Tips Fotografi: Menengok Sejarah Foto Jurnalistik di Indonesia

24 Februari 2021 9:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi fotografi menggunakan kamera analog. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fotografi menggunakan kamera analog. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Dunia fotografi kini menjadi perhatian banyak kalangan. Setiap momen hal utama tidak pernah dilewatkan dan mengabadikannya dalam foto.
ADVERTISEMENT
Foto pertama di dunia diambil oleh Joseph Nicephore Niepce pada tahun 1826. Nicephore Niepce merupakan salah satu satu pelopor fotografi di Prancis. Foto yang berhasil diambil olehnya adalah memperlihatkan bagian bangunan dan lingkungan sekeliling yang tampak dari rumah Niepce, Le Gras.
View from the Window at Le Gras. Foto: Dok. Istimewa
Melalui proses yang disebut Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen.
Dan hingga kini, dunia fotografi berkembang sangat pesat. Kemajuan teknologi semakin mempermudah seseorang untuk mengambil gambar.
Fotografi juga memiliki beragam genre. Genre-genre tersebut mempresentasikan teknik fotografi, salah satunya foto jurnalistik (Journalism Photography).
Ilustrasi membawa peralatan fotografi dengan tas punggung. Foto: Shutterstock
Foto jurnalistik menjadi suatu bagian penting dalam produk jurnalistik. Foto jurnalistik memberikan warna tersendiri dalam sebuah media (online maupun cetak).
ADVERTISEMENT
Menilik dari sejarah, foto jurnalistik pertama kali muncul pada 16 April 1877 saat surat kabar harian The Daily Graphic di New York yang ketika itu memuat gambar berisi kebakaran hotel pada halaman pertama. Terbitan tersebut menjadi awal adanya foto jurnalistik pada media cetak.
Edisi The Daily Graphic 1877. Foto: Dok. Istimewa
Pada tahun 1890-an, seorang fotografer jurnalistik berkebangsaan Inggris, Jimmy Hare meliput perang Spanyol-Amerika sampai akhir Perang Dunia I dengan dua kamera yang ditenteng menyerupai tas jinjing berbungkus kulit. Foto-fotonya tersebut menjadi dasar-dasar kerja seorang fotografer jurnalistik.
Di tahun 1891, surat kabar New York Morning menjadi surat kabar pertama yang mempublish foto tercetak menggunakan halftone screen (perangkat yang mampu memindai titik-titik gambar ke dalam pelat cetak).
Petugas keamanan mengamati karya yang ditampilkan dalam Pameran Fotografi dan Grafis Indonesia Bergerak: 1900 - 1942 di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Jakarta, Senin (7/9/2020). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Perkembangan foto jurnalistik sampai dikenal menjadi era foto jurnalistik terjadi kurun waktu 1930-1950. Pada saat itu, terbitan Port Illustrated, The Daily Mirror, The New York Daily News, Vu dan LIFE menunjukkan eksistensinya dalam bidang foto jurnalistik dengan menampilkan foto-foto yang menawan. Dan era ini disebut juga dengan 'golden age'.
ADVERTISEMENT
Di era keemasan tersebut, muncul nama-nama jurnalis foto kondang seperti Robert Capa, Alfred Eisentaedt, David Seymour, hingga Eugene Smith.
Dan pada tahun 1947, Magnum Photos menjadi agensi foto berita pertama yang menyediakan foto jurnalistik dari berbagai isu di belahan dunia.
Di Indonesia, awal mula foto jurnalistik di Indonesia tidak terlepas dari kantor berita Domei, Surat Kabar Asia Raya dan Indonesia Press Photo Service (IPPHOS).
Alex Mendur. Foto: Dok. Istimewa
Alex Impurung Mendur yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya Frans Soemarno Mendur mengabadikan peristiwa-peristiwa bersejarah masa pra dan pasca kemerdekaan.
Frans Mendur dan Alex Mendur. Foto: Dok. Istimewa
Salah satunya karya fenomenal Alex Impurung Mendur saat mengabadikan detik-detik pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Foto proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Foto: Frans Mendur/IPPHOS/ANRI
IPPHOS sendiri terbentuk pada 2 Oktober 1946 di Jakarta oleh JK Umbas, FF Umbas, Alex Mamusung, dan Oscar Ganda. Koleksi foto IPPHOS merekam semangat dan pergolakan politik di Indonesia dalam upaya mencapai kemerdekaan. Dan itulah mengapa foto-foto IPPHOS banyak digunakan sebagai arsip visual sejarah.
ADVERTISEMENT
Di era modern dan teknologi yang semakin seperti saat ini, foto jurnalistik mengalami kemajuan yang sangat pesat. Era digital juga mengubah foto jurnalistik dan jurnalis lebih mudah memproduksi, dikirim, dan dipublikasikan. Foto jurnalistik kini dapat dikonsumsi dengan mudah oleh pembaca diberbagai media di Indonesia.