Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Resiko Perilaku Self-harm Pada Gen Z yang “Melek Digitalisasi”
13 November 2024 20:34 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Magister Keperawatan UMY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Permasalahan perilaku self-harm (menyakiti diri sendiri) semakin ramai dialami oleh remaja di seluruh dunia, sehingga semakin banyak penelitian yang dilakuakn oleh para pakar untuk menelisik berbagai faktor yang memicu para remaja melakukan perilaku self-harm, terutama di era kemajuan dan perkembangan tehnologi yang begitu pesat sehingga di setiap waktu yang kita jalani tidak luput dari adanya peran tehnologi di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum perkembangan teknologi sepesat saat ini, lazimnya perilaku self-harm dilakukan oleh seseorang dikarenakan adanya beban psikologis yang sangat berat akibat dari permasalahan dalam kehidupan yang dialami hingga membuat seseorang tidak dapat mengelola emosinya dengan baik dan rasional serta melampiaskan rasa emosinya terhadap dirinya sendiri.
Akan tetapi di era media sosial yang merebak di kalangan remaja saat banyak merubah pola hidup dan gaya hidup seseorang, dimana eksistensi diri di dunia maya sangat berpengaruh bahkan lebih penting daripada kehidupanya di dunia nyata, bahkan seorang remaja mau melakukan apa saja demi memperkuat eksistensi dirinya di dunia maya, termasuk ketika harus melakukan tindakan menyakiti diri sendiri. Maka lahirlah istilah FOMO (fear of missing out) di kalangan remaja, dimana seseorang terlalu takut untuk ketinggalan trend yang sedang ramai di media sosial saat ini.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya media sosial saja, akan tetapi game online juga menjadi trend saat ini untuk renaja mencari hiburan, toko online pun menjadi favorit mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan layanan pesan antar makanan lebih sering digunakan dalam keseharian daripada harus masak sendiri maupun sekedar pergi ke warung makan. Semua hal ini memiliki satu kecenderungan yang sama, yaitu semakin memudahkan remaja untuk memenuhi apa yang diinginkan tanpa harus banyak bergerak atau aktivitas.
Pola aktivitas fisik yang minim sebagai konsekuensi dari “generasi yang melek digital” ini menjadikan seorang remaja menjadi lebih beresiko untuk melakukan tindakan agresif dan self-harm. Sebagaimana penelitian terbaru di China yang dilakukan terhadap 2.991 remaja untuk mengeksplorasi hubungan antara pola aktivitas fisik dengan perilaku agresif dan self-harm, dimana didapatkan bahwasannya remaja dengan aktivitas fisik yang tinggi serta dan dengan pola tidur yang baik memiliki tingkat perilaku agresif dan menyakiti diri lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Berkaitan dengan pola aktivitas fisik dan gaya hidup, game online yang sempat menjadi trand di kalangan remaja sekitar tahun 2016 yaitu “Pokemon Go” justru bisa menurunkan angka perilaku self-harm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hongkong, dimana game ini yang merupakan augmented reality game memaksa pemainnya untuk beraktivitas di luar rumah untuk memainkannya ternyata dapat menurunkan kejadian self-harm hingga 34%.
Pada akhirnya setiap orang pasti akan memiliki permasalahan dalam kehidupannya, baik itu masalah ekonomi, keluarga, sosial, atau kesehatan yang mungkin akan terasa sangat berat untuk dirasakan hingga mendorong seseorang untuk melakukan self-harm, akan tetapi sering kali permasalahan tersebut diluar kontrol kita, sehingga yang dapat kita kontrol adalah bagaimana kita menghadapinya dan bagaimana kita menyeimbangkan diri dengan berpola hidup dan gaya hidup yang lebih baik lagi, mulai dari lebih banyak beraktivitas di luar, berolah raga, membatasi diri dalam bermedia sosial, dll.
ADVERTISEMENT
Penulis:
Muhamad Hamdan Dwi Nur Arif, S.Kep., Ns.
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Sp. Jiwa., Ph.D