Perpustakaan dalam Madilog

misbahul ilmi
pustakawan di Perpustakaan Nasional RI
Konten dari Pengguna
5 Januari 2023 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari misbahul ilmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi pribadi. Bogor, 5 Januari 2023.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi pribadi. Bogor, 5 Januari 2023.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Mengunjungi toko buku adalah pekerjaan yang tetap dan dengan giat saya jalankan. Nafsu membeli buku baru, lebih-lebih yang berhubungan dengan ekonomi Asia, membikin kantong saya seperti boneka yang tiada berdaya apa-apa.”
ADVERTISEMENT
-Tan Malaka-
Sepenggal cerita Bapak Bangsa kita yang beliau tuliskan dalam sub-bab berjudul “PERPUSTAKAAN” pada pendahuluan buku Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika. Betapa Tan Malaka sangat mencintai buku. Betapa Tan Malaka, dengan segala keterbatasan, ingin seperti Bung Hatta yang bisa membawa berpeti-peti buku dalam masa pembuangannya. Dalam kondisi sakit sebab kelumpuhan otak pun, Tan Malaka masih membaca buku.
Beliau sudah menyadari betul betapa buku adalah penentu. Catatan yang tepat adalah perlu. Dalam menyebarkan pikiran, baik dengan tulisan maupun lisan, pustaka yang cukup adalah niscaya. Tan Malaka mengibaratkan seorang pengarang atau ahli pidato dengan seorang tukang. Catatan dari buku musuh, kawan ataupun guru diibaratkan dengan alat seperti semen, batu tembok dan lain-lain. Seorang tukang tak terpisahkan dengan alat-alatnya untuk membangun gedung. Pun dengan pengarang atau ahli pidato, tak terpisahkan dengan buku-buku untuk membangun pemikiran.
ADVERTISEMENT
Koleksi buku Tan Malaka sangat beragam. Tak terbatas pada satu disiplin ilmu. Pada 22 Maret 1922, Tan Malaka menjalankan pembuangan pertama dari Indonesia membawa satu peti buku berisi buku-buku agama, Qur’an, Kitab Suci Kristen, Budhisme, Confusianisme, Darwinisme, Ekonomi Liberal, Sosialistis, Komunistis, Politik, buku-buku riwayat Dunia, dan buku sekolah dari ilmu berhitung sampai ilmu mendidik. Sebegitu cintanya Tan Malaka pada buku, tanpa pandang bulu. Daftar bahan bacaannya lah yang membentuk pemikiran-pemikiran adiluhung Bapak Bangsa ini.
Buku menjadi prioritas utama Tan Malaka. Bahkan beliau rela mengurangi bujet pakaian dan makanan demi membeli buku. Buku-buku yang harus ditinggal karena melewati pemeriksaan yang ketat di daerah perbatasan, buku-buku yang sengaja dibuang ke laut untuk mengelabui lawan, buku-buku yang terpaksa ditinggal karena harus pindah ke tempat yang lebih aman saat peperangan, tak membuatnya frustrasi, patah arang, dan putus asa. Semuanya terganti dengan kumpulan buku-buku baru yang dibelinya di toko buku. Keyakinan yang dianutnya yakni: “Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi”.
ADVERTISEMENT
Tan Malaka mendapat pengalaman bekerja sebagai guru bahasa Inggris dan Matematika di Sekolah Normal Tinggi (Nanyang Chinese Normal School). Dia menjadi anggota perpustakaan di Raffles Library. Salah satu buku yang dipinjamnya yaitu Capital, terjemahan bahasa Inggris “Das Kapital”, karya Karl Marx. Dibacanya di bawah lubang perlindungan karena tak henti-hentinya armada udara Jepang datang. Dari hasil membaca Capital, diperoleh beberapa catatan. Himpunan catatan dari buku-buku yang telah dibacanya mempengaruhi terbitnya buku Madilog.
Sedemikian krusialnya perpustakaan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Tanpa perpustakaan, mustahil Tan Malaka dapat menulis karya monumental seperti Madilog. Dalam buku-buku yang tersimpan di perpustakaan lah terekam pemikiran-pemikiran para pemikir.
Salam Literasi.