Wujudkan Mimpi, 106 Siswa Pertukaran Pelajar Siap Jadi Warga Global

13 Agustus 2024 14:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebanyak 106 siswa program pertukaran pelajar Yayasan Bina Antarbudaya menggelar malam perpisahan di Makara Art Center, Universitas Indonesia, Sabtu (5/8). Foto. Dok. Yayasan Bina Antarbudaya
zoom-in-whitePerbesar
Sebanyak 106 siswa program pertukaran pelajar Yayasan Bina Antarbudaya menggelar malam perpisahan di Makara Art Center, Universitas Indonesia, Sabtu (5/8). Foto. Dok. Yayasan Bina Antarbudaya
Mewujudkan mimpi untuk belajar di luar negeri saat usia muda membutuhkan tekad kuat dan juga keberanian. Sebab, kamu akan hidup sendiri di negara lain, jauh dari keluarga dan orang terdekat.
Belum lagi perbedaan bahasa dan budaya, akan semakin menantang dirimu untuk menaklukkan segala ketakutan. Hal ini juga dirasakan 106 siswa program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs, Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study (YES) dan Asia Kakehashi (AKP+) yang siap menjadi warga global ke berbagai negara tujuan.
Yayasan Bina Antarbudaya selaku pengelola program AFS Intercultural Program, KL YES, dan AKP+ di Indonesia menyebutkan, 106 peserta tersebut adalah siswa SMA berprestasi yang terpilih dari seleksi ketat sekitar 7.500 pendaftar.
Sebanyak 36 peserta program AFS akan berangkat ke berbagai negara yakni, Belgia, Brasil, Finlandia, Hungaria, Italia, Jepang, Mesir, Polandia, Prancis, Serbia, Swedia, Swiss, dan Turki. Kemudian peserta program KL-YES berjumlah 60 orang akan berangkat ke Amerika Serikat dan 10 peserta AKP+ akan berangkat ke Jepang.
Para siswa ini akan tinggal bersama keluarga angkat dan bersekolah di SMA setempat selama durasi 3 bulan hingga 10 bulan ke depan. Bagaimana pengalaman peserta maupun orang tua dari peserta yang mengikuti program ini? Yuk, simak cerita mereka!

