Konten dari Pengguna

Subsidi Energi Dihilangkan: Meningkatkan Stabilitas Ekonomi/Keberlanjutan Fiskal

Miranda Cahaya Oliza
Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta
4 Oktober 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miranda Cahaya Oliza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber : www.shuttershock.com)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber : www.shuttershock.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara Indonesia kini sedang dihadapkan dengan permasalahan yang sangat besar dalam mengelola Kebijakan subsidi energi, yaitu peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan. Peralihan secara drastis ini dianggap sangat penting dalam mencapai keseimbangan antara stabilitas ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan fiskal jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Subsidi energi telah menjadi instrumen kebijakan utama pemerintah Indonesia sejak periode Orde Baru untuk menstabilkan harga dan menjaga daya beli masyarakat. Namun, kebijakan ini menjadi beban fiskal yang semakin besar seiring waktu, dan mencapai puncaknya pada tahun 2014, ketika alokasi mencapai 20% dari total belanja negara.
"Subsidi energi telah lama menjadi alat Kebijakan tulang punggung kebijakan ekonomi Indonesia, namun kini telah menjadi beban fiskal yang signifikan." kata Dr. Anita Wijaya, ekonomi senior dari Lembaga Penelitian Ekonomi Nasional (LPEN),
Kebijakan subsidi energi tentunya dapat meningkatkan aksesibilitas energi terbarukan kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi kesenjangan ekonomi. Namun karena subsidi bahan bakar tidak tepat sasaran dan menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial, kebijakan ini menimbulkan beban pajak yang signifikan dan mempengaruhi stabilitas anggaran nasional.
ADVERTISEMENT
Indonesia sudah bertahun-tahun memberikan subsidi bahan bakar fosil yang membuat harganya relatif lebih murah bagi masyarakat khususnya konsumen. Namun, dengan perubahan secara tiba-tiba ini memberikan dampak ekonomi dan sosial, terutama bagi masyarakat yang berpenghasila rendah.
Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah kemungkinan akan merasakan dampak langsung dari kenaikan harga energi. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, dapat mengakibatkan penurunan daya beli dan potensi peningkatan angka kemiskinan.
Bagi kelas menengah, reformasi subsidi kemungkinan besar akan membawa perubahan pada perilaku konsumsi energi. Meningkatnya harga bahan bakar dan listrik dapat menyebabkan peningkatan penerapan teknologi hemat energi dan kendaraan ramah lingkungan. Meskipun positif dari sudut pandang lingkungan hidup, transisi ini dapat memberikan tekanan pada anggaran rumah tangga dalam jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Perekonomian khususnya UMKM juga merasakan dampak terhadap kenaikan biaya produksi akibat melonjaknya harga energi. Meningkatnya harga barang dan jasa dapat meningkatkan daya saing dan potensi pertumbuhan bisnis Anda. Program panduan dan insentif khusus dibutuhkan untuk membantu sektor ini beradaptasi dengan lanskap energi baru.
Sementara itu, perubahan kebijakan dukungan energi membuka peluang bagi pengembangan sektor energi terbarukan. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor ekonomi hijau dan memberikan alternatif bagi pekerja di sektor energi tradisional yang mungkin terkena dampak transisi energi.
Dari sudut pandang lingkungan hidup, pengurangan subsidi bahan bakar fosil dapat menurunkan emisi CO2 dalam jangka panjang. Hal ini akan berdampak positif terhadap kualitas udara perkotaan, berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim, dan pada akhirnya memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, perubahan besar dalam kebijakan subsidi energi ini memerlukan pendekatan komprehensif yang mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi, sosial dan politik. Melalui perencanaan yang cermat dan pelaksanaan yang hati-hati, Indonesia dapat mempercepat transisi menuju perekonomian rendah karbon sekaligus menyeimbangkan stabilitas ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan fiskal jangka panjang. Langkah ini tidak hanya akan memperkuat kekuatan finansial Indonesia, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai penyedia solusi terkemuka dalam mengatasi permasalahan iklim global.