Sering Bilang Maaf? Bisa Jadi Kamu Idap Sorry Syndrome

21 November 2022 11:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minta maaf. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minta maaf. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, ungkapan maaf bukan hanya diucapkan saat merasa bersalah saja. Tapi juga sering diucapkan dalam hal-hal kecil bahkan saat enggak berbuat kesalahan apa pun.
ADVERTISEMENT
Contohnya seperti saat ingin bertanya kepada orang lain tentang jalan ke suatu tempat. Kamu pun akan mengatakan, "Maaf, untuk ke tempat A, jalannya lewat mana ya?”
Mengucapkan kata maaf terutama saat kamu enggak bersalah mungkin merupakan reaksi tak sadar untukmu. Meskipun terkadang kita perlu meminta maaf, tapi saat kamu mengucapkan maaf terlalu sering, maka kamu bisa termasuk ke dalam sorry sindrom.
Apa sih sebenarnya sorry syndrome itu?
Dikutip dari Subconscious Servant, sorry syndrome merupakan sebuah istilah yang disimpulkan sebagai kebutuhan yang sangat besar untuk meminta maaf bahkan di setiap hal kecil apa pun. Orang yang mengidap sindrom ini sering meminta maaf kepada orang lain selama interaksi atau menggunakan kata maaf sebagai respons otomatis.
ADVERTISEMENT
Sehingga orang tersebut akan meminta maaf secara enggak sengaja atau bahkan kepada benda mati. Ada beberapa tanda yang jelas kalau kamu mungkin mengidap sorry syndrome. Apa saja? Simak selengkapnya.

Meminta Maaf untuk Hal-hal yang Enggak Dilakukan

Ilustrasi minta maaf. Foto: aijiro/Shutterstock
Ini adalah pengalaman umum bagi orang-orang yang empatik. Kamu mungkin meminta maaf kepada orang lain karena telah mengalami hal sulit meskipun kamu bukan penyebab dari hal tersebut. Kamu mungkin juga pernah meminta maaf atas faktor-faktor di luar kendalimu.
Jika kamu pernah atau sering mengalami ini, mungkin kamu perlu mengubah sikapmu.

Meminta Maaf untuk Hal-hal Kecil

Ilustrasi ibu dan anak minta maaf. Foto: Shutter Stock
Meminta maaf di situasi yang tepat adalah bagian dari bersikap sopan. Tapi, saat meminta maaf dalam kejadian sehari-hari itu bisa menjadi berlebihan. Misalnya, meminta maaf saat membutuhkan waktu lebih lama saat melakukan sesuatu atau membuat keributan di tempat yang sepi.
ADVERTISEMENT

Meminta Maaf karena Ingin Menghindari Konflik

Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: Suriyawut Suriya/Shutterstock
Hal terburuk adalah meminta maaf hanya untuk menghindari konflik dengan orang lain. Ini bukan hanya menekan emosimu, tapi juga permintaan maafmu di masa depan terlihat enggak jujur atau enggak berarti bagi orang lain.

Meminta Maaf Saat Membuat Permintaan yang Wajar

Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: aodaodaodaod/Shutterstock
Jika permintaanmu masuk akal, maka kamu enggak perlu meminta maaf. Jika kamu mendapati dirimu meminta maaf karena meminta hal-hal yang sederhana, maka kamu mungkin menderita sorry syndrome.

Meminta Maaf Berulang Kali

ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Jika kamu merasa sulit untuk menahan diri dari meminta maaf beberapa kali, maka kamu mungkin telah mengembangkan permintaan maaf ini sebagai respons gugup ketika merasa enggak nyaman atau cemas.

Meminta Maaf karena Merasa Enggak Nyaman

Ilustrasi mendukung teman yang sedang berduka. Foto: Shutter Stock
Meminta maaf untuk alasan yang satu ini secara langsung terkait dengan harga diri yang rendah. Sorry syndrome tumbuh di seseorang yang enggak melihat nilai mereka sendiri. Luangkan waktu untuk mengenali kembali dirimu sendiri dan ingat kalau kamu juga sama pentingnya dengan orang lain.
ADVERTISEMENT

Orang-orang di Sekitar Telah Memberitahumu untuk Berhenti Meminta Maaf

Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: ART STOCK CREATIVE/Shutterstock
Terkadang kamu enggak sadar dengan kebiasaanmu. Inilah sebabnya masukan dari teman dan keluarga sangat harus selalu didengarkan dan enggak pernah diabaikan.
Laporan Afifa Inak