Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kata 'aing' dari bahasa Sunda jadi viral dan banyak digunakan penutur bahasa lain, untuk menggantikan 'aku' atau 'gue'.
ADVERTISEMENT
Kata sapaan ini kerap digunakan penutur bahasa Sunda untuk menjalin percakapan standar. 'Aing' bisa digunakan untuk percakapan dengan teman sebaya sebagai ungkapan candaan atau hiburan.
Terus, kok, bisa, ya, kata 'aing' jadi populer bahkan di luar penutur bahasa Sunda?
Asal Muasal Kata 'Aing' Jadi Populer
Menurut Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Gugun Gunardi, 'aing' pertama kali dipopulerkan oleh Bobotoh atau komunitas pendukung klub sepak bola Persib Bandung.
Banyaknya jargon yang menggunakan 'aing', menyebabkan orang-orang di luar penutur Sunda menggunakannya sebagai kata sapaan.
Karena dipakai oleh sosiolek, atau penutur dari kelompok sosial tertentu, maka orang di luar komunitas menjadi terpengaruh untuk menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
“Orang lain yang tidak paham dengan 'aing' dianggap sebagai kata gagah. Saya melihat fenomena 'aing' menjadi banyak digunakan di luar penutur bahasa Sunda,” kata Gugun, dilansir laman Unpad.
Kasar tapi Banyak Digunakan
Meski begitu, penggunaan 'aing' di ragam percakapan menimbulkan perdebatan. Sebab, kata ini dalam tata krama bahasa Sunda termasuk kasar.
Menyikapi fenomena itu, Gugun mengatakan 'aing' boleh digunakan penutur bahasa Sunda dan di luar Sunda, selama konteks komunikasi dilakukan dengan orang yang berusia sama.
“Bahasa kasar bisa menjadi halus tergantung pada intonasi yang digunakan. Dalam bahasa Sunda, selama penggunaannya tidak mementingkan tingkat tutur bahasa menjadi tidak masalah,” tambahnya.
Gugun memandang positif penggunaan kata 'aing' dalam percakapan bahasa Indonesia. Menurutnya, hal ini bisa mempopulerkan eksistensi bahasa Sunda di tingkat nasional.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, wajib juga mengetahui tingkat tutur bahasa Sunda. Minimal, mengetahui mana kata yang masuk ke dalam ragam bahasa Sunda kasar, sedang, dan halus.
“Silakan gunakan bahasa Sunda. Dengan intonasi tertentu, kata kasar bisa menjadi bagus dan tidak digunakan untuk mem-bully atau memojokkan orang lain,” ujar Gugun.