Konten dari Pengguna

Mahasiswa FMIPA UI Kembangkan Peta Kerentanan Longsor untuk Desa Talang Lindung

Fakhriaji Juliansyah
Mahasiswa Geografi Universitas Indonesia
17 September 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhriaji Juliansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto bersama masyarakat setempat dan Kepala Desa Talang Lindung
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama masyarakat setempat dan Kepala Desa Talang Lindung

Di bawah inisiasi "PROTEUS"

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PROTEUS (Program Pemetaan dan Edukasi Longsor) adalah sebuah inisiatif pengabdian masyarakat yang digagas oleh tim dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia. Bertempat di Desa Talang Lindung, Kota Sungai Penuh, program ini melibatkan civitas akademika, mulai dari dosen hingga mahasiswa FMIPA UI, yang sebagian besar adalah putra daerah Kota Sungai Penuh. Meskipun jarak antara kampus dan lokasi pengabdian mencapai 1.219 km, semangat mahasiswa Universitas Indonesia untuk memberikan kontribusi bagi daerah asalnya tetap berkobar.
ADVERTISEMENT
Didanai sepenuhnya oleh Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia dan dibimbing langsung oleh Dr. Eko Kusratmoko, MS, PROTEUS hadir dengan misi penting: meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan warga terhadap ancaman tanah longsor. Masyarakat Desa Talang Lindung diberikan pelatihan, mencakup langkah pencegahan, tanggap darurat, hingga pemulihan pascabencana. Selain edukasi, tim UI turut melakukan pemetaan partisipatif menggunakan teknologi drone dan survei lapangan, guna memahami lebih dalam kondisi rawan longsor di wilayah tersebut.
Dilaksanakan dari 4 hingga 11 Agustus 2024, kolaborasi program ini melibatkan banyak pihak, termasuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Talang Lindung, Dinas PUPR Kota Sungai Penuh, serta warga lokal.

Mengapa Desa Talang Lindung?

Kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Talang Lindung lahir sebagai respons atas permasalahan kompleks yang dihadapi penduduk setempat. Salah satu akar persoalan adalah perubahan sistem hidrologi akibat perubahan iklim, yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana tanah longsor. Dampaknya tidak hanya terlihat dari kerugian materi, tetapi juga korban jiwa dan trauma psikologis yang membekas di masyarakat. Bencana ini memperberat beban mereka, terutama yang bergantung pada sektor pertanian, membuat komunitas semakin rentan secara ekonomi dan sosial.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, masyarakat Desa Talang Lindung juga termasuk kelompok rentan dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Dengan sex ratio sebesar 96, perempuan di desa ini lebih banyak dibandingkan laki-laki. Meski ancaman tanah longsor telah memengaruhi 31.356 jiwa dari tahun 2014 hingga 2021, menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp704 juta, pengetahuan mereka tentang mitigasi bencana masih sangat terbatas. Kondisi ini mendorong perlunya upaya intervensi yang lebih sistematis dan berkelanjutan.

Dukungan Penuh dari Dinas PUPR Kota Sungai Penuh

Tim Pengabdi PROTEUS bersama Dinas PUPR Kota Sungai Penuh
Intervensi program pengabdian di Desa Talang Lindung ini mendapat dukungan penuh dari Dinas PUPR Kota Sungai Penuh, yang berperan penting dalam hal perizinan, penyewaan alat, serta penyediaan data yang diperlukan. Salah satu langkah awal yang dilakukan adalah mengadakan diskusi intensif dengan Dinas PUPR sebagai mitra utama. Melalui diskusi ini, tim pengabdian berhasil mencapai kesepakatan mengenai penyesuaian jadwal kegiatan dan lokasi pengambilan foto udara menggunakan drone, menentukan metode pengolahan data, serta merancang sosialisasi hasil pemetaan.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi strategis ini bertujuan untuk menghasilkan pemetaan yang akurat dan komprehensif, yang diharapkan dapat menjadi panduan penting dalam upaya mitigasi bencana tanah longsor di Desa Talang Lindung.

Drone, Analisis, hingga Peta hasil

Salah satu titik Longsor di Desa Talang Lindung
Pemetaan di Desa Talang Lindung dimulai pada 4 Agustus 2024 dengan menggunakan drone DJI Mavic Air 2 untuk memotret kondisi geologi dan titik longsor. Hasil pemetaan menunjukkan desa ini didominasi oleh hutan, lahan terbuka, pemukiman, pertanian, dan semak belukar. Data ini menjadi dasar penting untuk mitigasi bencana dan perencanaan pembangunan.
Peta hasil pengolahan data primer dan sekunder
Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan parameter seperti penggunaan lahan, kemiringan lereng, jarak dari sungai dan patahan, serta jenis batuan. Metode Landslide Potential Index (LPI) digunakan untuk menghasilkan peta kerentanan skala 1:3625, yang menunjukkan area dengan risiko longsor bervariasi. Peta yang dihasilkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan mitigasi dan kebijakan pembangunan yang lebih aman di masa depan.
ADVERTISEMENT

Sosialisasi dan Penyerahan Peta

Diseminasi peta dan hasil temuan di lapangan
Sosialisasi kepada masyarakat Desa Talang Lindung digelar pada 11 Agustus 2024, dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dengan dihadiri warga setempat dan perwakilan pemerintah daerah. Dalam acara ini, tim pengabdian mempresentasikan peta kerentanan tanah longsor yang telah mereka buat, sekaligus menjelaskan metodologi dan analisis yang digunakan. Antusiasme peserta terlihat tinggi, dengan partisipasi aktif dalam sesi tanya jawab, memberikan masukan, serta diskusi konstruktif untuk pengembangan lebih lanjut.
Selain itu, acara ini juga menyoroti langkah-langkah mitigasi yang bisa diambil untuk mengurangi risiko tanah longsor, menekankan pentingnya kesiapsiagaan bencana bagi seluruh komunitas.
Penyerahan peta kerentanan tanah longsor Desa Talang Lindung kepada Kepala Desa
Setelah pemaparan hasil peta dan diskusi, tim pengabdian menyerahkan sertifikat berupa piagam kepada pemerintah Desa Talang Lindung sebagai penghargaan atas kesediaan mereka untuk dijadikan lokasi penelitian. Menurut Kepala Desa dan masyarakat setempat, peta kerentanan longsor yang dihasilkan adalah yang pertama di wilayah ini dan dianggap sangat sesuai dengan kondisi lapangan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masukan dari masyarakat setempat yang bisa dijadikan langkah program tahun berikutnya adalah perlunya pembuatan sumur biopori atau kolam retensi yang digunakan untuk menampung air ketika musim hujan, serta penanaman tumbuhan akar yang kuat (jenis vetiver) untuk menahan tanah supaya tidak terjadi longsor.
ADVERTISEMENT