Konten dari Pengguna

Sastra Siber dalam Perkembangan Karya Sastra

Mita Carina Karnadi
Mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Desember 2021 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mita Carina Karnadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat terobosan baru di dunia sastra. Di mana, para penulis terbantu dengan adanya teknologi yang membuat mereka tidak kesulitan dalam mempublikasi karyanya. Hal itu membuat perkembangan sastra begitu pesat dan banyak masyarakat beralih ke sastra digital. Dengan ada perkembangan teknologi dan komunikasi, muncullah sastra siber. Sebelum mengenal lebih dalam lagi tentang sastra siber, sebaiknya kita mengenal apa itu karya sastra?
ADVERTISEMENT
Karya sastra adalah suatu ungkapan pribadi manusia yang dilukiskan dalam bentuk tulisan. Karya sastra dikenal dalam dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi. Jenis karya sastra fiksi dapat berupa drama, puisi, dan prosa. Sedangkan karya sastra nonfiksi berupa esai, kritik sastra, dan biografi. Karya sastra juga dapat diartikan sebagai ungkapan yang memiliki nilai-nilai keindahan di dalamnya. Biasanya di dalam karya sastra mengandung pengalaman-pengalaman penulis yang memberikan pengetahuan ke para pembacanya.
Dengan adanya perkembangan zaman, karya sastra juga mengalami perkembangan yang pesat, seperti dari zaman lisan, zaman tulisan, zaman cetak dan sekarang menggunakan teknologi digital untuk mempublikasikan karya sastra. Searah dengan perkembangan ini, banyak penulis mempublikasikan karya sastranya ke dunia maya agar penulis dapat menebarkan sayapnya dan dikenal banyak orang.
ADVERTISEMENT
Dengan perkembangan teknologi yang ada, muncullah sastra siber di kalangan masyarakat. Sastra siber atau cybersastra adalah karya sastra yang dipublikasikan melalui internet atau teknologi informatika. Sastra siber juga dapat dikemukakan dengan aktivitas sastra yang memanfaatkan internet atau komputer. Latar belakang yang menjadi perkembangan sastra siber adalah teknologi. Sastra siber baru dikenal pada tahun 1990-an di Indonesia dengan munculnya buku yang menuai pro dan kontra, yaitu buku antologi puisi siber berjudul Graffiti Gratitude. Tetapi baru tanggal 1998 sastra siber menjadi populer dikalangan masyarakat.
Munculnya sastra siber juga menjadi fenomena yang dipercaya dapat meningkatkan minat pembaca masyarakat. Dengan adanya sastra siber, masyarakat juga dapat berkontribusi dalam perkembangan kesusastraan di Indonesia maupun di dunia. Tidak hanya itu, keberadaan sastra siber membuat masyarakat juga dapat bergerak ke arah lebih modern dan dapat mengikuti pesatnya perkembangan teknologi. Dengan kepopuleran sastra siber, komunitas-komunitas sastra siber bermunculan dan memanfaatkan teknologi internet untuk mengembangkan ide-ide mereka di berbagai situs online secara gratis. Ada berbagai wadah yang dapat digunakan dalam mempublikasi tulisan yang kita miliki, seperti Wattpad, Twitter, Instagram, dan Facebook. Dengan adanya aplikasi tersebut, kita bebas menuangkan ide dan pikiran kita menjadi suatu karya sastra yang dapat dilihat orang banyak.
ADVERTISEMENT
Sejak munculnya sastra siber, penulis beranggapan bahwa sastra siber merupakan ladang untuk mencari popularitas. Lewat dunia internet, tulisan mereka akan tersebar ke seluruh dunia dan nama mereka pun akan terkenal. Banyak juga penulis-penulis baru yang hanya sekedar iseng menerbitkan karya mereka dan membuat masyarakat tertarik untuk membacanya. Sastra siber juga menjadi peluang bagi penulis muda agar mereka bisa terus membuat tulisan dan meningkatkan kreativitas mereka dalam membuat karya sastra. Mereka juga dapat memanfaatkan berbagai situs online untuk belajar.
Dapat dipahami bahwa karya sastra tidak hanya membutuhkan wadah dalam perkembangannya. Tetapi harus memiliki pemikiran yang lebih luas dari seorang penulis. Dalam perkembangan karya sastra juga pembaca memiliki peran penting untuk menanggapi dan menyebarluaskan sebuah karya sastra. Sastra siber juga berperan sebagai media publikasi dan sarana untuk melahirkan karya sastra dengan mengikuti perubahan zaman yang ada.
ADVERTISEMENT
Biasanya karya sastra yang diterbitkan melalui media cetak lebih dianggap bermutu dibandingkan sastra yang diterbitkan secara digital. Karena karya sastra cetak memerlukan seleksi yang ketat jika ingin diterbitkan, sedangkan sastra siber tidak memerlukan seleksi yang ketat. Sehingga siapapun dapat menerbitkan karyanya sendiri di situs yang telah disediakan.
Maka itu, terdapat pandangan dan komentar dari pemerhati sastra, seperti dikatakan oleh Sutardji Calzoum Bachri (dalam Effendy, 2004:90) yang dikenal sebagai presiden “Penyair Indonesia” menyatakan dengan cukup pedas bahwa ‘tai yang dikemas secara menarik akan lebih laku dibandingkan dengan puisi yang dikemas secara asal-asalan’ pernyataan ini dilontarkan berkaitan dengan cover yang tampak pada buku antologi sastra siber yaitu Graffiti Gratitude yang dipandang kurang baik sehingga buku itu tidak layak untuk dijual. Dan masih banyak komentar lainnya yang dilontarkan untuk mengkritik sastra siber.
ADVERTISEMENT
Sastra siber juga memiliki banyak keunggulan, seperti jangkauan yang luas yang bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia. Sedangkan sastra koran hanya bisa menyebar ke kalangan tertentu saja. Dengan adanya sastra siber, pembaca bisa menikmati karya sastra tanpa ada batas yang menghalangi.
Dengan adanya sastra siber, penulis juga mendapatkan keuntungan dalam mempublikasikan karya sastra. Karena penulis dapat mengirimkan beberapa tulisan ke berbagai situs online yang ada di internet. Penulis merasa kalau sastra siber bisa memberikan berbagai keuntungan dalam menulis sebuah karya sastra. Keuntungan itu pun bisa berlanjut sesuai dengan perkembangan zaman.