Salahkah Fresh Graduate Berharap Gaji Besar?

Ilustrasi uang. Foto: Shutter Stock

Postingan dari seseorang yang mengaku sebagai fresh graduate Universitas Indonesia (UI) baru-baru ini banyak diperbincangkan oleh warganet. Orang tersebut mengeluhkan enggak puas dengan tawaran gaji Rp 8 juta.

Sebagai lulusan UI, ia enggak terima disamakan dengan kampus lain. Ia bahkan merasa lulusan kampus di Depok, Jawa Barat, itu seharusnya setara dengan perusahaan luar negeri.

Enggak sedikit yang mengomentari unggahan tersebut. Tagar #LulusanUI lantas menjadi trending di media sosial Twitter.

Tapi memangnya, salahkah jika seorang fresh graduate meminta gaji besar?

Menurut Samuel Ray, seorang kreator konten di Instagram @srl789 yang juga bekerja di bagian HR (human resource) di sebuah bank swasta, punya harapan soal gaji besar itu boleh-boleh saja. Asal, ekspektasi dan realitas seimbang.

"Ibaratnya kamu pedagang ayam. Kamu ke pasar, terus bilang ayam kamu lebih bagus dan harganya lebih mahal. Sah-sah aja menjual lebih mahal dari yang lain, tapi masalahnya ada yang beli atau enggak?" ujar Samuel kepada kumparan, Rabu (24/7).

Sedangkan menurutnya, gaji Rp 8 juta untuk fresh graduate enggak bisa dikategorikan rendah atau tingginya, karena semua tergantung industrinya. Jika seleksi suatu perusahaan sangat kompetitif, wajar jika gajinya mencapai Rp 8 juta. Bahkan, bisa lebih dari itu.

Sebab, masing-masing perusahaan sudah memiliki standarnya masing-masing. Samuel juga mengatakan bahwa para HR biasanya sudah mempunyai data tentang pasar.

"Dengan data tersebut, masing-masing perusahaan membandingkan standar gaji baik dari fresh graduate sampai posisi Direktur, sesuai dengan kompetensi yang ada," kata dia.

Menurut Samuel, seorang fresh graduate juga enggak dalam posisi untuk negosiasi soal gaji.

"Karena kalau negoisasi gaji itu berarti kamu mempunyai nilai lebih yang bisa ditawarkan ke perusahaan. Pada posisi fresh graduate, nilai yang bisa ditawarkan (seorang fresh graduate) itu kurang lebih sama dengan ribuan fresh graduate lainnya," lanjutnya.

Reporter: Lavira Andaridefia