Merdeka Bersama Vaksin

Muhammad Multazam
Blogger sejak 2012
Konten dari Pengguna
17 Agustus 2021 21:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Multazam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto : freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sampai dengan hari ini (17/8) pandemi COVID-19 masih menjadi isu penting di Indonesia. Bertepatan dengan HUT Ke-76 RI, ternyata kita “belum” seutuhnya bisa merdeka dari pandemi yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini. Namun begitu, dengan adanya vaksin sedikit banyak memberikan optimisme dan keyakinan lebih bahwa kita akan merdeka (dari COVID-19) bersama vaksin.
ADVERTISEMENT
Kata belum pada paragraf pertama sengaja diberi tanda petik untuk menekankan bahwa “belum” adalah masih dalam keadaan tidak (--sesuai dengan makna di KBBI), namun begitu memiliki peluang akan terjadi. Sehingga harapannya dengan optimisme ini, hal yang diharapkan terjadi yaitu merdeka dari pandemi bisa sesegera mungkin terwujud salah satunya dengan melakukan vaksinasi.
Menurut info dari covid19.go.id (portal informasi COVID-19 resmi pemerintah Indonesia) disebutkan bahwa Vaksin COVID-19 bukanlah obat, sehingga diberikan pada orang yang sehat untuk mencegah penyakit tertentu (dalam hal ini COVID-19) menjangkiti orang tersebut. Vaksin merupakan bentuk pencegahan yang berfungsi mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit COVID-19 agar terhindar dari tertular atau kemungkinan sakit berat.
Artikel tentang vaksin ini pada akhirnya menjadi menarik untuk aku tulis karena beberapa hal unik yang telah aku lalui. Dimulai saat aku menjadi petugas vaksin namun tidak mendapatkan jatah untuk divaksin, kemudian setelah divaksin sempat kontak erat dengan teman yang akhirnya terkonfirmasi positif COVID-19, dan yang terakhir adalah membahas vaksin dengan mereka yang belum bisa percaya dengan vaksin.
ADVERTISEMENT
Petugas Vaksin yang tidak Divaksin
Sekitar 2 bulan setelah vaksinasi kedua yang dilakukan oleh presiden Jokowi pada 27 Januari 2021, Universitas Islam Indonesia (UII) didukung oleh Kementerian Kesehatan pada 30 Maret 2021 mendapat kesempatan untuk menyelengarakan vaksinasi tahap pertama untuk Dosen, Tenaga Kependidikan (Tendik), Purna Tugas serta lansia yang berdomisili di sekitar kampus UII.
Karena merasa telah menjadi bagian dari Tendik UII (padahal hanya staf tanpa status di Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan UII), aku merasa ikut berhak untuk mendapatkan jatah vaksin. Ternyata harapanku pupus, hilang bersama angan-angan, namaku tidak tercatat sebagai penerima vaksin karena aku tidak tercatan sebagai staf di data pegawai milik Direktorat Organisasi dan Sumber Daya Manusia (OSDM).
Namun begitu dalam pelaksanaan vaksinasi massal tersebut, aku mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari tim yang bertugas melakukan pencatatan (input) data hasil observasi setelah peserta selesai melakukan suntik vaksin di sistem pemerintah. Hasil observasi yang di input adalah, apakah peserta memiliki keluhan atau tidak setelah divaksin.
ADVERTISEMENT
Kekecewaanku kembali saat hari menjadi petugas vaksin dan melihat ada beberapa teman yang statusnya sama seperti aku tapi dapat kesempatan vaksin. Namun pada akhirnya aku harus berdamai dengan keadaan apapun itu, aku mencoba mencari pembenaran yang bisa menguatkan, seperti “Vaksin untuk saat ini tidaklah terlalu penting, jika dipaksakan mungkin saja akan ada efek samping, oleh karen itu lebih baik sabar”.
Pada pelaksanaan vaksinasi massal tahap kedua di UII, aku masih mendapatkan kesempatan untuk menjadi petugas vaksin dengan tugas yang sama. Disini aku sama sekali tidak memikirikan dan tidak lagi memiliki keinginan untuk divaksin, namun tanpa disangka ternyata pada akhir pelaksanaan vaksinasi di hari tersebut masih ada vaksin yang tersisa karena ada beberapa perserta yang tidak hadir, sehingga vaksin tersebut bisa aku gunakan.
ADVERTISEMENT
Efek yang aku rasakan setelah divaksin tahap pertama adalah lapar, sedikit pusing dan demam sebentar, disini aku merasa wajar karena memang menurut cerita yang lain juga merasakan efek yang sama, ditambah pada hari tersebut aku bertugas dari jam 7 pagi dan sedang menjalankan ibadah puasa, karena memang saat itu sedang bulan ramadhan.
Vaksinasi tahap kedua aku lakukan di puskesmas dekat kosku. Awalnya aku sedikit khwatir, takut tidak mendapatkan jatah vaksin kedua karena pada hari itu (jadwal vaksinasi keduaku) info dari pihak puskesmas seingatku jatah hari tersebut sudah habis, silahkan kembali besok dengan melakukan konfirmasi sebelumnya. Pada hari berikutnya, setelah melakukan konfirmasi aku lanhsung ke Puskesmas dan alhmadulillah aku mendpatkan jatah vaksin kedua.
ADVERTISEMENT
Baca Selengkapnya di mltazam.com