Tips Fotografer Konser Bangun Relasi dengan Band

23 April 2018 18:14 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Foto Panggung (Foto: Dok. Iqbal Dwiharianto)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto Panggung (Foto: Dok. Iqbal Dwiharianto)
ADVERTISEMENT
Bantingan gitar Paul Simonon yang melegenda saat manggung bersama The Clash di New York, Amerika Serikat, pada tahun 1979 silam, mungkin hanya akan berakhir sebagai mitos belaka apabila Pennie Smith tidak pernah mengabadikannya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut, sedikit banyak, menjadi sebuah bukti bahwa seorang fotografer panggung memegang peranan yang cukup penting dalam sepak terjang sebuah band di industri musik. Terutama untuk mengabadikannya dan menyimpannya dalam berkas sejarah.
Namun, untuk mendapatkan hasil jepretan seperti yang dimiliki Smith tentu tidaklah gampang. Bukan hanya soal teknik memotret, tapi untuk meraih akses sedekat itu pun biasanya diperlukan izin khusus. Yakni, baik sebagai pihak penyelenggara konser, maupun fotografer resmi band tersebut.
Lalu, bagaimana caranya untuk memulai membangun relasi dengan sebuah band, hingga bisa dipercaya untuk memotret mereka?
kumparan (kumparan.com) berkesempatan untuk menanyakan langsung tips dari dua fotografer panggung kawakan Tanah Air, yaitu Firdaus Fadlil dan Rendha Rais.
Membuka pembicaraan, Firdaus, yang juga akrab disapa Om Daus, awalnya sempat menceritakan tentang salah satu pengalamannya menjadi fotografer band metal asal Brazil, Sepultura, saat konser di Indonesia tahun 1992 silam.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu saya (sempat) kejar mereka ke Brazil. Begitu mereka sampai di Indonesia untuk manggung, saya sudah jemput dia di bandara. Jadi, orang Indonesia yang dia percayakan itu saya," kenang Om Daus saat ditemui kumparan di wilayah Pasar Santa, Jakarta Selatan, pada Minggu (22/4) sore.
"Lalu saya kasih foto-fotonya, habis itu ya ngobrol biasa. Dia perlu apa-apa saya bisa bantu. Mengalahkan event organizer-nya bahkan," tambahnya.
Untuk para fotografer panggung pemula yang ingin membangun relasi dengan band, ia menyarankan untuk lebih bisa memanfaatkan fitur media sosial yang ada saat ini, seperti menggunakan Instagram.
"Pertama, datengin setiap gigs tempat mereka main. Habis itu, pasang (hasil foto) di Instagram dan segala macam, lalu mention ke mereka. Nanti mereka pasti ngeh, orang-orang lain juga," tutur mantan fotografer majalah Hai tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jalurnya sekarang paling gampang itu. Coba aja foto semua band. Mungkin bandnya gak terkenal, tapi kita enggak tau dia punya saudara segala macem, ternyata ada 400 orang yang kenal mereka, misalnya. Jadi kita bisa terbawa," imbuhnya.
Senada dengan Om Daus, Rendha, yang memulai karier fotografi panggungnya bersama band Saint Loco itu, mengatakan bahwa media sosial bisa menjadi salah satu cara untuk 'mengenalkan' karya kita kepada band tersebut.
"Biasanya gini, yang namanya band pasti mereka ada konser keliling kota di Indonesia. Misalnya mereka datang ke kota kamu, kamu bisa motret mereka. Dan sekarang kan sudah era digital, jadi ada media sosial. Kamu bisa nge-tag foto mereka," ucapnya.
Selain itu, cara lain yang Rendha sarankan adalah dengan cara mengunjungi hotel tempat band itu menginap selama manggung di kota tersebut. Namun, untuk yang satu ini, ia juga menyarankan untuk terlebih dahulu mengetahui kondisi para personel bandnya pada saat itu.
ADVERTISEMENT
"Atau mungkin kamu kenal event organizer-nya. Jadi, yang terpenting itu relasi. Karena dari situ kita bisa kenal sama orang itu," tambah Rendha.
"Coba membuat mereka terkesan in a good way. Mungkin bisa dengan cara ngirim foto buat mereka, atau mungkin kita cetak lalu kita kasih ke mereka," tutupnya.
Dokumentasi memang sangat penting untuk kehidupan suatu band. Itu karena, foto dapat merekam perjalanan karier mereka dan kelak bisa digunakan untuk melihat apa yang telah dicapai band.
Seperti kata The Upstairs, "Semua terekam, tak pernah mati".