Studi: Orang yang Berteman Baik dengan Mantan Punya Bibit Psikopat

15 Maret 2019 11:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Cuma orang yang punya kecenderungan psikopat yang bisa berteman dengan mantan pacar.
ADVERTISEMENT
Seenggaknya, itulah kata ahli kejiwaan di Oakland University. Pernyataan ini diperoleh sekelompok peneliti lewat studi kejiwaan yang dilakukan terhadap 861 orang.
Setiap orang diwawancarai dan diajak ngobrol panjang lebar soal pacar dan kondisi hubungan dengan mantan pacar masing-masing.
Setelah puas bercerita, masing-masing diminta untuk mengisi kuesioner khusus untuk mengukur kadar narsistik dan bibit psikopat yang ada dalam dirinya.
Dan hasilnya?
Hampir semua orang yang terdeteksi punya ciri-ciri dark personality (kecenderungan psikopat) masih berhubungan baik atau keep in touch dengan mantan pacarnya. Yang membuat bulu kuduk berdiri adalah alasan yang ada di baliknya.
Para psikopat sengaja menjaga hubungan pertemanan dengan mantannya untuk mendapatkan akses materi, seks, dan informasi yang ia perlukan di masa depan. Dan celakanya lagi, rata-rata psikopat punya daya pikat (charm) yang membuat mantan-mantannya betah, bahkan mengizinkan diri 'dimanfaatkan' untuk tujuan tertentu.
ADVERTISEMENT
Cara yang dilakukan psikopat untuk terus mencengkeram mantannya juga beragam. Mulai dari sering minta tolong untuk hal sepele, ajak nongkrong atau party, sampai tiba-tiba datang menemui kamu tanpa alasan jelas.
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
"Mereka melakukannya untuk motif egois untuk mendapatkan seks, informasi, atau hal praktis lainnya. Mereka sama sekali enggak memikirkan dampak emosi yang terasa pada mantannya," jelas dr Paulette Sherman kepada Independent. Orang-orang dengan bibit psikopat sulit merasakan empati terhadap orang lain.
Meski demikian, Paulette mengingatkan kamu untuk enggak buru-buru negative thinking dan menuduh semua mantan pacar adalah psikopat.
"Saya harus bilang, saya pernah melihat beberapa klien memilih tetap friendly atau berteman mantannya karena alasan yang normal atau altruistis. Mereka menginginkan yang terbaik untuk mantannya, menikmati kehadirannya, dan tahu menetapkan batasan sehat tentang caranya berteman dan enggak menuntut seks atau melakukan hal yang enggak wajar. Sering juga mereka memang sudah enggak tertarik satu sama lain dan sudah punya pasangan baru dan menghargai partner-nya," tutupnya.
ADVERTISEMENT