Remaja Rentan Terjebak Jerat Toxic Relationship

8 April 2021 8:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi toxic relationship. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toxic relationship. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Remaja enggak jarang terjebak dalam jerat toxic relationship, baik dengan sahabat, pacar, saudara, maupun orang tua.
ADVERTISEMENT
Menurut survei SeBAYA PKBI Jawa Timur pada 100 remaja dengan rentang usia 11-24 tahun, sebanyak 41 persen dibentak ketika berbeda pendapat, 33 persen dimarahi pasangan ketika menolak berciuman, dan 26 persen dibatasi aktif dalam kegiatan sosial.
"Bahkan sekitar 11 persen mengaku diancam putus jika enggak mau melakukan hubungan seksual. Sehingga hal-hal seperti ini sangat bisa terjadi pada remaja,” terang pengajar FKKMK UGM Fitrina Kusumaningrum, dalam webinar Toxic Relationship: Hindari Hubungan Bermasalah di Kalangan Remaja.
Ilustrasi toxic relationship. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Hubungan yang bermasalah ini perlu diwaspadai dan ditangani karena bisa menguras waktu dan pikiran, akan berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik atau mental, memengaruhi kemampuan belajar, serta interaksi sosial remaja.
“Akibatnya bisa cemas, stres, insecure, beberapa mengalami trauma,” terang Ketua Departemen Perilaku, Kesehatan Lingkungan, dan Kedokteran Sosial Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Raden Ajeng Yayi Suryo Prabandari, dalam kesempatan sama.
ADVERTISEMENT

Mencegah Toxic Relationship

Ilustrasi toxic relationship Foto: Resty Pangestu/kumparan
Meski begitu, ada sejumlah pencegahan toxic relationship yang dapat dilakukan, terutama dalam hubungan pacaran di kalangan remaja.
Remaja perlu memiliki pemahaman terkait hubungan yang sehat, mampu membuat keputusan dengan sehat, dan mempelajari cara komunikasi yang sehat.
Selain itu, remaja perlu mengenalkan pasangan kepada orang tua untuk memunculkan rasa tanggung jawab, menetapkan batasan dalam hubungan, dan bersikap asertif.
“Asertif ini penting dalam hubungan. Ketika batasan sudah dilanggar, kita harus bisa berkata tidak,” ungkapnya.