Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
Syafri Antoni (35) tidak pernah bermimpi punya brand lokal yang memproduksi pakaian sablon. Apalagi sampai menggantungkan hidupnya pada hal itu.
ADVERTISEMENT
Pada 2014 ia memulai bisnisnya sendiri bernama Inyiak dengan modal nekat. Sebab, dia tidak punya kompetensi apa-apa terkait bisnis sablon.
Proses belajarnya dilakukan dengan otodidak. Tidak terhitung jumlah kesalahan yang dilakukan, sampai hampir menyerah karena kesulitan uang untuk membeli bahan.
Namun berkat kesalahan-kesalahan itu, Syafri menjadi lebih memahami bagaimana proses sablon yang efektif, dan cara meningkatkan kualitas.
Kerja keras itu berbuah manis. Meski harus menyulap kamar tidurnya menjadi ruang kerja, tetapi pesanan dari konsumen mulai masuk.
Rahasia Sukses Punya Usaha Sablon Pakaian
Menurutnya, usaha sablon pakaian adalah tentang ketelitian dan presisi yang membutuhkan kreativitas.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, materi sampai teknik sablon untuk semua brand lokal rata-rata sama. Baju yang masih polos biasanya didatangkan dari Bandung, karena kualitas dan harga yang relatif lebih murah.
Sementara, untuk teknik sablon yang digunakan adalah cutting dan manual.
Namun, Syafri lebih merekomendasikan teknik manual karena hasilnya yang lebih baik dan tahan lama. Brand ternama menurutnya juga masih mempertahankan teknik itu.
Selain materi pakaian dan teknik, kreativitas juga jadi faktor penting. Di antaranya yaitu permainan kata di atas kaus.
Syafri juga melakukannya di Inyiak. Ia mengandalkan kreativitas mengolah kata-kata menjadi unik. Seperti mengeksplorasi bahasa daerahnya, yang cukup laris di kalangan wisatawan.
Selain kata-kata, bisa juga bermain dengan lukisan. Syafri mencoba menghadirkan relief lukisan yang berkaitan dengan daerahnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu hasilnya adalah Sikerei, relief lukisan dukun dari Kepulauan Mentawai. Relief itu relatif masih jarang digunakan di karena prosesnya jauh lebih rumit. Namun, hal ini bikin produknya tampil unik dan berbeda.
"Yang dibeli konsumen bukan bajunya, tetapi kreativitas yang disablon di atas baju. Agar memiliki pembeda dari brand lain," katanya seperti dilansir Antara.