Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Miris, Janji Transportasi untuk Pelajar Karampuang Hanya Menjadi Angan-Angan
27 April 2025 13:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Misra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendidikan yang berkualitas adalah hak dasar setiap anak bangsa, termasuk bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil seperti Pulau Karampuang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Sayangnya, meski berbagai program pemerataan pembangunan sering diklaim berhasil, banyak daerah yang masih berjuang sendiri untuk memperoleh hak dasarnya. Karampuang adalah salah satu contoh nyata di
mana realitas di lapangan jauh tertinggal dari janji-janji manis yang sering
disampaikan. Anak-anak di pulau ini harus menyeberangi lautan dan berjalan
berkilometer setiap hari demi bersekolah, yang menggambarkan ketidakadilan
pendidikan yang terus terabaikan meskipun ada kemajuan di kota besar.
Kekecewaan pelajar dan mahasiswa Karampuang yang tergabung dalam Gerakan
Vendetta sangat dapat dipahami, terutama karena mereka telah berbulan-bulan
menyuarakan tuntutan kepada DPRD Mamuju untuk merealisasikan janji
pengadaan transportasi darat dan laut yang layak. Ongkos penyebrangan yang
mencapai Rp70.000–Rp80.000 per bulan serta jarak tempuh yang jauh adalah
beban berat yang harus mereka tanggung setiap hari.
ADVERTISEMENT
Janji Kosong DPRD Mamuju dan Meningkatnya Skeptisisme
Meski sempat ada komitmen dari anggota DPRD Mamuju seperti Muh. Nur dan Yuslifar untuk mengatasi masalah ini, kenyataannya hingga saat ini tidak ada
tindakan konkret yang dilakukan. Dua anggota dewan lainnya, Munawir Arafat dan
Arnold Topo Sujadi, memang berani menandatangani komitmen untuk menyediakan kapal dan bus sekolah, namun tanpa implementasi nyata, komitmen
di atas kertas ini tidak akan berarti bagi para pelajar Karampuang yang harus terus
berjuang setiap hari. Akan tetapi, Pengalaman masa lalu membuat para pelajar mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang
hanya menghasilkan retorika tanpa solusi semakin memperkuat skeptisisme terhadap sistem. Gerakan massa, mural protes, hingga pembakaran ban di Gedung
DPRD Mamuju bukan sekadar ekspresi kemarahan, tetapi juga manifestasi dari
rasa dikhianati oleh sistem yang seharusnya melindungi hak mereka. Ini
menunjukkan bahwa janji-janji politik tanpa realisasi hanya akan merusak
kepercayaan publik dan mengorbankan masa depan generasi muda.
ADVERTISEMENT
Seruan Mendesak untuk Realisasi Janji dan Pemulihan Kepercayaan Publik
Kasus di Karampuang menggambarkan kegagalan serius dalam tata kelola aspirasi
publik di tingkat daerah. Janji tanpa realisasi adalah bentuk pengkhianatan
terhadap amanah rakyat, dan DPRD Mamuju harus segera mengambil langkah
konkret untuk menindaklanjuti komitmen mereka. Sebagai solusi, pemerintah
daerah perlu membentuk tim khusus untuk mengawasi realisasi pengadaan transportasi untuk pelajar Karampuang, yang juga melibatkan elemen masyarakat sipil. Selain itu, mekanisme sanksi politik yang tegas terhadap anggota dewan yang
mengingkari janji publiknya perlu diterapkan agar kepercayaan masyarakat bisa
dipulihkan. Karena pendidikan bukan sekadar program seremonial, melainkan janji
suci sebuah bangsa untuk masa depan anak-anaknya. Ketidakseriusan dalam
memenuhi janji ini bukan hanya memalukan, tetapi juga berbahaya bagi masa
depan demokrasi lokal. Jika janji politik dijadikan alat untuk meredam aspirasi,
maka yang terjadi adalah pembunuhan perlahan terhadap kepercayaan publik,
yang pada akhirnya merusak fondasi demokrasi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan Tanggapan
Mendorong DPRD Mamuju untuk segera merealisasikan
pengadaan kapal dan bus sekolah seperti yang telah dijanjikan. Setiap hari yang
berlalu tanpa solusi hanya akan menambah jumlah anak yang mungkin akan putus
sekolah. Pelajar Karampuang tidak menuntut kemewahan, mereka menuntut hak
dasar untuk bersekolah tanpa harus mempertaruhkan keselamatan dan mengorbankan masa depan. Sudah saatnya DPRD Mamuju berbenah dan menjaga
kredibilitas mereka, serta membuktikan kepada rakyat bahwa lembaga legislatif
masih pantas menjadi tempat rakyat menaruh harapan. Tanpa implementasi
nyata, janji-janji yang diucapkan hanya akan menjadi lembaran kosong yang
menguap di antara janji-janji lama. Jika DPRD Mamuju ingin mengembalikan
kepercayaan publik, mereka harus menunjukkan komitmen dengan tindakan
konkret. Jika tidak, maka rakyat, terutama generasi muda seperti pelajar
Karampuang, akan belajar bahwa perubahan hanya bisa diperoleh melalui
perlawanan yang lebih keras dan suara yang lebih lantang. Karena di balik setiap
janji yang diingkari, ada masa depan anak-anak pulau yang terus dirampas secara
perlahan.
ADVERTISEMENT