Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Apakah Sosialisasi Bisa Menyelamatkan Pertanian?
21 Desember 2022 11:42 WIB
Tulisan dari MIRANDA PRATIWI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sosialisasi yang dilakukan relawan Orang Muda Ganjar (OMG) di Lampung tentang dunia pertanian merupakan salah satu cara agar pertanian di Indonesia maju dan berkembang. Peran dan kegiatan anak muda ini bertujuan untuk menciptakan rasa kepedulian masyarakat dan anak muda terhadap sektor pertanian. Sosialisasi ini merupakan salah satu program dari Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah untuk mendorong anak muda menjadi petani.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari detik.com, alasan relawan Orang Muda Ganjar (OMG) mengadakan kegiatan "Ngopi Tani" karena terinspirasi dari Ganjar Pranowo yang sering membantu petani dan mendorong anak muda agar menjadi petani. Berangkat dari inspirasi tersebut kegiatan ini sukses menjaring 250 orang masyarakat dengan rentang usia 22-52 tahun.
Maclever (2013:175) berpendapat bahwa sosialisasi merupakan suatu proses dalam mempelajari nilai, norma, peran, dan lain-lain yang berguna untuk partisipasi yang efektif dalam perubahan sosial. Adapun kegunaan sosialisasi ini dalam menyebarkan informasi adalah dapat menciptakan perubahan sosial yang membangun dan mengembangkan suatu kegiatan tertentu. Salah satunya sosialisasi tentang pertanian. Tujuannya agar para petani mengetahui informasi terbaru dalam dunia pertanian dan dapat juga mengajak anak muda menjadi petani.
ADVERTISEMENT
Bentuk sosialisasi pada sektor pertanian beragam, tergantung kondisi dan kebutuhan yang ada di lapangan. Menurut Mardikanto (1993) sosialisasi mengenai pertanian memiliki tiga jenis, yaitu pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan massal. Pendekatan individu dapat berupa kunjungan ke rumah-rumah warga, atau mendatangi masing-masing individu yang menjadi sasaran sosialisasi. Lalu, pendekatan kelompok berupa magang, diskusi, ceramah, dll. Sedangkan pendekatan massal dapat dilakukan dengan siaran di media massa, kampanye, pameran, hingga penyebaran brosur dan katalog.
Di masyarakat, dunia pertanian dikenal dengan pekerjaan orang miskin, kotor, panas-panasan, kumuh dan tidak menjanjikan, sehingga membuat anak muda kurang minat akan profesi menjadi petani. Dengan adanya sosialisasi mengenai dunia pertanian dapat memungkinkan stigma yang ada di masyarakat dapat berubah kearah positif.
ADVERTISEMENT
Sehubung dengan Undang-Undang No 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “ Pemberdayaan Petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan Petani untuk melaksanakan Usaha Tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan Kelembagaan Petani.” Dalam artian dengan mengadakan sosialisasi menjadi salah satu solusi untuk menambah Sumber Daya Manusia (SDM) pada sektor pertanian.
Sumber Daya Manusia merupakan tumpuan dalam memajukan dan mengelola pertanian. Selain itu, sumber makanan pokok masyarakat Indonesia berasal dari pertanian. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan tenaga kerja untuk meneruskan dan memajukan kegiatan pertanian di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Sebuah sosialisasi yang dilakukan Relawan Orang Muda Ganjar (OMG) di Pekon Gunung Megang, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, menggaet warga sebanyak 250 orang berusia 22- 52 tahun. salah satu relawan tersebut, Riski Ramadhan, mengatakan jika kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk perhatian anak muda terutama relawan OMG kepada masyarakat terkait sektor pertanian. Apalagi dilihat zaman sekarang ini, perhatian anak muda dan masyarakat terhadap pertanian sangat rendah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia sebanyak 29,59 persen atau setara 38,77 juta jiwa. Namun jumlah tenaga kerja terus mengalami penurunan. Dibandingkan dengan tahun 2011, selisih jumlah tenaga kerja di sektor pertanian adalah 3,69 juta jiwa. Hal ini membuktikan bahwa pertanian Indonesia membutuhkan tenaga kerja karena banyaknya kebutuhan makanan pokok yang dibutuhkan setiap hari.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, jika kurangnya tenaga kerjadi bidang pertanian membuat Indonesia mengalami kekurangan pasokan kebutuhan pokok, sehingga Indonesia harus melakukan impor bahan pokok dari luar negeri. Padahal, Indonesia kaya akan sumber daya alam.
Harus Ada Perubahan
Stigma yang beredar di masyarakat akan buruknya dunia pertanian harus dihapus agar pertanian di Indonesia dapat maju dan memungkinkan anak muda cinta akan sektor pertanian. Bukan hanya kemajuan saja, Indonesia butuh regenerasi muda untuk menjadi tenaga kerja di bidang pertanian.
Dengan adanya sosialisasi bidang pertanian, diharapkan petani dapat menjadi lebih kreatif, mandiri, melek akan teknologi, dan inovatif. Apalagi dengan kemajuan teknologi di era digitalisasi ini, memudahkan penyebaran kegiatan sosialisasi dan informasi ke masyarakat.
Tentunya hal ini bisa menjadikan sektor pertanian menjadi maju dan berkembang. Jika petani melek akan teknologi juga bisa memasarkan hasil pertanian ke media. Namun faktanya, masih banyak petani yang berusia diatas 50 tahun tidak melek akan teknologi. Jika dilihat dari faktor usia juga tidak memungkinkan dilakukan sosialisasi mengenai teknologi karena perkembangan teknologi sangat cepat. Di sinilah peran anak muda untuk memajukan sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Anak muda harus melihat bahwa stigma negatif bidang pertanian tidak seburuk apa yang beredar di luar sana, melainkan pertanian juga mencakup hal-hal luas seperti apa yang kita pelajari untuk kedepannya. Pertanian juga bukan hanya mempelajari mencangkul saja, kita diajari apa artinya kehidupan dan betapa pentingnya sektor pertanian untuk kehidupan. Oleh karena itu, pertanian membutuhkan kita sebagai generasi muda untuk memajukan dan memberantas permasalahan-permasalahan yang masih membelenggu bidang ini.
Dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk sektor pertanian, sosialisasi efektif dilakukan. Contohnya sosialisasi yang dilakukan relawan OMG di Lampung. Alangkah baiknya program tersebut dilakukan secara merata dan dilakukan inovasi baru dengan memanfaatkan media sosial agar informasi serentak diakses oleh penggunanya. Hal ini dikarenakan zaman sekarang masyarakat lebih banyak beraktivitas di media tersebut. Selain itu, program yang melibatkan anak muda di bidang pertanian juga dapat meningkatkan rasa cinta anak muda dan masyarakat kepada pertanian.
ADVERTISEMENT