Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Youtuber jadi salah satu kategori pekerjaan yang dikenal oleh generasi millenial. Dengan iming-iming pendapatan yang menjanjikan lewat ‘menjual’ konten video dari jumlah views, kamu mungkin ingin berhenti sekolah saja, tak usah kuliah dan langsung menjadi Youtuber agar cepat kaya.
ADVERTISEMENT
Tren menjadi Youtuber ini pun sudah lebih dulu menjangkiti masyarakat luar negeri. Menurut polling yang dilakukan Bloomberg, 1 dari 3 anak berumur 6-17 tahun di Inggris ingin menjadi Youtuber di masa depan.
Tren ini mengubah cita-cita mainstream yang biasa disebutkan anak-anak seumur mereka, seperti ingin menjadi dokter, tentara, atau polisi. Namun tunggu dulu? Menjadi Youtuber dan cepat kaya dari situ ternyata tidak semudah itu loh.
Riset dari Jerman yang ditulis Mathias Bärtl (2018), seorang profesor di Offenburg University of Applied Sciences, menunjukkan bahwa 96,5 persen mereka yang mencoba jadi Youtuber tidak akan memiliki pendapatan setara dengan batas standar pendapatan masyarakat miskin Amerika Serikat.
Dalam riset berjudul “YouTube channels, uploads and views: A statistical analysis of the past 10 years” tersebut Bärtl menganalisis data channel Youtube pada dari 2006 sampai 2016. Analisis itu menemukan hanya sekitar 3 persen channel Youtube yang paling banyak ditonton pengguna.
ADVERTISEMENT
Dilansir Bloomberg, menjadi bagian dari 3 persen channel tersebut berarti akan menghasilkan pendapatan iklan sebesar 16.800 dolar AS, setara Rp 250 juta, per tahun. Angka ini tidak jauh dari batas standar masyarakat miskin AS yang pendapatan per tahunnya setara minimal Rp 180 juta.
Dalam sampel yang digunakan dalam penelitian Bärtl, jumlah 3 persen itu merupakan channel yang memiliki lebih dari 1,4 juta views per bulan. Sudahkah channel baru yang kamu bikin mencapai angka tersebut? Kalau tidak, berarti channel-mu masuk daftar 96,5 persen yang tak akan mendapat penghasilan seperti yang sudah diperhitungkan.
“3% channel yang paling banyak ditonton itu berkontribusi sebanyak 28% dari keseluruhan unggahan dan 85% dari total jumlah views,” tulis Bärt dalam penelitiannya. Artinya, channel barumu harus memperebutkan 15 persen views yang tersisa melawan 97 persen channel lain.
ADVERTISEMENT
Bärt juga menemukan kalau channel yang umurnya lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengumpulkan views. Artinya, bagi mereka yang baru saja membikin channel harus ekstra hati-hati membuat konten karena peluangnya makin kecil untuk mendapat views.
Bärt menulis, “Hasil analisis memberikan bukti bahwa channel yang lebih tua memiliki probabilitas yang secara signifikan lebih tinggi untuk mengumpulkan pemirsa yang besar, tapi hasil juga menunjukkan bahwa selalu ada peluang kecil bagi channel muda untuk menjadi sukses dengan cepat, tergantung apakah mereka memilih genre (tayangan) mereka dengan bijak.”
Jadi, dari semua temuan ini apakah kamu masih ingin jadi Youtuber? Kalau iya, mohon pertimbangkan baik-baik ya. Semoga sukses!