Wujudkan Mimpi, Lawan Ketakutan

Siswa program pertukaran pelajar saat menyampaikan perpisahan kepada keluarga dan kerabat. Foto: dok. Yayasan Bina Antarbudaya
Athifa Liyana Puteri, salah satu perwakilan peserta mengungkapkan keikutsertaannya dalam program pertukaran pelajar ini sebagai bagian mewujudkan impiannya. Sejak kecil, Athifa yang merupakan siswi SMA asal Banjarmasin ini bermimpi untuk bisa belajar di luar negeri.
Tak mau sekadar bermimpi, Athifa pun berusaha mewujudkannya, salah satunya dengan mengikuti program KL-Yes ke Amerika Serikat. Tak mudah baginya, karena harus bersaing dengan 7.500 pendaftar lainnya.
Dengan tekad kuat, keberanian serta diikuti ikhtiar, akhirnya ia berhasil terpilih setelah melalui rangkaian seleksi panjang mulai dari seleksi berkas, wawancara hingga kelompok.
“Saya pernah bermimpi berada di posisi seperti saat ini sejak kecil, berdiri di depan kalian semua, bersiap untuk memulai perjalanan baru ini. Seperti kata orang, jika kita memimpikannya terdapat beberapa cara untuk melakukannya,” ujar Athifa.
Perjuangan lainnya yang yang harus dihadapi adalah proses seleksi yang bersamaan dengan kegiatan belajar di sekolah. Selama sepekan terakhir juga, para peserta program pertukaran pelajar digembleng dalam program orientasi sebagai proses pembekalan di negara tujuan.
“Selama seminggu ini, kita diperkenalkan untuk saling menyayangi tetapi yang paling penting, kita telah belajar. Semua hasil dari perjuangan hati kita, darah, sakit, dan air mata semuanya menyatu menjadi satu dan bukti kebersamaan kita. Dan saya berdiri dengan tenang dan bangga dari proses pemilihan, hingga orientasi nasional. Kita semua telah berjalan sejauh ini,” ujar Athifa.
Anastasia Dessi, orang tua dari Rayung Laksita Anggantari, peserta KL-YES program dari Yogyakarta, juga mengungkap perjuangan putrinya dari awal hingga akhirnya bisa segera berangkat ke AS. Mulai pembuatan essay, mencari rekomendasi ke berbagai pihak, hingga mengalahkan ribuan pendaftar lainnya menjadi proses yang tak terlupakan.
Namun demikian, ia meyakini pengalaman ini juga menjadi bekal bagi putrinya saat tinggal dan belajar di negara tujuan.
“Itu mungkin sesudah terpilih itu salah satu bonusnya, tapi bagi saya selama prosesnya itu adalah pembelajaran tersendiri untuk anak-anak. Bahwa mereka sudah melalui berbagai tantangan selama proses, belajar banyak dan tentunya punya teman banyak. Dulunya temannya hanya di sekolahnya, sekarang temannya dari seluruh Indonesia,” ujar Desi.
Karenanya, kesempatan ini tidak akan disia-siakan para peserta untuk maksimal saat tinggal dan belajar di negara tujuan. Sehingga program ini mampu melatih kepemimpinan, memberikan pengalaman, pemahaman lintas budaya para peserta lebih baik.
“Mereka akan tinggal di negara lain, merasakan hidup bersama dengan keluarga-keluarga lain. Tentunya harapannya seperti spiritnya AFS bahwa anak-anak nantinya akan semakin memahami keberagaman, semakin memperdalam understanding dan juga semangat kolaborasi. Tentunya juga yang diharapkan ujung-ujungnya adalah menjadi duta perdamaian,” katanya.

Gala Malam Perpisahan ‘Angan Lintas Sagara’

Duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdir saat hadir melepas siswa program pertukaran pelajar di Makara Art Center, UI, Sabtu (3/8)
Menjelang hari keberangkatan 106 peserta program pertukaran pelajar, Yayasan Bina Antarbudaya menggelar malam perpisahan atau Farewell Party di Makara Art Center, Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (3/8). Para siswa mempersembahkan drama musikal bertajuk ‘Angan Lintas Sagara’ yang menggabungkan pertunjukan seni peran, musik, vokal dan tari dalam budaya nusantara dan modern.
Drama musikal ini yang menceritakan perjalanan para pemeran dalam mencari pusaka juga menjadi simbol perjuangan para peserta program pertukaran pelajar untuk mencari ilmu di negara lain.
Turut hadir dalam acara tersebut, Duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdir dan Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Frank Felix yang ikut melepas siswa-siswi program pertukaran pelajar.
Kamala menyampaikan kebanggaannya terhadap para siswa yang akan tinggal dan belajar jauh dari negaranya. Kamala meyakini, pengalaman yang didapat para siswa selama program pertukaran pelajar akan menambah kepercayaan diri dan kemampuan beradaptasi peserta.
“Saya sangat bangga dengan para pelajar di sini yang akan pergi ke AS di program YES maupun pelajar yang akan pergi ke negara lain. Anda akan mengambil perjalanan, pengalaman, dan beberapa hari akan sangat sulit. Tetapi Anda akan bisa melakukannya,” ujar Kamala.
Malam farewell party ini pun ditutup dengan penyematan pin Garuda oleh orang tua masing-masing peserta pertukaran pelajar. Suasana haru pun menyelimuti para peserta acara seiring perpisahan yang terasa semakin dekat.
Dalam sambutannya, Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, Asmir Agoes, berpesan kepada para peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya program pertukaran pelajar. Hal ini penting untuk menjadi bekal para siswa saat kembali ke tanah air.
“Saya harap Anda akan memiliki lebih banyak kemungkinan di masa depan. Anda sekarang, para pelajar, telah menjadi bagian dari masyarakat global. Semoga Anda selalu tetapi lebih bijak, bekerja lebih keras di mana pun Anda berada,” ujarnya.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio