Konten dari Pengguna

Hari Perempuan Internasional dari Bantaran Kali Ciliwung

Misi Misiyah
Cita-cita masa kecilku menjadi penyiar radio dan guru.
14 Maret 2017 17:54 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Misi Misiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Perempuan Internasional di Bantaran kali Ciliwung, Bidaracina Jakarta Timur, Selasa 14 Maret 2017.
ADVERTISEMENT
Hari Perempuan Internasional selama ini dipandang hanya milik kelas menengah dan datang dari dunia Barat. Namun tidak demikian kenyataannya. Perempuan dari kalangan akar rumput di bantaran Kali Ciliwung yang tergabung dalam Sekolah perempuan Bidaracina, memaknai Hari Perempuan Internasional sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Kegiatan yang dilakukan di lokasi tanah kosong RW 14 ini meliputi pemeriksaan kesehatan gratis untuk lansia, senam lansia, layanan pengaduan dan konsultasi korban kekerasan perempuan, bazar sembako dan pakaian murah, seni paduan suara, budaya membaca dengan perpustakaan keliling dan layanan penyimpanan dokumen penting dengan penyimpanan digital.
Kegiatan ini diinisasi atas ide bersama dari Sekolah Perempuan Bidara Cina dengan Institut KAPAL Perempuan. Namun sayangnya, pihak kelurahan tidak menampakkan dukungannya. Yang memberi dukungan justru datang dari pemerintah Kota Jakarta Timur khususnya Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Mereka memberikan layanan dan sekaligus menyerahkan sumbangan perpustakaan untuk Sekolah Perempuan. Kegiatan ini banyak didukung oleh sukarelawan, mulai dari tenaga medis, penyumbang alat pemeriksaan, pakaian pantas pakai, pelatih senam, pantia dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini dijadikan penanda dan bukti nyata bahwa pendidikan kritis bagi perempuan terpinggirkan melalui Sekolah Perempuan ini telah mampu membuka wawasan, pemikiran kritis, kepedulian. Sehingga mereka tergerak untuk melakukan perubahan yang dapat memberi manfaat terhadap masyarakat di sekitarnya.
Pembelajaran utama dari kegiatan ini adalah bahwa mengembangkan kegiatan mesti didasarkan pada aspirasi dan kebutuhan komunitas. Contohnya bagaimana menyikapi lansia, jangan jadikan mereka makhluk yang hanya menunggu waktu. Mereka mesti dihargai keberadaannya, didengar aspirasinya dan difasilitasi kemampuannya, dan diupayakan pemenuhan hak-haknya detik terakhir hidupnya.
Pembelajaran selanjutnya adalah Pentingnya ketersediaan data berbasis gender dan inklusif dalam sebuah kegiatan supaya kegiatan dapat dinikmati oleh yang membutuhkan dan tidak salah sasaran. Sekolah Perempuan telah melakukan pendataan partisipatif pada tahun 2016 dan hasilnya dijadikan dasar untuk kegiatan-kegiatan semacam ini.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran lainnya adalah pentingnya membangun kepedulian bersama, solidaritas ditengah-tengah situasi yang semakin deras berita adu domba dan menguatnya politik identitas. Dan pembelajaran lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah, memberi perhatian besar terhadap masalah yang selama ini tersembunyi. Salah satu contohnya dengan membuka layanan konsultasi dan pengaduan kasus-kasus kekerasan perempuan.