Konten dari Pengguna

Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Resiliensi pada Anak

Mita Aswanti Tjakrawiralaksana
Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
24 Januari 2025 18:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mita Aswanti Tjakrawiralaksana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak dan lingkungan pertemanan. Sumber foto: https://www.freepik.com/free-photo/cheerful-kids-sitting-squatting-down-grass-hugging-each-other-looking-away-excitement-kids-play-entertainment-concept_11293722.htm#fromView=search&page=3&position=6&uuid=3ca7063a-91fb-4a79-b05d-7932ef7e422e&query=Indonesian+children
zoom-in-whitePerbesar
Anak dan lingkungan pertemanan. Sumber foto: https://www.freepik.com/free-photo/cheerful-kids-sitting-squatting-down-grass-hugging-each-other-looking-away-excitement-kids-play-entertainment-concept_11293722.htm#fromView=search&page=3&position=6&uuid=3ca7063a-91fb-4a79-b05d-7932ef7e422e&query=Indonesian+children
ADVERTISEMENT
Saat ini, anak-anak tumbuh dalam dunia yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Anak menghadapi perkembangan teknologi yang cepat, paparan informasi dari sosial media dengan beragam kontennya, tuntutan akademik, hubungan pertemanan yang dinamis, serta beragam hal lainnya. Hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang dan kesejahteraan psikologis mereka. Untuk dapat menghadapinya, maka anak perlu memiliki suatu karakteristik penting yaitu resiliensi.
ADVERTISEMENT
Dalam istilah sehari-hari, resiliensi seringkali disebut sebagai ketangguhan. Resiliensi adalah suatu konsep psikologis yang merujuk pada kemampuan seseorang menghadapi situasi sulit atau menantang, tetap dapat berfungsi dengan baik walau mengalami kesulitan atau menghadapi stress, serta dapat bangkit kembali dari peristiwa traumatis.
Pada umumnya anak yang resilien atau tangguh memiliki kemampuan adaptasi dan pemecahan masalah yang baik. Mereka juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi, optimis, mampu mengelola emosi dengan baik, menunjukkan empati, serta memiliki pandangan bahwa tantangan atau kesulitan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Resiliensi sendiri dimiliki anak karena adanya faktor bawaan (seperti kecerdasan dan kepribadian) dan faktor lingkungan. Dalam faktor lingkungan, orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan resiliensi yaitu dengan menerapkan pola asuh positif dalam mengasuh anak. Pola asuh positif adalah pengasuhan yang mendukung perkembangan anak melalui interaksi yang hangat, responsif atau hadir bagi anak, dan menerapkan batasan atau disiplin yang jelas bagi anak.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Orang Tua Dapat Berperan untuk Menumbuhkan Resiliensi pada Anak?
Sebagai dasar utama untuk menumbuhkan resiliensi, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang hangat, menunjukkan kasih sayang, membantu anak mengelola dan mengekspresikan emosi dengan tepat, serta siap memberikan dukungan saat anak mengalami kesulitan. Hal ini akan menumbuhkan rasa aman pada diri anak dan memungkinkan anak untuk menjelajahi dunia mereka dengan percaya diri dan belajar dari kegagalan tanpa takut akan kritikan keras.
Anak dan orang tua. Sumber foto: https://www.freepik.com/free-photo/happy-cheerful-asian-family-dad-mom-daughter-playing-funny-game-as-doctor-having-fun-sofa-home_14404862.htm#fromView=search&page=1&position=23&uuid=a5cdba05-32ab-4e5e-8782-39e47e24abe6&query=parents+and+Indonesian+children
Komunikasi yang efektif dan hadir bagi anak juga memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengembangkan resiliensi. Orang tua perlu secara aktif mendengarkan anak saat mereka bercerita, baik cerita tentang keseharian maupun kesulitan atau kekhawatiran mereka.
Saat mengalami kesulitan atau masalah, orang tua tidak selalu harus langsung membantu dan mengambil alih pemecahan masalah. Orang tua perlu menyadari bahwa kadang anak hanya perlu didampingi dan dipandu untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang terbaik untuknya.
ADVERTISEMENT
Komunikasi dua arah dan diskusi terbuka antara orang tua dan anak mengenai perasaan, pengalaman, serta kesulitan yang dihadapi anak akan membantu anak mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan pentingnya mencari solusi daripada hanya berkutat pada masalah. Mendorong dialog menumbuhkan pemikiran kritis dan membantu anak memahami bahwa kesulitan atau tantangan adalah bagian alami dari kehidupan.
Anak dan orang tua. Sumber foto: https://www.freepik.com/free-photo/happy-asian-young-family-relocation-removals-settle-new-home-excited-korean-parents-unpack-cardboard-boxes-together-with-little-daughter-holding-clothing-living-room-house-moving-day_6142492.htm#fromView=search&page=2&position=45&uuid=40a37b1b-cd6b-4cdf-bbad-adb0e6099b58&query=parents+and+children+talking
Menetapkan batasan, aturan, atau disiplin yang tepat adalah aspek penting lainnya dari pengasuhan untuk menumbuhkan resiliensi. Menetapkan aturan yang jelas akan memberikan struktur pada kehidupan anak sehingga mereka mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari diri mereka serta konsekuensi yang akan diterima jika aturan dilanggar.
Saat memberikan konsekuensi atas pelanggaran, orang tua perlu memberikan konsekuensi yang sesuai, tidak berlebihan, serta menghidari penggunaan hukuman fisik atau hukuman yang melibatkan kekerasan. Melalui penerapan aturan, anak dapat belajar mengenai tanggung jawab dan mengembangkan cara yang sehat untuk menghadapi kegagalan atau kekecewaan. Pengalaman ini akan membangun karakter dan memperkuat kemampuan mereka untuk bangkit kembali dari kesulitan.
ADVERTISEMENT
Anak dan temannya menikmati dunia dengan semangat. Sumber foto: https://www.freepik.com/free-photo/group-kids-friends-arm-around-sitting-together_2523584.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=9b6fbe24-6040-4fb1-9f92-819b105a89e3&query=happy+children
Anak yang resilien bukan berarti tidak pernah mengalami kesulitan, tidak pernah merasa sedih, frustrasi, kecewa, atau selalu akan mengalami keberhasilan. Berada dalam situasi yang sulit, mengalami stress, atau menghadapi kegagalan adalah hal yang normal dan wajar dialami. Namun demikian, resiliensi membantu anak memahami bahwa situasi sulit dapat diatasi dan tantangan dapat dilalui. Mereka juga dapat mencari jalan keluar atas situasi yang dihadapi dengan cara yang tepat dan efektif. Melalui pengasuhan positif, orang tua membantu anak menumbuhkan resiliensi sebagai bekal menghadapi tantangan hidup dan tetap dapat menjalankan keseharian dengan baik.