Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Sering Cemburu Buta kepada Pasangan? Awas Kena Sindrom Othello
18 Mei 2022 16:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tapi cemburu yang berlebihan juga enggak baik. Bahkan jika rasa cemburu ini enggak mampu mengendalikan emosi dan perasaan seseorang, maka dapat muncul tindakan-tindakan yang enggak diinginkan.
Memiliki rasa cemburu berlebihan dan enggak mampu mengendalikan emosi dan perasaannya ini juga dapat disebut sebagai Sindrom Othello.
Apa sih Sindrom Othello itu? Yuk, simak di bawah ini dikutip dari berbagai sumber.
Sindrom Othello
Sindrom Othello adalah gangguan kejiwaan ketika seseorang meyakini bahwa pasangannya enggak setia, tapi enggak memiliki bukti kuat akan hal tersebut. Bisa dianggap juga sebagai cemburu buta.
Sindrom ini pertama kali diperkenalkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 1955. Sindrom ini sering disebut dengan kecemburuan delusi atau kecemburuan enggak wajar.
Sindrom ini biasanya akan lebih banyak menyerang cowok daripada cewek. Biasanya, ditandai dengan tuduhan perselingkuhan berulang, pencarian bukti, interogasi berulang ke pasangan, tes kesetiaan pasangan, hingga mengintai pasangan.
ADVERTISEMENT
Cara Mengatasi Rasa Cemburu yang Berlebihan
Bila kamu merupakan pihak yang dicemburui, kamu bisa bicarakan dengan pasanganmu. Komunikasi adalah hal terpenting di dalam hubungan. Kamu bisa menanyakan apa yang mengganggunya, lalu coba hilangkan keraguannya.
Namun, jika kamu yang merasakan cemburu buta, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut:
- Mencoba berpikir lebih positif dan mensyukuri hubungan kalian
- Mencatat rasa syukur ke dalam jurnal
- Cari kesibukan yang positif untuk menghilangkan pikiran dari rasa cemburu. Misalnya berkebun, memasak, atau mengikuti komunitas yang memberikan pengadih baik.
Jika rasa cemburumu semakin mengganggu, kamu bisa segerakan konsultasi ke ahli seperti psikolog.
Laporan Afifa Inak