bulan, atau 3 bulan.
Awalnya saya ke Banyuwangi, bersama dengan Profesor Rhenald Kasali, mengobrol dengan Bupati Azwar Anas . Ketika lagi minum kopi, mereka bilang anak muda sekarang kayak stroberi, lembek, tapi kreatif, dan unik. Kelihatan indah, tapi digencet sedikit hancur.
ADVERTISEMENT
Dari situ muncul 'Sarjana Kertas'. Saya ngobrol ke mana-mana, sama ratusan mahasiswa, pekerja segitiga emas di Jakarta, pendidik, orang tua, sampai tukang ojek. Bisa dibilang risetnya dalam banget.
Seiring proses, draft awal itu dinilai kurang sama penerbit. Saya jalan lagi, dan ketemu Riri Riza. Akhirnya diajak mengerjakan proyek film. Itu cukup lama sekitar satu tahun. Dari situ saya belajar, dan saya rombak (novelnya).
Begitu sudah jadi, ternyata ada lagi, nih. Saya ketemu sama Raditya Dika. Lucu juga, saya lagi minum kopi di mal sambil nulis, dia juga datang lagi nulis. Terus saya ke sana lagi, enggak tahunya ada dia. Dia juga sadar pernah ketemu, saya sebelumnya sudah 2 sampai 3 kali menonton stand up comedy dan ikut pelatihan penulisannya. Dia dengan ramahnya menyapa saya.
ADVERTISEMENT
Dari situ terus ngobrol, mengajak ketemu, dan diajak nulis naskah film. Dia juga membedah novel saya. Jadi saya tambah unsur komedi dari hasil ngobrol sama dia.
Memang buku 'Kami (Bukan) Sarjana Kertas' bercerita tentang apa?
Novel ini tentang anak muda Indonesia, yang bagus di atas kertas, IPK bagus, tapi di lapangan melempem. Atau enggak bisa mengambil sikap, apa-apa mengikuti keinginan orang tua, mengikuti peer pressure.
Padahal banyak yang bisa mereka lakukan kalau mengikuti kata hati. Nah, saya mau mengambil hal itu. Tapi karena sangat serius sepertinya saya coba bawa dengan unsur komedi.
Rencananya dirilis kapan?
Februari 2019. Mungkin sudah bisa preorder di akhir Januari.
Di samping novel baru, ada 'Jasa Rangkai Kata' juga?
ADVERTISEMENT
'Jasa Rangkai Kata' itu (sudah) 3 sampai 4 hari ini. Saya terinspirasi dari Zarry Hendrik. Kepikiran bikin juga, tapi uangnya coba survei di Instagram Story, kalau misal saya buka jasa ada yang mau enggak? Ternyata mau. Saya tanya lagi, kalau tarif mau berapa? Terus rata-rata Rp 75 ribu per caption. Saya tanya lagi, kalau misal di mesin ketik berapa? Naik, tuh, jadi Rp 150 ribu, Rp 250 ribu, sampai Rp 300 ribu.
Terus saya tanya, kalau saya donasikan 50 persennya ke korban tsunami (bagaimana)? Ternyata naik lagi harganya. Terakhir saya tanya, kalau misalkan quotes asli saya lelang, kamu mau bayar berapa? Itu cukup mengejutkan.
Ada yang jawab Rp 1 juta, dan bahkan ada yang bayar Rp 5 juta. Itu quotes yang pernah saya unggah dan pakai kertas asli, jadi otentik. Mungkin (dianggap) kayak lukisan. Dan kalau lelang pendapatannya 100 persen saya sumbangkan.
ADVERTISEMENT
Tapi sebenarnya, kok, bisa berkecimpung sebagai penulis?
Dari kecil ayah saya seorang wartawan. Dulu beliau dengan temannya mendirikan sekolah menulis informal di Padang. Tapi saya enggak mau ikut. Itu saat kelas 4 SD. Lalu saya kuliah di Universitas Indonesia jurusan Manajemen. Di situ saya mulai menulis jurnal, artikel, dan bergabung dengan organisasi jurnalistik.
Wah, sudah mendarah daging, ya. Tapi sekarang selain menulis, juga sudah merambah ke YouTube?
Sedang mencoba ke arah sana. Ya, harus bisa menyediakan karya kita di berbagai media.
Ada yang harus ditunggu lagi, enggak, nih, dari seorang J.S. Khairen?
Rencananya quotes di Instagram itu akan saya bukukan. Mungkin rilis di pertengahan tahun.