Konten dari Pengguna

Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Sastra di Era Milenial

Mira Azzahra
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 November 2021 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mira Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang termasuk ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sastra adalah karangan ataupun ciptaan seseorang sebagai wujud ungkapan ataupun penghayatan mengenai kehidupan, manusia, alam, dan juga bahasa. Menurut Moody (1971) dalam bukunya The Teaching of Literature, sastra adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, melatih kepekaan terhadap keindahan, kegiatan untuk menghargai kemanusiaan, moralitas, akhlak mulia, dan memahami watak sesama manusiasatu sama lain untuk mempraktikkan solidaritas dan kepekaan sosial dalam arti memahami penderitaan orang lain. Menurut Sumardjo dan Saini, sastra kini merupakan ekspresi pribadi dari orang dalam bentuk pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, keinginan, keyakinan dalam bentuk hingga gambar beton yang menghasilkan pesona dengan alat bahasa. Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa sastra adalah ungkapan perasaan tentang pengalaman sendiri atau pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Menurutmu, bagaimana eksistensi sastra dalam kehidupan sehari-hari? Dewasa ini, keberadaan sastra bila dilihat secara saksama, kurang diminati oleh masyarakat awam, khususnya mahasiswa karena belum memahami peran dan fungsi sastra dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya kita tahu bahwa sastra memiliki peran dan fungsi positif dalam kehidupan, sebagaimana dikemukakan oleh Horatius (Mikics, 2007: 95) ada dua peran dan fungsi sastra, yaitu dulce et berguna, dulce (manis) memiliki arti kesenangan atau kenikmatan sedangkan bermanfaat (useful) berarti sesuatu yang mendidik untuk penanaman moral yang positif. Setiap karya sastra akan memiliki nilai yang tinggi apabila mampu menghadirkan kesenangan ataupun penghiburan dan mampu memberikan pendidikan kepada seseorang.
Namun, dalam pelaksanaan serta implementasinya dalam kehidupan nyata, masih banyak yang berpendapat bahwa sastra itu tidak terlalu penting karena rendahnya pengetahuan kita di bagian sastra. Oleh karena itu, dibutuhkan pengajaran dan juga pemahaman akan satra itu sendiri. Pengajaran dan pemahaman sastra ini bisa kita dapat dari jalur pendidikan ketika belajar di sekolah maupun dari luar sekolah. Apakah teman-teman tahu model-model pembelajaran yang efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap sastra? Dalam pembelajaran mengenai sastra, dibutuhkan model-model belajar yang unik dan khusus agar siswa-siswi tertarik serta mampu memahami penyampaian sastra yang diberikan. Apakah kalian tahu apa saja model pembelajaran yang dapat digunakan? Model-model belajarnya itu adalah bisa dengan menampilkan cuplikan drama,tema kehidupan, dan juga dengan pemberian cara pandang. Penerapan model pembelajaran seperti ini dianggap mampu dalam memberikan hasil yang efektif bagi pemahaman siswa karena dapat memberikan stimulus dan respons secara realitas atau sesuai kenyataan.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum penyampaian menggunakan model model di atas, perlu ditanamakan pemahaman akan konsep yang kuat, seperti pembelajaran sastra merupakan suatu kegiatan membangun dan menciptakan pengetahuan sesuai pengalaman nyata diri sendiri maupun pengalaman nyata dari lingkungan, pembelajaran sastra merupakan rangkaian yang berkelanjutan. Artinya, pembelajaran sastra saling berkaitan antara satu waktu dengan pembelajaran sastra berikutnya, pembelajaran sastra bukanlah pemberian seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah-kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Namun, diwajibkan pembangunan dan mengonstruksi pengetahuan dan pemberian makna melalui pengalaman nyata atau pengalaman langsung menghadapi karya sastra, pembelajaran sastra harus dikemas dari proses “penerima pengetahuan” menjadi proses “pengonstruksian atau pembangunan”. Proses belajar dan pembelajaran sastra harus berpusat pada si penerima pengetahuan dan wajib terlibat aktif dalam kegiatan proses belajar dan pembelajaran di kelas. Keterlibatan aktif tersebut yang dimaksud adalah keterlibatan aktif dalam mendominasi atau menguasai proses pembelajaran tersebut, artinya, ia terlibat aktif dalam mendominasi proses interaksi dengan karya sastra.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fokus pembelajaran sastra harus ditempatkan dalam konteks pembinaan, pengembangan serta pembangunan wawasan pengetahuan yang kreatif dan imajinatif, menumbuhsuburkan minat baca,dan munculnya kesadaran akan budaya bangsa yang multikultural sehingga proses-proses pembelajaran sastra yang dilakukan dapat memberikan kesempatan dan keleluasaan siswa untuk secara aktif masuk dalam cakupan imajinasi dan fiksi teks sastra.