Rekomendasi 6 Film Indonesia Terbaik di Netflix yang Tak Boleh Kamu Lewatkan

23 November 2022 12:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menonton Netflix. Foto: Olivier DOULIERY/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menonton Netflix. Foto: Olivier DOULIERY/AFP
ADVERTISEMENT
Sejak lama, Hollywood dan Bollywood mendominasi industri pembuatan film. Meskipun Hollywood memiliki jangkauan yang lebih luas di seluruh dunia, Bollywood mengambil trofi dalam produksi film tahunan dan memiliki jumlah penonton yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Negara-negara seperti Hong Kong juga mendapatkan reputasi untuk sinema mereka dan terutama terkenal dengan film-film seni bela diri mereka. Nollywood, industri pembuatan film Nigeria, juga telah menjadi industri terkemuka dan dikenal luas selama bertahun-tahun.
Korea Selatan telah menggemparkan Asia selama dekade terakhir dan baru-baru ini mencapai jangkauan dunia dengan Squid Game dan Parasite. Namun, Indonesia belum banyak mendapat sorotan meskipun industri filmnya menonjol dan banyak film yang mendapat penghargaan.
Nah, jika kamu mulai penasaran dan ingin mencari rekomendasi film Indonesia terbaik yang bisa kamu saksikan di Netflix, berikut daftarnya.

Photocopier (2021)

Mesin fotokopi, sebuah film drama misteri kejahatan, yang sukses tayang perdana di Festival Film Internasional Busan ke-26 di Korea Selatan. Bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Sur (Shenina Syawalita Cinnamon), bersama anggota kelompok teater kampusnya yang lain, diundang ke rumah pimpinan kelompok Rama Soemarno (Giulio Parengkuan) untuk pesta.
ADVERTISEMENT
Meski diperingatkan oleh ayahnya yang tegas (Lukman Sardi) tentang konsumsi alkohol, karena konsumsi alkohol tidak biasa dalam budaya Indonesia, Sur memilih untuk tidak mendengarkan nasihat ayahnya. Sehari setelah pesta, seluruh kampus memberi tahu dia tentang foto selfienya.
Foto-foto itu membebani Sur dengan beasiswa dan haknya sebagai mahasiswa di kampus. Bingung dan panik, kemudian Sur bekerja sama dengan seorang pekerja fotokopi untuk melacak peristiwa pesta untuk mengetahui apa yang terjadi di pesta tersebut dan pelaku di balik foto tersebut.

Kartini (2017)

Kartini adalah film biografi yang didasarkan pada pahlawan wanita revolusioner emansipasi wanita Indonesia, Raden Adjeng Kartini. Lahir pada tahun 1879, Kartini (Dian Sastrowardoyo) tumbuh dalam keluarga bangsawan Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan menempuh pendidikan di sekolah dasar berbahasa Belanda. Meskipun ada larangan bagi wanita untuk mengejar pendidikan tinggi, dia kemudian menyadari bahwa itulah yang paling dia inginkan.
ADVERTISEMENT
Dia bekerja tanpa lelah untuk mencapai tujuannya memperjuangkan pendidikan perempuan dan hak-hak kerja, yang membuatnya mendapatkan pengakuan sebagai aktivis hak-hak perempuan.

Pengabdi Setan (2017)

Sebagian besar box office Indonesia terdiri dari film horor karena budaya Indonesia sangat tertarik dengan cerita seputar misteri dan horor, namun film pengabdi setan ini salah satu film horor yang paling membekas. Sutradara horor ikonik Joko Anwar memutuskan untuk membuat ulang film Pengabdi Setan tahun 1980 dengan judul yang sama. Bercerita tentang seseorang yang tak mendapat dukungan finansial dari keluarga, yaitu ibu empat anak, Mawarni Suworno (Ayu Laksmi), meninggal dunia akibat penyakit yang tak kunjung sembuh.
Namun, setelah pemakaman Mawarni, hal-hal aneh mulai terjadi di rumah tempat anggota keluarga lainnya masih tinggal, dan sosok gaib yang mirip dengan mendiang ibu mereka menghantui keluarga tersebut. Pengabdi Setan menjadi film horor Indonesia dengan penonton tertinggi di akhir setiap pemutaran film horor di bioskop.
ADVERTISEMENT

5 cm (2012)

5 cm mengikuti perjalanan lima sahabat, yaitu Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah), dan Ian (Igor Saykoji), yang memulai misi mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa.
Selama pendakian mereka, teman-teman sepuluh tahun dengan kepribadian yang sangat berbeda, telah mengatasi rintangan di sepanjang jalan dan belajar tentang siapa mereka dan arti persahabatan yang sebenarnya.

Cek Toko Sebelah (2016)

Cek Toko Sebelah adalah film komedi yang dirilis pada tahun 2016 yang berkisah tentang realitas yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Meskipun berpendidikan tinggi, banyak orang Tionghoa-Indonesia akhirnya bekerja di toko orang tua mereka (atau bekerja di bisnis keluarga apa pun) daripada mengejar impian mereka.
ADVERTISEMENT
Salah satu penulis yang juga aktor utama dalam film dari Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa, adalah seorang komedian Tionghoa-Indonesia multitalenta, pemain stand-up, aktor, sutradara, dan penulis dan sering menggunakan etnisnya sebagai subjek ceritanya. Penduduk etnis Tionghoa merupakan kelompok mayoritas etnis terbesar di Indonesia, oleh karena itu film ini berfungsi untuk merangkul budaya Tionghoa yang ada di Indonesia.

Garuda di Dadaku’ (2009)

Garuda di Dadaku adalah film yang diadaptasi dari novel Dream of the Garuda karya Benny Rhamdani. Seorang bocah lelaki berusia tiga belas tahun bernama Bayu (Emir Mahira) bercita-cita menjadi bintang sepak bola dan bermain untuk tim nasional sepak bola Indonesia Under 13 (U-13). Banyak ketidaksetujuan dari kakeknya Pak Usman (Ikranagara), Bayu tidak pernah menyerah pada mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional.
ADVERTISEMENT
Film klasik Indonesia yang menyenangkan ini menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia yang merasa diremehkan oleh ambisinya. Sekuel dari film Garuda di Dadaku 2 dibuat dan dirilis pada tahun 2011, hanya dua tahun setelah rilis film pertama.
Laporan Mutiara Oktaviana